Jumat, 11 Maret 2016

SAMBUTAN RAKYAT INDONESIA SETELAH MENDENGAR PROKLAMASI KEMERDEKAAN 17 AGUSTUS 1945

kelompok 1
nama :
DISUSUN OLEH :
1. ANNISA DEWANTI (03)
2. EKA DYAH PRAMUSINTA (12)
3. FAJARWATI SUMARDI PUTRI (14)
4. FIRA DWI ANGGRAEINI (15)
1. Menganalisis sambutan rakyat Indonesia setelah mendengar proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945.
A.                Sambutan di tingkat Pusat

Setelah berhasil merumuskan teks proklamasi Bung Karno berpesan kepada para pemimpin yang bekerja pada pers dan kantor berita, terutama B.M Diah untuk memperbanyak teks proklamasi dan menyiarkannya ke seluruh dunia. Semua alat komunikasi yang ada dipergunakan untuk menyebarluaskan berita proklamasi kemerdekaan. Berita proklamasi yang telah menyebar ke seluruh kota Jakarta, segera disebarluaskan ke seluruh dunia. Pada tanggal 17 Agustus 1945 teks proklamasi telah sampai di tangan Kepala Bagian Radio Kantor Waidan. Untuk itu F. Wuz (seorang markonis) menyiarkan berita proklamasi berturut-turut setiap setengah jam sampai pukul 16.00 saat siaran berhenti walaupun dilarang oleh pihak Jepang. Sedangkan pucuk pimpinan tentara Jepang di Jawa memerintahkan untuk meralat berita proklamasi dan menyatakan sebagai kekeliruan. Pada tanggal 20 Agustus 1945, pemancar radio disegel oleh Jepang dan para pegawainya dilarang masuk.
Setelah melaui rintangan, akhirnya berita proklamasi disiarkan melalui radio Domei oleh W. Fruz. Pemerintah Jepang tetap melarang siaran itu yang dilanjutkan dengan penyegelan terhadap pemancar radio itu. Menghadapi sikap Jepang itu, maka pegawai Domei segera mendirikan pemancar baru di Menteng 31. Selain itu, berita proklamasi disebarluaskan melalui surat kabar, misalnya Suara Asia (Surabaya), Cahaya (Bandung), Sinar Matahari (Yogyakarta), Sinar Baru (Semarang). Juga adanya peranan dari para Gubernur yang diberikan tugas untuk menyebarkannya antara lain Tengku Moh. Hasan di daerah (Sumatera ), Sam Ratulangi (Sulawesi), Ktut Puja di Nusa tenggara dan Moh. Noor di Kalimantan. Ternyata para pemuda lebih antusias dalam menyambut proklamasi, yaitu dengan cara membentuk kelompok-kelompok aksi, antara lain:
1. Kelompok pemuda Menteng 31 dipimpin Sukarni membentuk Komite Van Aksi Menteng 31.
2. Kelompok mahasiswa Ika Daingaku yang bermakas di prapatan 10.
3. Kelompok mahasiswa Islam di Balai Muslimin Jl, Kramat 19.
4. Kelompok Mahasiswa Cikini 71.
5. Kelompok Syahrir di Jl. Maluku
6. kelompok peta, Heiho, seinendan, BKR.
7. Kelompok Barisan Pelopor
Para pemuda ini kemudian melancarakan aksinya dengan cara melucuti senjata Jepang dan mengambil alih tempat-tempat yang penting seperti kereta Api, gedung Radio Jakarta, sampai akhirnya tanggal 11 September semua jawatan radio berhasil dikuasai oleh mereka yang diatasnamakan –RI, oleh karena itu tanggal 11 September dijadikan sebagai hari lahir RRI. Setelah berhasil menguasai seluruh radio, maka para pemuda berusaha untuk mengeluarkan semangat perjuangan dengan cara mengadakan rapat raksasa di lapangan Ikada (sekarang Monas) tanggal 19 September 1945 untuk mendengarkan pidato Bung Karno. 

B.                 Sambutan Rakyat di Tingkat Daerah

1.                  Di semarang
Berita proklamasi diterima melalui radio Domei, sementara itu Syarief Sulaeman dan MS. Mintarjo membawa ke gedung Jawa Hokokai yang sedang dilaksanakan sidang dibawah pimpinan Mr. Wongso Negoro. Dalam sidang tersebut dibacakan teks proklamasi, menyanyikan lagu Indonesia Raya dan menyerukan "Hidup Bung Karno" dan "Hidup Bung Hatta serta " Hidup Bangsa Indonesia". Berita proklamasi di radio semarang pada tanggal 19 Agustus 1945. 
2.                   Di Brebes, Pekalongan, Tegal
Terjadi gerakan sosial yaitu penyerangan terhadap para pamong praja pegawai pemerintah yang dianggap pembawa kesengsaraan rakyat yang ditimbulkan oleh Jepang. Peristiwa ini merugikan perjuangan bangsa, sebab timbulnya bentrokan antarbangsa sendiri dapat melemahkan perjuangan berikutnya. 
3.                  Di Surabaya
Insiden bendera 19 September 1945, terjadi di hotel Yamato, yang berpangkal pada tindakan beberapa orang Belanda mengibarkan bendera Merah Putih Biru. Tindakan tersebut menimbulkan amarah rakyat yang kemudian menyerbu hotel itu menurunkan bendera tersebut, serta merobek yang berwarna biru dan mengibarkannya kembali sebagi bendera merah putih.
4.                  Di Sulawesi Utara
Para pemuda yang tergabung dalam pasukan pemuda Indonesia mengadakan gerakan tangsi putih dan tangsi hitam di Teling Manado untuk membebaskan tawanan yang pro Republik Indonesia.
5.                   Di Medan
Berita proklamasi dibawa oleh Teuku Moh. Hasan, mendengar berita itu Ahmad Tohir membentuk Barisan pemuda Indonesia yang kemudian mengambil alih kekuasaan kantor-kantor yang dulu dikuasai Jepang.
6.                  Di Kutaraja (Banda Aceh)
Para pemuda dan tokoh masyarakat membentuk angkatan pemuda Indonesia, dan mereka mengibarkan bendera merah putih serta mengambil alih kekuasaan kantor-kantor yang dulu dikuasai Jepang.
7.                   Di Singaraja (Bali)
Para pemuda membentuk AMI (Angkatan Muda Indonesia) dan PRI (Pemuda Republik Indonesia).
8.                  Di Yogyakarta
Berita proklamasi yang diterima di Yogyakarta tanggal 17 Agustus segera disebarluaskan melui masjid-masjid terutama Masjid Besar Kauman dan Pakualaman. Sedangkan Ki Hajar Dewantara, memimpin murud-muridnya dengan bersepeda mengadakan pawai keliling untuk menyambut proklamasi RI. Demikian juga dengan Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan Sri Paku Alam VII segera memberikan ucapan selamat kepada Soekarno- Hatta selaku Presiden dan Wakil Presiden.Rakyat Jogya menyambut dengan gembira dan mengibarkan Bendera Merah Putih di mana-mana. Pada tanggal 21 Agustus 1945 terjadi peristiwa di gedung Cokou Kautei (gedung Agung), dimana serdadu Jepang membubarkan rakyat dan mengibarkan bendera Hinomaru, Tetapi tengah hari rakyat kembali menyerbu, dan berhasil menurunkan bendera Jepang dan menggantinya dengan bendera Merah Putih di bawah pimpinan Kapten Polisi Slamet C, Siti Ngaisah, Sultan Ilyas dan Supardi.

Dapat diambil kesimpulan bahwa dalam menyambut proklamasi sebagai berikut :
1. Mula-mula rakyat tidak percaya berita proklamasi tersebut.
2. Luapan kegembiraan rakyat menyambut proklamasi.
3. Mengadakan rapat raksasa.
4. Para pemuda membentuk angkatan muda Indonesia.
5. Upaya pengambilalihan kekuasaan dari Jepang.
6. Upaya merebut gedung kantor pemerintahan.
7. Tekad mempertahankan kemerdekaan.


2. Mendeskripsikan sambutan masyarakat Boyolali setelah mendengar proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945.
melakukan serangan pembalasan diseluruh pangkalan Jepang. Kerena posisi makin tersedak, maka Jepang bersiap – siap membuat pertahanan terakhir dan membuat persembunyian di daerah – daerah jika sewaktu – waktu sekutu berhasil menguasainya.
Pada situasi yang demikian itu Boyolali dijadikan tempat pertahanan dan perlindungan, bahkan mungkin untuk seluruh Karesidenan Surakarta dipusatkan di Boyolali. Tempat – tempat pertahanan maupun persembunyian itu antara lain :
a. daerah Kecamatan Musuk : di Tampir, Gares, Sukorame,. Tempat ini digunakan untuk menyimpan bahan makanan dan bermacam – macam kebutuhan harian.
b. kecamatan Cepaga, dibuat goa – goa yang dapat membuat beribu – ribu orang. Gua itu terletak di lereng gunung Merapi bagian Timur.
c. Kecamatan Nogosari : Glonggong, Gunung Madu terdapat gua – gua untuk menyimpan senjata.
d. Bangak, Kecamatan Banyudono, terdapat gudang mesin
e. Bulu, Simo, Wonosegoro, juga dibuat gua – gua untuk persiapan gerilya, serta di Teras dibuat persiapan lapangan terbang. (Sarjono,11-10-1981;Mandani 16-10-1981).
Dalam membuat pertahanan, Jepang menggunakan tenaga rakyat secara paksa dibawah todongan senjata tentara Jepang. Mereka hanya diberi makan sehari sekali dengan setengah panci grontol jagung ( Soewarso, 1976 : 27). Oleh karena itu tidak mengherankn apabila beratus-ratus rakyat meninggal dunia dalam melakukan kerja paksa tersebut. Tidak mengherankan pula kalau kejadian tersebut menimbulkan rasa dendam yang membara dihati rakyat, yang pada suatu saat bisa meledak menjadi satu perlawanan terhadap kekuasaan pendudukan tentara Jepang. Dalam hal ini peranan pemuda memegang peranan penting di dalam perebutan kekuasaan di daerah boyolali.
Walaupun setelah menggunakan segala cara dan usaha, akhirnya Jepang bertekuk lutut pada sekutu secara resmi pada 15 Agustus 1945. Tetapi di derah-daerah, pelaksannan penyerahan kekuasaan tersebut tidak segera berjalan lancar dan mudah. Begitu pula setelah bangsa Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya dua hari setelah kekalahan Jepang. Usaha menegakkan Negara Republik Indonesia ini ternyata tidak mudah. Tentara Jepang masih tidak percaya bahwa negaranya sudah menyerah kalah pada sekutu. Itulah sebabnya mereka tetap mempertahankan kekuasaannya di Indonesia.
Berita tentang persiapan Proklamasi Kemerdekaan telah dapat diketahui oleh para tokoh pemuda Boyolali, utusan pemuda Markas Besar Barisan Pelopor jakarta, yaitu Supeno, tanggal 16 Agustus 1945. Jadi sehari sebelum Proklamasi dicetuskan (Mandani, 16-10-1981; Harbuntalib, catatan pribadi, 17-10-1974)
Menyambut adanya berita proklamasi dari Jakarta, para pemuda Barisan Pelopor dan Poetra Boyolali berkumpul di rumah Mandani untuk menyusun rencana kerja yang akan dilakukan.
Berita proklamasi tanggal 17 Agustus 1945 diterima terlambat oleh daerah, karena alat-alat perhubungan pada masa itu sulit dan mendapatkan rintangan dari pemerintah Jepang. Di Boyolali karena sebelumnya telah mendapatkan berita, maka pada 17 Agustus 1945 para pemuda dengan radio yang disimpan secara rahasia di Barisan Pelopor, dapat mengikuti Proklamasi Kemerdekaan di Jakarta ( Mandani, 16-10-1981).
Markas Cabang Barisan Pelopor di Boyolali berpusat dirumah Amongwardoyo, jalan Merbabu Boyolali. Dengan radio gelap itulah para anggota Barisan Pelopor mengetahui pidato Bung Karno tentang proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia. Berita itu segera disiarkan dengan bantuan dari Angkatan Muda Indonesia (AMI). Pada tanggal 19 Agustus 1945 ada seorang pemuda dari Sala bernama Indromarjoko, memberikan plakat-plakat tentang kemerdekaan dan Lencana Merah Putih untuk ditempelkan pada dinding gedung-gedung di tepi jalan. Dengan tindakan demikian berarti memberikan penerangan kepada masyarakat tentang telah adanya proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
Disamping itu para pemuda secara sepontan mengibarkan bendera merah putih yang pertama kali di halaman kantor kabupaten, setelah didahului dengan penurun bendera Jepang. Pengibar benderanya : Mandani dan Amongwardoyo dengan disaksikan oleh RNg.Swonopranoto, Harbuntalib, Soebagiyo, Sutrisno, Kunto Sudarsono, dan beberapa orang yang lain ( Wardoyo, 26-10-1981; Mandani, 16-10-1981; Sutrisno 23-01-1982)
Pada sore harinya bendera diturunkan oleh bipati Boyolali RT Reksonagoro. Bahkan karena adanya ultimatum dari bupati tersebut maka pengibran bendera merah putih dipindahkan kesebelah selatan Benteng Renovatum, yang sekarang bernama lapangan Olahraga Kridanggo. Piket penjagaan bendera diadakan dan diatur secara terus menerus bergiliran. Dengan adanya larangan pengibaran bendera tersebut kiranya justru merupakan cambuk tumbuhnya semangat nasional merebut pemerintahan dari tangan Jepang ( Sastosuroso, 16-02-1982)
Hal tersebut terbukti, karena tidak lama kemudian terjadi peristiwa “ penyerobotan kekuasaan “dari tangan Bupati Rt Reksonagoro oleh para pemuda. Memang pelaksanaan menegakkan pemerintahan Republik di daerah Boyolali yang dialkukan oleh para pemuda menghadapi dua hal yang harus segera diatasi, yaitu : pengambilan alihan kekuasaan dari pemerintah Pangreh Praja kasunanan dan pemindahan kekuasaan dari tangan Jepang.
3. Mengidentifikasi proses terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sejak proklamasi hingga akhir 1945.
Setelah melalui perjuangan panjang, akhirnya bangsa Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 berhasil meproklamasikan kemerdekaan. Namun, perjuangan bangsa Indonesia tidak berhenti samapai disitu. Bangsa Indonesia harus segera membentuk sebuah negara dan pemerintahan.
Penyebaran Berita Proklamasi dan Sikap Rakyat di Berbagai Daerah.
Pada pukul 03.00 dini hari, tanggal 17 Agustus 1945 atau sesaat setelah rapat di rumah Maeda selesai, Bung Hatta menghampiri pemuda Burhanuddin Diah (BM Diah) pemuda yang bekerja pada kantor Berita domei milik pemerintah Jepang ini, Bung Hatta berpesan ke seluruh dunia. Dengan motivasi dari Bung Hatta, pemuda itu segera mengadakan pembagian pekerjaan dengan membentuk beberapa kelompok. Masing-masing kelompok pemuda mengirimkan kurir untuk memberitahukan kepada masyarakat bahwa esok pagi tanggal 17 Agustus 1945 pukul 10.00 akan diadakan proklamasi kemerdekaan.
Tokoh pemuda Sukarni mengkoordinasi kelompok pemuda yang bermarkas di Jl Bogor Lama. Malam itu juga Sukarni mengadakan rapat di Kebayoran untuk mengatur pelaksanaan dan cara penyiaran berita proklamasi. Antara lain diputuskan : semua media komunikasi yang ada akan dipergunakan untuk acara itu. Pamflet, pengeras suara, dan mobil-mobil siap dikerahkan ke segenap penjuru kota. Sasarannya pengerahan masa agar bisa mendengar lamgsung pembacaan proklamsi di Pegangsaan Timur 56.
Pagi itu, ketegangan kembali terjadi antara golongan muda dan golongan tua, bahkan melibatkan bala tentara Jepang. Karena kesalahan informasi, terjadi konsentrasi masa di Lapangan Ikada ( Ikatan Atletik Jakarta, sekarang di sudut tenggara Monas). Bala tentara Jepang mengadakan blokade dari aktivitas pemuda. Pemimpin Barisan Pelopor Sudiro menemui dr. Muwardi yang menjadi kepala keamanan Bung Karno. Dung Karno menghendaki pembacaan naskah proklamasi dilangsungkan di Pegangsaan Timur 56 dan tidak di lapangan Ikada. Alasannya resiko terlalu besar baik dari segi keamanan maupun politik, karena konsentrasi massa yang besar bisa menimbulkan salah paham dengan tentara jepang. rumah Bung karno sendiri telah siap dan dijaga oleh tentara PETA di bawah pimpinan Cundanco Latief Hendraningrat. Masa pun berhasil dipindah dari Ikada ke rumah Bung Karno.
Golongan muda mendesak Bung Karno segera membacakan teks proklamasi yang telah disusun semalam. Namun tanpa kehadiran Bung Hatta tidak mungkin bagi Bung Karno untuk melakukan sendiri. Ketegangan mencair setelah 5 menit acara dimulai Bung Hatta datang. Akhirnya saat yang bersejarah itu pun terjadilah.
Berita tentang proklamsi itu segera tersebar ke seluruh penjuru Jakarta, bahkan secara estafet di sebarkan ke berbagai tempat di Indonesia. sesaat setelah proklamasi itu dibacakan, teks tersebut telah berada di tangan Waiden B Palenewen yang saat itu menjabat kepala Bagian Radio dari Kantor Domei. Konon ia menerima dari Syahruddin. Waiden segera memerintahkan markonis F Wuz segera menyiarkan tiga kali berturut-turut. Namun baru dua kali disiarkan mendadak datang orang Jepang melarang siaran it. Larangan tidak digubris, bahkan diualang setiap setengah jam hingga siaran berhenti pukul 16.00.
Ada tiga akibat yang muncul setelah siaran berita proklamasi itu
  1. Pimpinan tetara pendudukan jepang di Jawa menyatakan berita itu sebagai kebohongan dan kekeliruan sehingga memerintahkan untuk meralat. Pemancar radio akhirnya disegel oleh Jepang tanggal 20 Agustus 1945 dan semua pegawainya dilarang masuk. Segera setelah disegel, mereka dengan dibantu para teknisi radio seperti Sukarman, Sutanto, Susilohardjo dan Suhandar, membuat pemancar baru. Peralatannya dicuri dari Kantor Domei satu demi satu dan dibawa ke rumah Waidan B Palenewen ke Menteng 31. Akhirnya berdirilah pemancar baru di Menteng 31 dengan kode DJK I. Dari sinilah, berita proklamsi disebarkan ke penjuru tanah air.
  2. Gunseikanbu memanggil Bung Karno dan Bung Hatta untuk mempertanggungjawabkan tindakannya. Bahkan, mereka memerintahkan agar kedua tokoh itu membatalkan proklamsi yang telah terlanjur dibacakan, namun dengan tegas ditolak Bung Karno dan Bung Hatta. Gunseikanmemperingatkan agar Indonesia berhati-hati sehingga tidak merugikan jepang karena urusan-urusan Indonesia akan diserahkan kepada Sekutu. Akhirnya, antara Gunseikan dengan Bung Karno dan Bung Hatta terjadi kesepakatan : perebutan kekuasaan tidak dilakukan di Jakarta.
  3. Ada upaya terakhir dari Jepang untuk membatalkan proklamasi yaitu dengan mendesak PPKI agar bersidang. Agendanya adalah membicarakan rencana kemerdekaan sebagai hadiah Jepang, sebagaimana pernah dijanjikan Jepang dahulu.
Reaksi rakyat di berbagai daerah bermacam-macam, dan heroisme pun membubung tinggi. Apalagi selama pendudukan Jepang ada kebiasaan rakyat mengadakan rapat raksasa untuk mendengarkan pidato dari para pemimpinnya. Karena proklamsi kemerdekaan merupakan peristiwa besar bagi bangsa Indonesia, maka untuk menyambutnya perlu diadakan rapat raksasa. Rencana disusun oleh komite van Aksi Menteng 31, namun baru tanggal 19 september 1945brapat itu terlaksana. Ribuan rakyat berkumpul di lapangan Ikada di hadapan tentara Jepang dengan bayonet terhunus. Untuk mencegah insiden dengan tentara jepang, Bung Karno berpidato singkat agar rakyat percaya kepada pemerintah Republik Indonesia dan pulang dengan tenang. Inilah pertemuan pertama presiden dengan rakyat.
Tanggal 20 Agustus 1945 Sri Sultan Hamengku Buwono IX menyambutnya dengan berkata bahwa “semua orang harus bersedia dan sanggup mengorbankan kepentingan masing-masing demi kepentingan kita bersama, ialah menjaga, memelihara, dan membela kemerdekaan nusa dan bangsa”. Sri Sultan adalah raja dari keraton yogyakarta, namun dia tidak mau melepaskan diri dari Indonesia dengan membentuk kerajaan sendiri, meskipun saat itu sangat memungkinkan.
Kemerdekaan yang baru diproklamasikanitu, dieksplotasikan dalam beragam cara. Secara umum berbagai peristiwa itu antara lain:
Waktu Peristiwa Tokoh Tempat
  1. 19 Agustus – 20 Oktober 1945 Para pemuda yang terdiri atas Boei Taishin (Barisan Berani Mati) dan eks Kaigun Heiho merebut gedung-gedung vital seperti studio radio serta tangsi polisi. Dr. Sam Ratulangi, Mr. Andi Zainual Abidin, Makasar, Polombangkeng
  2. 13 September 1945, Perebutan senjata oleh 600 pemuda terlatih di markas-markas Jepang, Gorontalo

  1. 19 September – 1 Oktober 1945
  1. Perebutan senjata di gudang mesiu Don Bosco dan perebutan markas pertahanan Jawa Timur, pangkalan Angkatan Laut Ujung, serta perebutan markas-markas serta pabrik yang tersebar di Jawa Timur.
  2. Insiden bendera di atas Hotel Yamato yang dipicu oleh tindakan orang-orang Belanda tawanan Jepang yang memasang bendera di atas hotel itu.
  3. Rakyat menyerbu markas kompetai (kantor gubenur sekarang) yang dianggap lambang kekejaman pemerintah Jepang. Residen Sudirman, Surabaya dan sekitarnya
  1. 26 September – 7 Oktober 1945
  1. Aksi pemogokan rakyat yang bekerja di instansi-instansi pemerintah dan perusahaan-perusahaan yang dikuasai Jepang
  2. Berdirinya surat kabar Kedaulatan Rakyat
  3. Pemuda BKR dan Pemuda Polisi Istimewa merebut gudang senjata di tangsi Otsuka Butai, Yogyakarta
  1. 8 Oktober – 12 Oktober 1945
    1. Pemuda dan tokoh masyarakat membentuk Angkatan Pemuda Indonesia (API)
    2.  Shucokan memanggil para pemuda agar menghentikan aktivitas dan membubarkan organisme yang telah terbentuk
    3. Perebutan dan pengambilan kantor-kantor pemerintah dan pengibaran bendera Merah Putih, Aceh

  1. 14 Oktober 1945
    1. Sebanyak 400 orang tawanan jepang diangkut para pemuda dari pabrik gula Cepiring ke Semarang. Sebagian di antaranya melarikan diri yang menyebabkan pemuda marah
    2. Pertempuran lima hari dengan korban sebanyak 990 orang, Semarang
  2. 17 Oktober 1945, Pemuda berusaha merebut pangkalan udara Andir dan pabrik senjata (Sekarang pindah), Bandung
  3. 14 Nopember 1945, Para pemuda mendirikan berbagai organisasi seperti Angkatan Muda Indonesia (AMI), Pemuda Republik Indonesia (PRI), dan lain-lain, untuk menegakkan RI melalui perundingan dan perebutan kekuasaan, Bali
  4. Desember 1945, Para pemuda berusaha merebut senjata dari markas-markas tentara Jepang, Gempe, Sape, Raba, Sumbawa
  5. 14 Pebruari – 15 Februari 1946, Eks anggota KNIL yang bergabung di dalam Pasukan Pemuda Indonesia (PPI) membebaskan para tawanan yang pro RI, lalu menguasai markas-markas NICA. Ch.Ch. Taulu, B.W. Lapian, SD. Wuisan, dan J Kaseger, Teling, Tomohon, Tondano, Manado
Terbentunya Negara dan Pemerintah Republik Indonesia
a. Proses Terbentuknya Negara Dan Pemerintah Republik Indonesia
Pada saat mengakiri pidato dalam rangka pembacaan teks proklamsi tanggal 17 Agustus 1945 itu, Bung Karno berkata :” Kita sekarang telah merdeka. Tidak ada satu ikatan lagi yang mengikat tanah air kita dan bangsa kita ! Mulai saat ini kita menyusun negara kita! Negara merdeka, negara republik Indonesia merdeka, kekal dan abadi. Insya  Allah, Tuhan memberkati kemerdekaan kita itu “. Beberapa saat setelah proklamasi, rakyat bergerak tanpa dikomando untuk menasionalisasi seluruh aset-aset tentara pendudukan Jepang. Para pemimpin melakukan konsulidasi untuk menata sistem kenegaraan sistem demokrasi, monarki dan lain-lain.
Sehari setelah proklamasi PPKI mengadakan sidangnya pada tanggal 18 Agustus 1945, meskipun mendapat kritikan dari golongan muda seperti Sukarni, Chairul Saleh dan Wikana. Sidang dipimpin langsung oleh Ir. Sukarno. Tidak lebih dari dua jam, sidang menyepakati beberapa keputusan terhadap rancangan Pembukaan dan undang-undang dasar yang telah disiapkan BPUPKI, yaitu :
Pembahasan PPKI
1.      Bab III Pasal 4 Presiden harus beragama Islam, mengingat sebagian besar rakyat beragama IslamPresiden diganti menjadi presiden ialah orang Indonesia asli
2.      Jumlah wakil presiden ditetapkan dua orangdirevisi menjadi Jumlah wakil presiden ditetapkan satu orang saja
3.      Presiden Republik Indonesia memegang kekuasaan, direvisi menjadi Presiden Republik Indonesia memegang kekuasaan menurut undang-undang dasar
4.      Negara berdasar atas ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya, direvisi menjadi Negara berdasar atas ketuhanan Yang Maha Islam
Dengan beberapa revisi tersebut, rancangan pembukaan dan undang-undang dasar disahkan oleh PPKI sebagai Undang-Undang Dasar RI 1945.
PPKI mengadakan pemilihan presiden dan wakil presiden. Sebelum acara pemilihan, Bung Karno selaku ketua sidang mengusulkan agar pasal 3 dalam aturan peralihan bisa disahkan terlebih dahulu. Pasal itu antara lain berbunyi : Untuk pertama kali presiden dan wakil presiden dipilih oleh PPKI. Setelah disepakati, Otto Iskandardinata mengajukan usul agar pemilihan presiden dan wakil presiden dilakukan secar aklamsi, sedangkan calon yang ia usulkan adalah Bung Karno sebagai presiden dan Bung Hatta sebagai wakil presiden. Tanpa adanya kesulitan semua peserta sidang secara aklamsi bisa menerimanya. Demikian setelah menetapkan Mukadimah dan UUD 1945, PPKI menetapkan Ir. Sukarno sebagai presiden dan Drs. Muh. Hatta sebagai wakil presiden.
Sebelum menutup sidang PPKI Bung Karno menunjuk sembilan orang sebagai Panitia Kecil yang harus menyusun rencana mengenai masalah-masalah yang sangat mendesak seperti pembagian wilayah negara, kepolisian, tentara kebangsaan, dan perekonomian. Sidang tanggal 19 Agustus 1945 PPKI berhasil membentuk alat kelengkapan negara dan pemerintah
Keputusan sidang PPKI tanggal 19 Agustus 1945
1.      Untuk sementara waktu daerah negara Indonesia dibagi dalam delapan propinsi yang masing-masing dikepalai oleh seorang gubenur. Propinsi-propinsi tersebut :
-          Jawa Barat
-          Jawa Tengah
-          Jawa Timur
-          Sumatra
-          Borneo (Kalimantan)
-          Sulawesi
-          Maluku
-          Sunda Kecil (Nusa Tenggara)
2.      Daerah propinsi dibagi dalam karesidenan yang dikepalai oleh seorang residen. Gubenur dan residen dibantu oleh Komite Nasional daerah.

3.      Pemerintah Republik Indonesia akan dibagi dalam dua belas departemen (kementrian), yaitu :
-          Departemen Dalam Negeri
-          Departemen Luar Negeri
-          Departemen Kehakiman
-          Departemen Keuangan
-          Departemen Kesehatan
-          Departemen Pengajaran, Pendidikan, dan Kebudayaan
-          Departemen Sosial
-          Departemen Pertahanan
-          Departemen Penerangan
-          Departemen Perhubungan
-          Departemen Pekerjaan Umum.
4.      Mengenai Pertahanan :
-          PETA di Jawa dan Bali serta Laskar Rakyat di Sumatera dibubarkan
-          Aktivitas prajurit Heiho dihentikan
-          Tentara Kebangsaan Indonesia supaya segera dibentuk oleh presiden.
Setelah menyelewsaikan persidangan, pada malam harinya presiden dan wakil presiden berdiskusi dengan beberapa tokoh perjuangan antara lain : Mr. Sartono, Suwiryo, Otto Iskandadinata, Sukardjo Wirjopranoto, dr. Buntaran, Mr. A.G. Pringgodigdo, Sutardjo Kartohadikusumo, dan dr. Tajuludin untuk membahas keanggotaan Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP). Hasil pembahasan dibawa ke sidang PPKI tanggal 22 Agustus 1945. Dalam sidang berhasil ditetapkan  :
1.      Pembentukan Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) dengan kepengurusan : Mr. Kasman Singodimedjo (ketua), Sutardjo Kartohadikusumo (wakil ketua I), Mr. Latuharhary (wakil ketua II), dan Adam Malik (wakil ketua III), serta
2.      Penetapan Partai Nasional.
Sidang pertama tanggal 29 Agustus 1945 KNIP mengeluarkan Mosi Rakyat antara lain :
-          Bangsa Indonesia menuntut pengakuan kemerdekaan dari seluruh dunia dengan terlaksananya negara Republik Indonesia sekarang ini, sebagai salah satu syarat bagi perdamaian internasional
-          Maklumat tentang kewajiban rakyat Indonesia untuk serentak mendukung pemerintah negara Republik Indonesia merdeka, dengan mencurahkan segenap pikiran, tenaga, harta benda, dan jiwa raga bagi keselamatan serta kemakmuran bangsa Indonesia.
Tanggal 2 September 1945 Presiden Ir. Soekarno mengumumkan pembentukan kabinet Republik Indonesia pertama. sesua dengan UUD 1945 maka kabine6t itu dipimpin oleh presiden. Anggota kabinetnya antara lain : RAA Wiranata Kusumah (Mendagri), Mr. Ahmad Subardjo (Menlu), Mr. AAMaramis (Menkeu), Prof Mr Dr Soepomo (Menkeh), Ir Surachman Tjokroadisuryo (Menteri Kemakmuran), Suprijadi (Menteri Keamanan Rakyat), Dr. Buntaran Martoatmadjo (Menkes), Ki Hajar Dewantoro (Menteri pengajaran), Mr Amir Syarifuddin (Menpen), Mr. Iwa Kusumasumantri (Mensos), Abikusno Tjokrosujoso (Men PU dan Menhub ad interim). Selain itu presiden Ir Soekarno juga mengangkat empat menteri negara yaitu : Wachid Hasjim, Dr. M Amir, Mr. RM Sartono, dan R Otto Iskandadinata, serta empat pejabat negara lainnya, yaitu : Mr. Dr Kusumah Atmadja (Ketua MA), Mr Gatot Tarunamihardja (Jaksa Agung), Mr AG Pringgodigdo (Mensegneg), dan Sukardjo Wirjopranoto (Juru Bicara Negara).
Tanggal 5 Oktober 1945 Ir Soekarno mengenguarkan maklumat, yang isinya : “ Untuk memperkuat perasaan keamanan umum, maka diadakan satu Tentara Keamanan Rakyat (TKR)“. Semula yang diangkat sebagai pimpinan tertinggi TKR adalah Supriyadi. Namun tokoh PETA yang melakukan pemberontakan di Blitar tahun 1944 tidak pernah muncul, maka dalam rapat komandan-komandan devisi seluruh Indonesia tanggal 12 Nopember 1945 di Yogyakarta, terpilihlah Sudirman (Kepala Divisi IV yang berkedudukan di Purwokerto). Maka mulai tanggal 18 Desember 1945 Jenderal Sudirman bertindak sebagai Panglima Besar TKR, Letnan Jenderal Urip Sumohardjo sebagai Kepala Staf Umum TKR, dengan 10 Divisi TKR di Jawa dan 6 Devisi TKR di Sumatra.
 Dukungan Daerah terhadap Pembentukan Negara dan Pemerintah Republik Indonesia.
Sehari setelah proklamasi kemerdekaan dibacakan, yaitu tanggal 18 Agustus 1945 keluarlah dua maklumat penting, yaitu :
-          Berasal dari presiden dan wakil presiden yang antara lain berisi permintaan agar rakyat Indonesia dari segenap lapisan tinggal tentram, tenang, siap sedia, dan memegang teguh kedisiplinan.

-          Dari Komite Nasional Indonesia yang berisi agar rakyat menjaga nama dan kehormatan bangsa dengan menjauhkan segala pikiran dan perbuatan yang jahat-jahat dengan memegang teguh ketentraman umum.






kelompok 2
Anggota Kelompok :


1. Berliana Aptikasari (08/XI IPS 1)
2. Rasika Dhuita Haya Minhaj (22/XI IPS 1)
3. Sarah Whiena Kuswara (25/XI IPS 1)
4. Sekar Apriliany (26/XI IPS 1)
1. Sambutan Rakyat Indonesia tentang Proklamasi Kemerdekaan
https://i1.wp.com/www.crayonpedia.org/wiki/images/f/f8/Peristiwa_Proklamasi_dan_Pemb_NKRI_16.jpgKemerdekaan yang diproklamasikan tanggal 17 Agustus 1945 ternyata mendapat sambutan yang luar biasa di berbagai daerah, baik di Jawa maupun luar Jawa. Berikut ini dukungan terhadap pembentukan Negara Republik Indonesia.
1. Di Sulawesi Selatan, Raja Bone (Arumpone) La Mappanjuki, yang masih tetap ingat akan pertempuran-pertempuran melawan Belanda pada awal abad XX, menyatakan dukungannya terhadap Negara Kesatuan dan Pemerintahan Republik Indonesia. Mayoritas raja-raja suku Makasar dan Bugis mengikuti jejak Raja Bone mengakui kekuasaan Dr. Sam Ratulangie yang ditunjuk pemerintah sebagai Gubernur Republik di Sulawesi.
2. Raja-raja Bali juga mengakui kekuasaan Republik.
3. Empat raja di Jawa Tengah (Mangkunegaran, Kasunanan Surakarta, Kasultanan, dan Paku Alaman Yogyakarta) menyatakan dukungan mereka kepada Republik Indonesia pada awal September 1945.
Dukungan yang sangat penting ditunjukkan oleh Sri Sultan Hamengku Buwono IX dari Kasultanan Yogyakarta yang nampak dalam pernyataannya tanggal 5 September 1945. Dalam pernyataan tersebut Sri Sultan Hamengku Buwono IX menegaskan bahwa Negeri Ngayogyokarto Hadiningrat yang bersifat kerajaan sebagai Daerah Istimewa dalam Negara Republik Indonesia. Pernyataan tersebut merupakan suatu keputusan yang cukup berani dan bijak di dalam negara kerajaan yang berdaulat.
1 . Sulawesi Selatan
Pada tanggal 19 Agustus 1945, rombongan Dr. Sam Ratulangi, Gubernur Sulawesi, mendarat di Sapiria, Bulukumba. Setelah sampai di Ujungpandang, gubernur segera membentuk pemerintahan daerah. Mr. Andi Zainal Abidin diangkat sebagai Sekretaris Daerah. Tindakan gubernur oleh para pemuda dianggap terlalu berhatihati, kemudian para pemuda mengorganisasi diri dan merencanakan merebut gedung-gedung vital seperti studio radio dan tangsi polisi. Kelompok pemuda tersebut terdiri dari kelompok Barisan Berani Mati (Bo-ei Taishin), bekas kaigun heiho dan pelajar SMP. Pada tanggal 28 Oktober 1945 mereka bergerak menuju sasaran. Akibat peristiwa tersebut, pasukan Australia yang telah ada bergerak dan melucuti mereka. Sejak peristiwa tersebut gerakan pemuda dipindahkan dari Ujungpandang ke Polombangkeng.
2 . Di Bali
Para pemuda Bali telah membentuk berbagai organisasi pemuda, seperti AMI, Pemuda Republik Indonesia (PRI) pada akhir Agustus 1945. Mereka berusaha untuk menegakkan Republik Indonesia melalui perundingan tetapi mendapat hambatan dari pasukan Jepang. Pada tanggal 13 Desember 1945 mereka melakukan gerakan serentak untuk merebut kekuasaan dari tangan Jepang, meskipun gerakan ini gagal.
3 . Gorontalo
Pada tanggal 13 September 1945 di Gorontalo terjadi perebutan senjata terhadap markas-markas Jepang. Kedaulatan Republik Indonesia berhasil ditegakkan dan para pemimpin Republik menolak ajakan untuk berunding dengan pasukan pendudukan Australia.
4 . Rapat Raksasa di Lapangan Ikada
Rapat Raksasa dilaksanakan di Lapangan Ikada (Ikatan Atletik Djakarta) tanggal 19 September 1945. Sekitar 200.000 orang hadir dalam pertemuan tersebut. Pada peristiwa ini, kekuatan Jepang, termasuk tank-tank, berjaga-jaga dengan mengelilingi rapat umum tersebut. Rapat Ikada dihadiri oleh Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Mohammad Hatta serta sejumlah menteri. Untuk menghindari terjadinya pertumpahan darah, Presiden Soekarno menyampaikan pidato yang intinya berisi permintaan agar rakyat memberi kepercayaan dan dukungan kepada pemerintah RI, mematuhi perintahnya dan tunduk kepada disiplin. Setelah itu Presiden Soekarno meminta rakyat yang hadir bubar dan tenang.
5. Terjadinya Insiden Bendera di Hotel
Insiden ini terjadi pada tanggal 19 September 1945, ketika orang-orang Belanda bekas tawanan Jepang menduduki Hotel Yamato, dengan dibantu segerombolan pasukan Serikat. Orang-orang Belanda tersebut mengibarkan bendera mereka di puncak Hotel Yamato. Hal tersebut memancing kemarahan para pemuda. Hotel tersebut diserbu para pemuda, setelah permintaan Residen Sudirman untuk menurunkan bendera Belanda ditolak penghuni hotel. Bentrokan tidak dapat dihindarkan. Beberapa pemuda berhasil memanjat atap hotel serta menurunkan bendera Belanda yang berkibar di atasnya. Mereka merobek warna birunya dan mengibarkan kembali sebagai Merah Putih.
6 . Di Yogyakarta
Di Yogyakarta perebutan kekuasaan secara serentak dimulai tanggal 26 September 1945. Sejak pukul 10 pagi semua pegawai instansi pemerintah dan perusahaan yang dikuasai Jepang melaksanakan aksi mogok. Mereka memaksa agar orang-orang Jepang menyerahkan aset dan kantornya kepada orang Indonesia. Tanggal 27 September 1945 Komite Nasional Indonesia Daerah Yogyakarta mengumumkan bahwa kekuasaan di daerah tersebut telah berada di tangan Pemerintah Republik Indonesia. Pada hari itu juga di Yogyakarta diterbitkan surat kabar Kedaulatan Rakyat.

7. Sumatra Selatan
Dukungan dan perebutan kekuasaan terjadi di Sumatra Selatan pada tanggal 8 Oktober 1945, ketika Residen Sumatra Selatan dr. A.K. Gani bersama seluruh pegawai Gunseibu dalam suatu upacara menaikkan bendera Merah Putih. Setelah upacara selesai, para pegawai kembali ke kantornya masing-masing. Pada hari itu juga diumumkan bahwa di seluruh Karesidenan Palembang hanya ada satu kekuasaan yakni kekuasaan Republik Indonesia. Perebutan kekuasaan di Palembang berlangsung tanpa insiden, sebab orang-orang Jepang telah menghindar ketika terjadi demonstrasi.
8 . Pertempuran Lima Hari di Semarang
Peristiwa ini terjadi di Semarang pada tanggal 15 – 20 Oktober 1945. Peristiwa itu berawal ketika 400 orang veteran AL Jepang yang akan dipekerjakan untuk mengubah pabrik gula Cepiring menjadi pabrik senjata memberontak ketika akan dipindahkan ke Semarang. Tawanan-tawanan tersebut menyerang polisi Indonesia yang mengawal mereka. Situasi bertambah hangat dengan meluasnya desas-desus bahwa cadangan air minum di desa Candi telah diracuni. Dr. Karyadi yang meneliti cadangan air minum tersebut meninggal ditembak oleh Jepang. Pertempuran mulai pecah dini hari tanggal 15 Oktober 1945 di Simpang Lima. Pertempuran berlangsung lima hari dan baru berhenti setelah pimpinan TKR berunding dengan pimpinan pasukan Jepang. Usaha perdamaian dipercepat dengan mendaratnya pasukan Sekutu di Semarang pada tanggal 20 Oktober 1945 yang kemudian menawan dan melucuti senjata tentara Jepang. Untuk mengenang keberanian para pemuda Semarang dalam pertempuran tersebut, maka dibangunlah Tugu Muda yang terletak di kawasan Simpang Lima, Semarang.
9 . Di Bandung
Pertempuran diawali dengan usaha para pemuda untuk merebut pangkalan Udara Andir dan pabrik senjata bekas ACW (Artillerie Constructie Winkel, sekarang Pindad). Usaha tersebut berlangsung sampai datangnya pasukan Sekutu di Bandung tanggal 17 Oktober 1945.
10. Kalimantan
Di beberapa kota di Kalimantan mulai timbul gerakan yang mendukung proklamasi. Akibatnya tentara Australia yang sudah mendarat atas nama Sekutu mengeluarkan ultimatum melarang semua aktivitas politik, seperti demonstrasi dan mengibarkan bendera Merah Putih, memakai lencana Merah Putih dan mengadakan rapat. Namun kaum nasionalis tidak menghiraukannya. Di Balikpapan tanggal 14 November 1945, tidak kurang 8.000 orang berkumpul di depan komplek NICA sambil membawa bendera Merah Putih.
11. Sulawesi Utara
Usaha menegakkan kedaulatan di Sulawesi Utara tidak padam, meskipun tentara NICA telah menguasai wilayah tersebut. Pada tanggal 14 Februari 1946, para pemuda Indonesia anggota KNIL tergabung dalam Pasukan Pemuda Indonesia (PPI) mengadakan gerakan di Tangsi Putih dan Tangsi Hitam di Teling, Manado. Mereka membebaskan tawanan yang mendukung Republik Indonesia antara lain Taulu, Wuisan, Sumanti, G.A. Maengkom, Kusno Dhanupojo, dan G.E. Duhan. Di sisi lain mereka juga menahan Komandan Garnisun Manado dan semua pasukan Belanda di Teling dan penjara Manado. Dengan diawali peristiwa tersebut para pemuda menguasai markas Belanda di Tomohon dan Tondano. Berita tentang perebutan kekuasaan tersebut dikirim ke pemerintah pusat yang saat itu di Yogyakarta dan mengeluarkan Maklumat No. 1 yang ditandatangani oleh Ch.Ch. Taulu. Pemerintah sipil dibentuk tanggal 16 Februari 1946 dan sebagai residen dipilih B.W. Lapian.

2.  Sambutan Masyarakat Boyolali tentang Proklamasi Kemerdekaan
Tanggal 17 Agustus 1945 berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia di berbagai daerah diterima secara terlambat dikarenakan alat-alat perhubungan (alat komunikasi) sulit untuk dijangkau. Faktor lain yang mempengaruhi adalah rakyat Indonesia mendapat tekanan dan ancaman oleh Pemerintah Jepang. Tetapi lain hal dengan masyarakat Boyolali yang sebelumnya telah mendapatkan berita, maka pada tanggal 17 Agustus 1945 para pemuda yang telah menyimpan radio secara rahasia di Barisan Pelopor dapat mengikuti tuntunan acara Proklamasi Kemerdekaan yang dilaksanakan di Jakarta.
Markas Cabangnya berpusat dirumah Amongwardoyo, tepatnya di jalan Merbabu Boyolali. Melalui Radio Rahasia/Radio Gelap itulah para anggota Barisan Pelopor dapat mengetahui pidato Bung Karno tentang Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia. Berita tersebut disiarkan dengan bantuan Angkatan Muda Indonesia (AMI). Pada tanggal 19 Agustus 1945 ada seorang pemuda yang bernama Indromarjoko yang berasal dari Sala memberikan plakat-plakat tentang kemerdekaan dan Lencana Merah Putih untuk ditempelkan pada gedung-gedung ditepi jalan. Dengan tindakan tersebut berarti memberikan penerangan kepada masyarakat Boyolali tentang adanya Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia.
Disisi lain, Para Pemuda Boyolali spontan mengibarkan bendera merah putih untuk yang pertama kali dikibarkan di halaman kantor Kabupaten Boyolali, setelah didahului dengan penurunan Bendera Jepang. Pengibar Benderanya adalah Mandani dan Amongwardoyo, dan disaksikan oleh Harbuntalib, Soebagiyo, RNg Swonopranoto, Kunto Sudarsono, dan beberapa orang yang lain.
Pada sore harinya bendera tersebut diturunkan oleh Bupati Boyolali RT Reksonagoro. Bahkan karena adanya ultimatum dari Bupati tersebut maka pengibaran bendera dipindahkan ke sebelah selatan Benteng Renovatum, yang sekarang dikenal dengan Taman Sonokridanggo. Piket penjagaan bendera diadakan dan diatur terus menerus secara bergiliran. Dengan adanya larangan pengibaran bendera tersebut kiranya justru merupakan cambuk tumbuhnya semangat Nasional merebut pemerintahan dari tangan Jepang.



3. Terbentuknya Negara Kesatuan dan Pemerintah Republik Indonesia serta Kelengkapannya
Negara RI yang dilahirkan pada tanggal 17 Agustus 1945 pada kenyataannya belum sempurna sebagai suatu negara. Oleh karena itu langkah yang diambil oleh para pemimpin negara melalui PPKI adalah menyusun konstitusi negara dan membentuk alat kelengkapan negara. Untuk itu PPKI mengadakan sidang sebanyak tiga kali yaitu pada tanggal 18 Agustus 1945, 19 Agustus 1945, dan 22 Agustus 1945. Sebelum rapat dimulai, muncul permasalahan yang disampaikan oleh wakil dari luar Jawa, di antaranya Mr. Latuharhary (Maluku), Dr. Sam Ratulangi (Sulawesi), Mr. Tadjudin Noor dan Ir. Pangeran Noor (Kalimantan), dan Mr. I Ktut Pudja (Nusa Tenggara) yang menyampaikan keresahan penduduk non-Islam mengenai kalimat dalam Piagam Jakarta yang nantinya akan dijadikan rancangan pembukaan dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia. Kalimat yang dimaksud adalah “Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariah Islam bagi para pemeluknya”, serta “syarat seorang kepala negara  haruslah seorang muslim”. Untuk mengatasi masalah tersebut Drs. Mohammad Hatta beserta Ki Bagus Hadikusumo, Wachid Hasyim,  Mr. Kasman Singadimedjo, dan Mr. Teuku Mohammad Hassan membicarakannya secara khusus. Akhirnya dengan mempertimbangkan kepentingan yang lebih luas dan menegakkan Negara Republik Indonesia yang baru saja didirikan, rumusan kalimat yang  dirasakan memberatkan oleh kelompok non-Islam dihapus sehingga menjadi berbunyi “ Ketuhanan Yang Maha Esa” dan syarat seorang kepala negara adalah orang Indonesia asli. Untuk memahami hasil sidang secara lengkap, maka perhatikan tabel 11.2 berikut.



Hasil-Hasil Sidang PPKI Secara Lengkap
1 . Pembentukan Komite Nasional
Sebagai tindak lanjut dari sidang PPKI tanggal 22 Agustus 1945 maka dibentuklah Komite Nasional Indonesia (KNI). Komite Nasional Indonesia adalah badan yang akan berfungsi sebagai Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) sebelum diselenggarakan Pemilihan Umum (Pemilu). KNIP diketuai oleh Mr. Kasman Singodimejo. Anggota KNIP dilantik pada tanggal 29 Agustus 1945. Tugas pertama KNIP adalah membantu tugas kepresidenan. Namun, kemudian diperluas tidak hanya sebagai penasihat presiden, tetapi juga mempunyai kewenangan legislatif. Wewenang KNIP sebagai DPR ditetapkan dalam rapat KNIP tanggal 16 Oktober 1945. Dalam rapat tersebut, wakil presiden Drs. Moh. Hatta mengeluarkan Maklumat Pemerintah RI No. X yang isinya meliputi hal-hal berikut.
a. KNIP sebelum DPR/MPR terbentuk diserahi kekuasaan legislatif untuk membuat undang-undang dan ikut menetapkan Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN).
b. Berhubung gentingnya keadaan, maka pekerjaan sehari-hari KNIP dijalankan oleh sebuah Badan Pekerja KNIP yang diketuai oleh Sutan Syahrir. Komite Nasional Indonesia disusun dari tingkat pusat sampai daerah. Pada tingkat pusat disebut Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) dan pada tingkat daerah yang disusun sampai tingkat kawedanan disebut Komite Nasional Indonesia.
2 . Pembentukan Partai Nasional Indonesia
Pada tanggal 22 Agustus 1945 PPKI bersidang untuk yang ketiga kalinya dan menghasilkan keputusan antara lain pembentukan Partai Nasional Indonesia, yang pada waktu itu dimaksudkan sebagai satu-satunya partai politik di Indonesia (partai tunggal). Dalam perkembangannya muncul Maklumat tanggal 31 Agustus 1945 yang memutuskan bahwa gerakan dan persiapan Partai Nasional Indonesia ditunda dan segala kegiatan dicurahkan ke dalam Komite Nasional. Sejak saat itu, gagasan satu partai tidak pernah dihidupkan lagi. Demi kelangsungan kehidupan demokrasi, maka KNIP mengajukan usul kepada pemerintah agar rakyat diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk mendirikan partai politik. Sebagai tanggapan atas usul tersebut, maka pada tanggal 3 November 1945 pemerintah mengeluarkan maklumat pemerintah yang pada intinya berisi memberikan kesempatan kepada rakyat untuk mendirikan partai politik. Maklumat itu kemudian dikenal dengan Maklumat Pemerintah tanggal 3 November 1945. Partai politik yang muncul setelah Maklumat Pemerintah tanggal 3 November 1945 dikeluarkan antara lain Masyumi, Partai Komunis Indonesia, Partai Buruh Indonesia, Parkindo, Partai Rakyat Jelata, Partai Sosialis Indonesia, Partai Rakyat Sosialis, Partai Katolik, Permai, dan PNI.
3 . Pembentukan Badan Keamanan Rakyat
Badan Keamanan Rakyat (BKR) ditetapkan sebagai bagian dari Badan Penolong Keluarga Korban Perang (BPKKP), yang merupakan induk organisasi yang ditujukan untuk memelihara keselamatan masyarakat. BKR tugasnya sebagai penjaga keamanan umum di daerah-daerah di bawah koordinasi KNI Daerah. Para pemuda bekas anggota Peta, KNIL, dan Heiho segera membentuk BKR di daerah sebagai wadah perjuangannya. Khusus di Jakarta dibentuk BKR Pusat untuk mengoordinasi dan mengendalikan BKR di bawah pimpinan Kaprawi. Sementara BKR Jawa Timur dipimpin Drg. Moestopo, BKR Jawa Tengah dipimpin Soedirman, dan BKR Jawa Barat dipimpin Arudji Kartawinata. Pemerintah belum membentuk tentara yang bersifat nasional karena pertimbangan politik, mengingat pembentukan tentara yang bersifat nasional akan mengundang sikap permusuhan dari Sekutu dan Jepang. Menurut perhitungan, kekuatan nasional belum mampu menghadapi gabungan Sekutu dan Jepang. Sementara itu para pemuda yang kurang setuju pembentukan BKR dan menghendaki pembentukan tentara nasional, membentuk badan-badan perjuangan atau laskar bersenjata. Badan perjuangan tersebut misalnya Angkatan Pemuda Indonesia (API), Pemuda Republik Indonesia (PRI), Barisan Pemuda Indonesia (BPI), dan lainnya. Selain itu para pemuda yang dipelopori oleh Adam Malik membentuk Komite van Actie.
Pada tanggal 5 Oktober 1945 dikeluarkan Maklumat Pemerintah yang menyatakan berdirinya Tentara Keamanan Rakyat (TKR). Sebagai pimpinan TKR ditunjuk Supriyadi. Berdasarkan maklumat pemerintah tersebut, maka segera dibentuk Markas Tertinggi TKR oleh Oerip Soemohardjo yang berkedudukan di Yogyakarta. Di Pulau Jawa terbentuk 10 Divisi dan di Sumatra 6 Divisi. Berkembangnya kekuatan pertahanan dan keamanan yang begitu cepat memerlukan satu pimpinan yang kuat dan berwibawa untuk mengatasi segala persoalan akibat perkembangan tersebut. Supriyadi yang ditunjuk sebagai pemimpin tertinggi TKR ternyata tidak pernah muncul. Pada bulan
November 1945 atas prakarsa dari markas tertinggi TKR diadakan pemilihan pemimpin tertinggi TKR yang baru. Yang terpilih adalah Kolonel Soedirman, Komandan Divisi V/Banyumas. Sebulan kemudian pada tanggal 18 Desember 1945, Soedirman dilantik sebagai Panglima Besar TKR dengan pangkat jenderal.
Oerip Soemohardjo tetap menduduki jabatan lamanya sebagai Kepala Staf Umum TKR dengan pangkat Letnan Jenderal (Letjen). Terpilihnya Soedirman merupakan titik tolak perkembangan organisasi kekuatan pertahanan keamanan. Pada bulan Januari 1946, TKR berubah menjadi Tentara Rakyat Indonesia (TRI). Pada bulan Juni 1947 nama TRI berubah menjadi Tentara Nasional Indonesia (TNI). Sampai dengan pertengahan 1947, bangsa Indonesia telah berhasil menyusun, mengonsolidasikan dan sekaligus mengintegrasikan alat pertahanan dan keamanan. TNI bukanlah semata-mata alat negara atau pemerintah, melainkan alat rakyat, alat “revolusi” dan alat bangsa
Indonesia.

kelompok 3


ATRI CAHYANINGTYAS (04)
MISI HARYANTI (19)
RISA YAUMA NUR JANATI (23)
VALENTINO D.S (32)
1)      Menganalisis sambutan rakyat Indonesia setelah mendengar proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945.


Di tingkat Pusat setelah berhasil merumuskan teks proklamasi Bung Karno berpesan kepada para pemimpin yang bekerja pada pers dan kantor berita, terutama B.M Diah untuk memperbanyak teks proklamasi dan menyiarkannya ke seluruh dunia. Semua alat komunikasi yang ada dipergunakan untuk menyebarluaskan berita proklamasi kemerdekaan. Berita proklamasi yang telah menyebar ke seluruh kota Jakarta, segera disebarluaskan ke seluruh dunia. Pada tanggal 17 Agustus 1945 teks proklamasi telah sampai di tangan Kepala Bagian Radio Kantor Waidan. Untuk itu F. Wuz (seorang markonis) menyiarkan berita proklamasi berturut-turut setiap setengah jam sampai pukul 16.00 saat siaran berhenti walaupun dilarang oleh pihak Jepang. Sedangkan pucuk pimpinan tentara Jepang di Jawa memerintahkan untuk meralat berita proklamasi dan menyatakan sebagai kekeliruan. Pada tanggal 20 Agustus 1945, pemancar radio disegel oleh Jepang dan para pegawainya dilarang masuk. Namun pemuda tidak kehilangan akal dengan membuat pemancar baru dengan bantuan beberapa orang teknisi radio yang diambil dari Kantor Berita Domei. Di Menteng 31 para pemuda berhasil merakit pemancar baru dengan kode panggilan DJK I. dari sinilah berita Proklamasi Kemerdekaan terus disiarkan. Selain itu juga lewat pers dan surat selebaran. Hampir seluruh harian di Jawa dalam penerbitannya tanggal 20 Agustus 1945 memuat berita proklamasi dan UUD Negara Republik Indonesia.
Rakyat di daerah-daerah mulanya tidak percaya bahwa Indonesia telah merdeka. Namun, setelah yakin akan kebenaran berita itu, luapan kegembiraan muncul di mana-mana. Di Jawa Tengah berita Proklamasi diterima melalui radio Domei Sementara. Oleh Syarief Sulaiman dan M.S. Mintarjo berita tersebut dibawa ke gedung Hokokai yang saat itu sedang dilaksanakan sidang di bawah pimpinan Mr. Wongso Negoro. Setelah copy teks Proklamasi dibacakan, para peserta sidang bertepuk tangan penuh gembira, kemudian secara serentak mereka menyanyikan lagu Indonesia Raya.
Di berbagai tempat, masyarakat dengan dipelopori para pemuda menyelenggarakan rapat dan demonstrasi untuk membulatkan tekad menyambut kemerdekaan. Di Lapangan Ikada (Ikatan Atletik Djakarta) Jakarta pada tanggal 19 September 1945 dilaksanakan rapat umum yang dipelopori Komite Van Aksi. Lapangan Ikada saat ini terletak di sebelah Selatan Lapangan Monas. Makna rapat raksasa di lapangan ikada bagi bangsa Indonesia, antara lain sebagai berikut:
1.    Rapat tersebut berhasil mempertemukan pemerintah republik Indonesia dengan rakyatnya.
2.    Rapat tersebut merupakan perwujudan kewibawaan pemerintah republik Indonesia terhadap rakyatnya.
3.    Menambah kepercayaan diri bahwa rakyat Indonesia mampu mengubah nasib dengan kekuatan sendiri.
4.    Rakyat mendukung pemerintahan baru yang baru terbentuk. Buktinya,, setiap intruksi pimpinan mereka laksanakan.

Berita Proklamasi kemudian disiarkan lewat radio Semarang. Masyarakat Jawa Tengah dengan cepat dapat menerima berita tersebut. Kemudian, pada tanggal 19 Agustus 1945, diadakan rapat raksasa untuk menguatkan pengumuman pengambilan kekuasaan di Semarang. Setelah itu, di daerah Brebes, Pekalongan, dan Tegal terjadi pemberontakan. Rakyat di tiga daerah tersebut menyerang para pamong praja dan pegawai pemerintah yang dianggap sebagai penyebab kesengsaraan rakyat. 
Sri Sultan Hamengku Buwono IX sebagai Sultan Ngayogyakarta Hadiningrat memberikan dukungan terhadap proklamasi kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945. Atas dukungannya Sri Sultan Hamengku Buwono IX memberikan pernyataan sebagai berikut: “Kami Sri Sultan Hamengku Buwono IX, Sultan Ngayogyakarta Hadiningrat menyatakan:
1)        Bahwa negeri Ngayogyakarta Hadiningrat yang bersifat kerajaan adalah Daerah Istimewa dari Negara Republik Indonesia
2)        Bahwa kami sebagai kepala daerah memegang segala kekuasaan dalam negeri Ngayogyakarta Hadiningrat dan oleh karena itu, berhubung dengan keadaan pada dewasa ini segala urusan pemerintahan dalam negeri Ngayogyakarta Hadiningrat muled saat ini berada di tangan kami dan kekuasaan-kekuasaan lain kami pegang seluruhnya.
3)        Bahwa hubungan antara negeri Ngayogyakarta Hadiningrat dengan pemerintah pusat negara Republik Indonesia bersifat langsung dan kami bertanggung jawab atas negeri kami langsung kepada Presiden Republik Indonesia.
Kami memerintahkan supaya segenap penduduk dalam negeri Ngayogyakarta Hadiningrat mengindahkan amanat kami ini. Ngayogyakarta Hadiningrat, 28 Puasa Ehe, 1876 (1 September 1945).
Melalui pernyataan Sri Sultan Hamengku Buwono IX itu, negeri Ngayogyakarta Hadiningrat secara resmi menjadi bagian wilayah kekuasaan negara Republik Indonesia dengan kedudukannya sebagai daerah istimewa. Pernyataan Sri Sultan Hamengku Buwono IX itu mendapat sambutan dari seluruh rakyat Indonesia untuk memberikan dukungan serta mempertahankan kedaulatan negara Republik Indonesia yang diproklamasikan tanggal 17 Agustus 1945.
Di daerah-daerah luar Jawa berita Proklamasi terlambat diterima oleh rakyat. Hal ini disebabkan karena sarana komunikasi yang cukup sulit. Di Medan, berita Proklamasi dibawa oleh Teuku Moh. Hasan yang diangkat sebagai gubernur daerah Sumatera. Mendengar berita ini,  kemudian dipelopori oleh Achmad Tahir dibentuk Barisan Pemuda Indonesia. Pada tanggal 4 Oktober, mereka berusaha mengambil alih gedung-gedung pemerintahan dan merebut senjata dari tangan Jepang.
Di daerah-daerah lain pun melakukan penyambutan yang tidak jauh berbeda, yakni sebagai berikut:
a.     Mula-mula rakyat tidak percaya terhadap adanya berita Proklamasi.
b.    Luapan kegembiraan rakyat menyambut kemerdekaan Indonesia.
c.     Mengadakan rapat-rapat raksasa.
d.    Para pemuda membentuk angkatan muda Indonesia.
e.     Upaya pengambilalihan kekuasaan dari tangan Jepang.
f.     Upaya merebut gedung-gedung dan kantor pemerintahan.
g.    Merebut persenjataan dari tangan Jepang.
h.    Tekad untuk tetap mempertahankan kemerdekaan.

2)      Mendeskripsikan sambutan masyarakat Boyolali setelah mendengar berita proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945.

Masyarakat Indonesia terutama di luar Jakarta yaitu di Boyolali dapat mengetahui berita proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 melalui saluran radio setempat. Dengan diberitahukan proklamasi kemerdekaan tersebut, masyarakat dengan semangat membicarakannya diberbagai tempat sehingga berita tersebut dapat sampai ke daerah daerah yang lebih pelosok. Masyarakat juga berbondong- bondong pergi ke Kabupaten, alun- alun, dan tempat- tempat pemerintahan untuk mengibarkan bendera dan menyanyikan lagu Indonesia Raya. Jalan- jalan kota dipenuhi dengan teriakan kegembiraan. Lagu indonesia dan sorakan “ Merdeka!” tidak henti- hentinya diucapkan.
Para pemuda dan perwakilan daerah Boyolali juga segera dikirim untuk mengikuti rapat besar di Jakarta. Hari- hari masyarakat yang semula hanya diabdika untuk pemeritahan Kolonial maupun Jepang, mulai dapat dinikmati untuk kegiatan masing- masing. Di rumah, digubuk- gubuk kampung diisi dengan percakapan hangat sambil mengenang perjuangan yang lalu. Ladang dan ternak mulai diurus atas nama pemilik masing- masing.
Proklamasi kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945 atas nama bangsa Indonesia oleh Soekarno- Hatta setiap 4 jam sekali selalu terdengar. Masyarakat  tidak bosan untuk mendengarkan dan mengucapkannya.

3)      Mengidentifikasi proses terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sejak proklamasi sejak akhir 1945.

Sebagai Negara yang baru lahir, Indonesia belum memiliki undang-undang dasar yang berfungsi untuk mengatur segala aspek kehidupan berbangsa dan bernegara. Kepala Negara dan kepala pemerintah yang akan menjalankan pemerintah serta kelengkapannya juga belum ada. Para pemimpin bangsa serta memanfaatkan dengan sebaik-baiknya lembaga yang ada pada waktu itu, yaitu Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) yang dibentuk Jepang sejak tanggal 7 Agustus 1945.
1.       Pembentukan Undang- undang Dasar Negara Indonesia
Pembukaan UUD 1945 yang di sahkan PPKI hampir seluruh bahannya diambil dari Rancangan Pembukaan UUD hasil kerja Panitia Perumusan pada tanggal 22 Juni 1945 yang disebut Piagam Jakarta. Bahan tersebut telah mengalami beberapa perubahan, yaitu sebagai berikut :
a.       Kata “mukadimah” diganti “pembukaan”.
b.       Kata “hukum dasar” diganti dengan “Undang-Undang Dasar”.
c.       Kata “menurut dasar” dalam kalimat “Berdasarkan kepada Ketuhanan menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab” dihapus.
d.       Kalimat ….”dengan kewajiban dalam menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya” dihapus.
Adapun isi batang tubuh Undang-Undang Dasar 1945, bahannya diambil dari rancangan konstitusi hasil penyusunan Panitia Perancangan pada tanggal 16 Juli 1945. Bahan itu juga mengalami beberapa perubahan, antara lain sebagai berikut :
a)       Pasal 6 Ayat 1, semula berbunyi “Presiden ialah orang Indonesia asli yang beragama Islam”. Kata yang “Beragama Islam” dihilangkan karena dinilai menyinggung perasaan yang tidak beragama Islam.
b)      Pasal 29 Ayat 1, kalimat dibelakang …”Ketuhanan” yang “berbunyi dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya” dihilangkan. Kalimat tersebut terdapat pada pembukaan UUD alenia ke-4.
Setelah melalui pembicaraan dan pembahasan yang matang, akhirnya dengan suara bulat, konstitusi itu diterima dan disahkan oleh PPKI menjadi Konstitusi Negara Republik Indonesia. Konstitusi itu disebut Undang-Undang Dasar 1945. Pengesahan itu kemudian dimuat dalam Berita Republik Indonesia Tahun ke-2 No.7 Tahun 1946 halaman 45-48.
2.       Pembentukan Pemerintahan Indonesia
Pada tanggal 18 Agustus 1945 presiden dan wakil presiden RI untuk pertama kali dipilih oleh PPKI, karena MPR yang berhak memilih dan melantiknya belum terbentuk. Hal itu diatur dalam Pasal III Aturan Peralihan UUD 1945.
PPKI memilih Ir.Soekarno sebagai presiden dan Drs.Mohammad Hatta sebagai wakil presiden RI. Untuk membantu pekerjaan presiden RI, PPKI telah mengaturnya pada Pasal IV Aturan Peralihan UUD 1945 yang berbunyi, “Sebelum Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, dan Dewan pertimbangan Agung dibentuk menurut Undang-Udang Dasar, segala kekuasaannya dijalankan oleh presiden dengan bantuan sebuah Komite Nasional”.
PPKI kemudian melanjutkan pekerjaannya guna melengkapi berbagai hal yang diperlukan  bagi berdirinya Negara dengan melaksanakan sidang pada tanggal 19 Agustus 1945. Dalam sidang kedua PPKI menghasilkan keputusan antara lain :
a.       Menetapkan dua belas kementrian yang membantu tugas presiden dalam pemerintah.
b.       Membagi wilayah Republik Indonesia menjadi delapan provinsi. Pembagian Wilayah Republik Indonesia:
·      Provinsi Sumatra: Mr. Tengku Moh. Hasan
·      Provinsi Jawa Barat: M.Sutarjo Kartohadikusumo
·      Provinsi Jawa Tengah: R. Panji Soeroso
·      Provinsi Jawa Timur: R.A. Soerjo
·      Provinsi Sunda Kecil: Mr. I. Gusti Ketut Pudja
·      Provinsi Maluku: Mr. J. Latuharhary
·      Provinsi Sulawesi: Dr. G. S. S. J. Ratulangi
·      Provinsi kalimantan: Ir. Pangeran Mohammad Noor2.  

Komite Nasional PPKI kembali mengadakan sidang pada tanggal 22 Agustus 1945 yang memiliki anggota pokok tantang rencana pambentukan Komite Nasional dan Badan Keamanan Rakyat. Komite Nasional dibentuk diseluruh Indonesia dan berpusat di Jakarta. Tujuannya sebagai penjelmaan tujuan dan cita-cita bangsa Indonesia untuk menyelenggarakan kemerdekaan Indonesia yang berdasarkan kedaulatan rakyat, KNIP diresmikan dan anggotanya dilantik pada tanggal 29 Agustus 1945 di Gedung Kesenian, Pasar Baru, Jakarta.Pada saat terjadi perubahan politik, pada tanggal 11 November 1945, Badan Pekerja KNIP mengeluarkan Pengumuman Nomor 5 tentang Peralihan Pertanggungjawaban mentri-mentri dari presiden kepada Bdan Pekerja KNIP. Itu berarti system kabinet presidensil dalam UUD 1945 telah diamandemen menjadi system kabinet parlementer. Hal ini terbukti setelah Badan Pekerja KNIP mencalonkan Sutan Syahir sebagai perdana mentri. Akhirnya, cabinet presidensil Soekarno-Hatta jatuh dan digantikan oleh kabinet parlementer dengan Sutan Syahir sebagai perdana mentri yang pertama.

3.       Pembentukan Tentara Indonesia
Pada akhir sidang PPKI tanggal 19 Agustus 1945 dibentuk panitia kecil yang bertugas membahas pembentukan tentara kebangsaan. Sebagai tindak lanjut dari usulan tersebut, presiden menugaskan kepada Abdul Kadir, Kasman Singodimedjo, dan Otto Iskandardinata untuk menyiapkan pembentikan tentara kebangsaan. Hasil kerja panitia kecil itu dilaporkan dalam rapat pleno PPKI pada tanggal 22 Agustus 1945. Kemudian rapat pleno memutuskan pembentukan Badan Keamanan Rakyat (BKR). BKR ditetapkan sebagai bagian dari Badan Penolong Keluarga Korban Perang (BPKKP) yang merupakan induk organisasi dengan tujuan untuk memelihara keselamatan masyarakat, serta merawat para korban perang.Sementara itu, situasi keamanan tampaknya akan makin buruk karena dibayang-bayang oleh datangnya tentara Sekutu dan Belanda di Indonesia. Menghadapi situasi demikian para pemuda terasa terpanggil untuk berjuang memanggul senjata. Untuk itu, berdirilah berbagai organisasi kelaskaran di berbagai wilayah. Melihat perkembangan situasi yang makin membahayakan negara, pimpinan Negara menyadari bahwa sulit untuk mempertahankan negara dan kemerdekaan tanpa angkatan perang. Dalam kondisi seperti itu, pemerintah memanggil pensiunan Mayor KNIL Oerip Soemoharjo dari Jogjakarta ke Jakarta dan diberi tugas membentuk tentara kebangsaan. Dengan Maklumat Pemerintah pada tanggal 5 Oktober 1945, terbentuklah organisasi ketentaraan yang bernama Tentara Keamanan Rakyat (TKR). Semula yang ditunjuk menjadi pemimpin tertinggi TKR adalah Supriyadi, pimpinan perlawanan Peta di Blitar (febuari 1945), dan sebagai Mentri Keamanan Rakyat diangkat Muhammad Surjoadikusumo, mantan Daidanco Peta. Berdasarkan Maklumat Pemerintah itu pula, Oerip Soemoharjo membentuk Markas Tinggi TKR di Jogjakarta. Di Pulau Jawa terbentuk 10 devisi dan di Sumatra 8 devisi.
Berkembangnya situasi yang makin tidak menentu menyebabkan TKR membutuhkan figur pimpinan yang kuat dan berwibawa. Akan tetapi, Supriyadi yang telah ditunjuk sebagai pemimpin tertinggi TKR belum juga muncul sehingga dikalangan TKR merasa perlu segera mengisi kekosongan tersebut. Dalam konferensi TKR di Jogjakarta pada tanggal 12 November 1945, Kolonel Soedirman, Panglima Devisi V Banyumas terpilih menjadi pimpinan tertingi TKR. Pengangkatan Kolonel Soedirman dalam jabatan pelaksana setelah selesainya pertempuran di ambarawa.Untuk menghilangkan kesimpangsiuran, Markas Besar TKR pada tanggal 6 Desember 1945 mengeluarkan sebuah maklumat. Isi maklumat itu menyatakan bahwa selain tentara resmi (TKR) juga dibolehkan adanya lascar, sebab hak dan kewajiban mempertahankan negara bukanlah monopoli tentara. Pada tanggal 18 Desember 1945 pemerintah mengangkat Kolonel Soedirman sebagai Panglima Besar TKR  dengan pangkat jenderal. Kepala Staf Umum TKR dipegang oleh Mayor Oerip Soemoharjo. Adapun perkembangan Tentara Keamanan Rakyat adalah sebagai berikut :
a.       Pada tanggal 7 Januari 1946, pemerintah mengubah nama Tentara Keamanan Rakyat menjadi Tentara Keselamatan Rakyat. Kemudian Kementrian Keamanan Rakyat menjadi Tentara Republik Indonesia.
b.       Tanggal 24 Januari 1945, Tentara Keselamatan Rakyat (TKR) berganti nama menjadi Tentara Republik Indonesia (TRI). Peegantian nama itu dilatarbelakagi oleh upaya mendirikan tentara kebangsaan yang percaya pada kekuatan sendiri.
c.       Pada tanggal 5 Mei 1947, Presiden mengeluarkan dekret guna membentuk suatu panitia yang ia pimpin sendiridengan nama Panitia Pembentukan Organisasi Tentar Nasional Indonesia. Panitia tersebut beranggotakan 21 orang dari berbagai pimpinan lascar yang paling paling berpengaruh. Pada tanggal 4 Juni 1947 keluar sebuah penetapan yang menyatakan bahawa TRI berganti nama menjadi Tentara Nasional Indonesia (TNI). Pergantian nama itu dilatarbelakangi oleh upaya mereorganisasi tentara kebangsaan yang benar-benar profesional.

4.       Dukungan Daerah terhadap Pembentukan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Dukungan terhadap proklamasi pembentukan Negara dan pemerintah Republik Indonesia adalah sebagai berikut:
a.       Keraton Kesultanan JogjakartaPada tanggal 29 Agustus 1945 Sri Sultan Hamengkubuwono IX dari Jogjakarta mengirimkan telegram ke Jakarta yang isinya menyatakan bahwa Kesultanan Jogjakarta sanggup berdiri di belakang pimpinan Soekarno-Hatta. Pada tanggal 5 September 1945 dukungan itu dipertegas dengan pengumuman Amanat Pernyataan Sri Sultan Hamengku Buwono IX.
b.       Sumatra mendukung pemerintah Republik IndonesiaGelora kemerdekaan Indonesia yang telah menyebar kemana-mana mendorong para pemuda, khususnya Sumatra timur untuk bergerak. Munculnya semangat kebangsaan yang tinggi menyebabkan para pemuda bergerak ke Jalan Jakarta No.6 Medan di bawah pimpinan A.Tahir, Abdul Malik Munir, M.K Yusni mendukung pemerintah Republik Indonesia yang telah berdiri.Melihat dukungan rakyat yang demikian besar dan tanpa kenal takut, pada tanggal 3 Oktober 1945 Teuku Mohammd Hassan selaku gubernur dengan resmi mengumumkan dimulainya pemerintah Republik Indonesia di Sumatra dengan Medan sebagai ibu kota provinsinya.Penduduk bukittinggi pun tidak ketinggalan mendukung Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Tanggal 29 September 1945 bendera Merah Putih berkibar di daerah-daerah di Sumatra.
c.       Sulawesi utara mendukung pemerintah Republik IndonesiaPada tanggal 14 febuari 1945 para pemuda Sulawesi Utara di bawah pimpinan Ch.Taulu mengadakan pemberontakan untuk mendirikan RI di Sulawesi Utara. Awalnya, pemberontakan itu muncul di Manado yang kemudian menyebar ke Tondano, Bitung, dan Bolang Mongondow. Perlawanan terhadap Belanda (NICA) mendapat dukungan dari rakyat, karena rakyat sudah anti terhadap penjajah dan mendukung berdirinya Negara republik Indonesia.
5.       Pembentukan Lembaga Pemerintahan di seluruh Daerah di Indonesia  
Bentuk pemerintahan daerah di Indonesia diatur dalam Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 18 (sebelum diamandemen) yang berbunyi: pembagian daerah indonesia atas daerah besar dan kecil dalam bentuk susunan pemerintahannya ditetapkan dengan undang-undang dengan memandang dan mengingat dasar musyawarah dalam system pemerintahan negara, dan hak-hak asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa. Hal ini berarti daerah Indonesia akan dibagi dalam daerah profinsi dan setiap daerah profinsi akan dibagi pula dalam daerah yang lebih kecil.  Di daerah-daerah yang bersifat otonom atau daerah administrasi, semua menurut aturan yang ditetapkan dengan undang-undang dan akan diadakan badan perwakilan daerah. Berbagai kegiatan yang dilakukan di daerah antara lain:
a.       Pada awal September 1945, pemerintah Republik Indonesia  provinsi Sulawesi terbentuk. Dr. G.S.S.J. Ratulangi dilantik sebagai Gubernur Sulawesi dan muli menjalankan roda pemerintahan.
b.       Di Medan, pada tanggal 30 September 1945 para pemuda dipimpin oleh Sugondo Kartoprojo membentuk barisan pemuda Indonesia. Gubernur Sumatra, Teuku Mohamad Hassan juga segera membentuk pemerintah daerah di wilayah Sumatra.
c.       Di Banjarmasin, pada tanggal 10 Oktober 1945 rakyat melakukan rapat umum untuk meresmikan berdirinya pemerintah Republic Indonesia daerah Kalimantan Timur.
Pada tanggal 1 Januari 1946 dipangkalan Bun, Sampit, dan Kota Waringin diresmikan berdirinya Pemerintah Republik Indonesia dan Tentara Republik Indonesia. Selain daerah-daerah tersebut diatas, daerah lain juga mengikuti langkah-langkah yang diinstruksikan oleh pemerintah pusat untuk segera menjalankan pemerintah di daerah di bawah pimpinan para gubernur masing-masing.
Sesuai dengan keputusan PPKI tanggal 18 Agustus 1945 bahwa tugas  Presiden dibantu oleh Komite Nasional, maka di daerah-daerah tugas Gubenur (Kepala Daerah) juga dibantu Komite  Nasional Di Daerah. Pembentukan Komite Nasional Indonesia Daerah yang ada di tiap-tiap provinsi merupakan lembaga yang akan berfungsi sebagai dewan perwakilan rakyat daerah sebelum diadakan pemilihan umum. Dengan terbentuknya pemerintah di daerah yang dibantu oleh komite nasional di daerah  diharapkan roda pemerintahan dapat berjalan, baik di tingkat pusat maupun di daerah.






kelompok 4
1.       Dewi Wulandari                       (11)
2.       Nurani Iswidiasih                     (21)
3.       Sindi Nugraheni                       (30)
4.       Siska Nur’Aini Dewi                (31)


       I.            Sambutan Rakyat Diberbagai Daerah Terhadap Proklamasi Kemerdekaan Indonesia

1)      Tindakan heroik di Surabaya

Para pemuda yang tergabung dalam BKR berhasil merebut kompleks penyimpanan senjata jepang dan pemancar radio Di Embong, Malang. Selain itu terjadi insiden  bendera di Hotel Yamato, Tunjungan Surabaya. Insiden itu terjadi ketika beberapa orang belanda mengibarkan bendera merah putih biru di atap hotel. Tindakan tersebut menimbulkan kemarahan rakyat. Rakyat kemudian menyerbu hotel, menurunkan, dan merobek warna biru bendera itu untuk dikibarkan kembali. Insiden ini terjadi pada tanggal 19 September 1945.

2)      Tindakan heroik di Semarang

Pada tanggal 14 Oktober 1945 para pemuda bermaksud memindahkan 400 orang tawanan Jepang (Veteran Angkatan Laut) dari pabrik gula cepiring  menuju penjara bulu di
Semarang. Akan tetapi, ditengah perjalanan para tawanan itu melarikan diri dan bergabung dengan kidobutai di Jatingaleh (Batalyon Setempat Dibawah Pimpinan Mayor Kido).
Situasi bertambah panas dengan desas desus bahwa jepang telah meracuni cadangan air minum penduduk semarang yang ada di candi. Untuk membuktikan kebenaran desas desus tersebut, dr. karyadi sebagai kepala laboratorium pusat rumah sakit pusat (parusara) melakukan pemeriksaan. Namun, yang terjadi dr. karyadi tewas di jalan pandanaran, semarang. Tewasnya dr. Karyadi menimbulkan kemarahan para pemuda Semarang.
Pada tanggal 15 0ktober 1945 pasukan kidobutai  melakukan serangan ke kota Semarang  dan dihadapi oleh TKR dan laksar pejuang lainnya. Pertempuran berlangsung selama lima hari dan mereda setelah pimpinan TKR berundingan dengan pasukan jepang. Kedatangan pasukan sekutu di semarang pada tanggal 20 Oktober 1945 juga mempercepat terjadinya gencatan senjata. Pasukan sekutu akhirnya menawan dan melucuti tentara jepang. Akibat pertempueran ini  ribuan pemuda gugur dan ratusan orang jepang tewas.
Untuk mengenang perestiwa itu, di semarang di dirikan tugu muda dan nama Dr. Karyadi diabadikan menjadi nama sebuah Rumah Sakit Umum Di Semarang.

3)      Tindakan heroik di Aceh

Pada tanggal 6 Oktober 1945, para pemuda dari tokoh masyarakat membentuk Angkatan Pemuda Indonesia (API). Penguasaan pemerintah jepang memerintahkan pembubaran organisasi itu dan para pemuda tidak boleh melakukan kegiatan perkumpulan. Atas peringatan jepang itu, para pemuda menolak keras. Anggota API kemudian merebut dan mengambil alih kantor-kantor pemerintahan. Di tempat-tempat yang telah mereka rebut para pemuda mengibarkan bendera merah putih dan berhasil melucuti senjata tentara jepang.

4)      Tindakan heroik di Bali

Pada bulan Agustus 1945,  para pemuda Bali telah membentuk organisasi seperti Angkatan Muda Indonesia (AMI) dan Pemuda Republic Indonesia (PRRI). Upaya perundingan untuk menegakan kedaulatan RI telah mereka upayakan, tetapi pihak jepang selalu menghambat. Atas tindakan tersebut pada tanggal 13 Desember 1945 para pemuda merebut kekuasaan  dari jepang secara serentak, tetapi belum berhasil karena persenjataan jepang masih kuat.

5)       Tindakan heroik di Kalimantan

Rakyat Kalimantan juga berusaha menegakkan kemerdekaan dengan cara mengibarkan bendera Merah Putih, memakai lencana Merah Putih, dan mengadakan rapat-rapat, tetapi kegiatan ini dilarang oleh pasukan Sekutu yang sudah ada di Kalimantan. Rakyat tidak menghiraukan larangan Sekutu, sehingga pada tanggal 14 November 1945 di Balikpapan (Depan Markas Sekutu) berkumpul lebih kurang 8.000 orang dengan membawa bendera Merah Putih.

6)      Tindakan heroik di Palembang

Rakyat Palembang dalam mendukung proklamasi dan menegakkan kedaulatan Negara Indonesia dilakukan dengan jalan mengadakan upacara pengibaran bendera Merah Putih pada tanggal 8 Oktober 1945 yang dipimpin oleh dr.A.K.Gani.
Pada kesempatan itu diumumkan bahwa Sumatra selatan berada dibawah kekuasaan RI. Upaya penegakkan kedaulatan di Sumatra selatan tidak memerlukan kekerasan, karena Jepang berusaha menghindari pertempuran.

7)      Tindakan heroik di Bandung

Para pemuda bergerak untuk merebut untuk merebut Pangkalan Udara Andir (sekarang Bendara Husein Sastranegara) dan gudang senjata dari tangan Jepang.

8)       Tindakan heroik di Makasar

Gubernur Sam Ratulangi menyusun pemerintah pada tanggal 19 Agustus 1945. Sementara itu, para pemuda bergerak untuk merebut gudang-gudang penting seperti stsiun radio dan tangsi polisi.

9)      Tindakan heroik di Sumbawa

Bentrokan fisik antara pemuda dan antara Jepang terjadi di Gempe, Sape, dan Raba.

10)  Tindakan heroik di Sumatra Selatan

Pada tanggal 8 Oktober 1945 rakyat mengadakan upacara pengibran bendera Merah Putih. Pada tanggal itu juga diumumkan bahwa Sumatra selatan berada dibawah kekuasaan RI.

11)  Tindakan heroik di Lampung

Para pemuda yang tergabung dalam API (Angkatan Pemuda Indonesia) melucuti senjata Jepang di Teluk Betung, Kalianda, dan Menggala.

12)  Tindakan heroik di Solo

Para pemuda melakukan pengepungan markas Kempetai Jepang, sehingga terjadilah pertempuran. Dalam pertempuran itu, seorang pemuda bernama Arifin gugur.

13)  Tindakan heroik di Palagan Ambarawa

Pada tanggal 20 0ktober 1945, tentara sekutu di bawah pimpinan Brigadir Bethellm mendarat di
Semarang dengan maksud mengurus tawanan perang dan tentara Jepang yang berada di Jawa Tengah. Kedatangan sekutu ini diboncengi oleh NICA. Kedatangan sekutu ini mulanya disambut baik, bahkan Gubernur Jawa Tengah Mr.Wongsonegoro menyepekati akan menyediakan bahan makanan dan keperluan lain bagi kelancaran tugas Sekutu, sedang Sekutu berjanji tidak akan mengganggu kedaulatan Republik Indonesia.
Namun, ketika pasukan Sekutu dan NICA telah sampai di Ambarawa dan
Magelang untuk membebasakan para tawanan tentara Belanda, para tawanan tersebut malah dipersenjatai sehingga menimbulkan kemarahan pihak Indonesia. Insiden bersenjata timbul di kota Magelang, hingga terjadi pertempuran. Di Magelang, tentara Sekutu bertindak sebagai penguasa yang mencoba melucuti Tentara Keamanan Rakyat dan membuat kekacauan. TKR Resimen Magelang dipimpin Letkol.M.Sarbini membalas tindakan tersebut dengan mengepung tentara Sekutu dari berbagai penjuru. Namun mereka selamat dari kehancuran berkat campur tangan Presiden Sukarno yang berhasil memenangkan susasana. Kemudian pasukan Sekutu secara diam-diam meninggalkan Kota Magelang menujunke benteng Ambarawa. Akibat peristiwa tersebut, Resimen Kedu Tengah di bawah pimpinan Letkol M. Sarbini segera mengadakan pengejaran terhadap mereka. Gerakan mundur tentara Sekutu tertahan di Desa Jambu karena dihadang oleh pasukan Angkatan Muda di bawah pimpinan Oni Sastrodihardjo yang diperkuat oleh pasukan gabungan dari Ambarawa, Suruh dan Surakarta.Tentara Sekutu kembali dihadang oleh Batalyon 1 Soerjosoempeno di Ngipik. Pada saat pengunduran, tentara Sekutu mencoba menduduki dua desa di sekitar Ambarawa. Pasukan Indonesia di bawah pimpinan Letkol. Isdiman berusaha membebaskan kedua desa tersebut, namun ia keburu gugur terlebaih dahulu. Sejak gugurnya Letkol. Isdiman, komandan Divisi 5 Banyumas, Kol Soedirman merasa kehilangan seorang perwira terbaiknya dan ia langsung turun ke lapangan untuk memimpin pertempuran. Kehadiran Kol Soedirman memberikan napas baru kepada pasukan-pasukan RI. Koordinasi diadakan diantara komando-komando sektor dan pengepungan terhadap musuh semakin ketat. Siasat yang diterapkan adalah serakan pendadakan serentak di semua sektor. Bala bantuan terus mengalir dari Yogyakarta, Solo, Salatiga, Purwokerto, Magelang, Semarang, dll
Tanggal 23 November 1945 ketika matahari mulai terbit, mulailah tembak menembak dengan pasukan sekutu yang bertahan di kompleks gereja dan kerkhop Belanda di Jl. Margo Agoeng. Pasukan Indonesia terdiri dari Yon. Imam Androgi, Yon. Soeharto, dan Yon. Soegang. Tentara Sekutu mengarahkan tawanan-tawanan Jepang dengan diperkuat tanknya, menyusup ke tempat kedudukan indonesia dari arah belakang, karena itu pasukan Indonesia indah ke Bedono.
Setelah bertempur selama empat hari, pada tanggal 15 Desember 1945 pertempuran berakhir dan Indonesia berhasil merebut Ambarawa dan sekutu dibuat mundur ke Semarang. Kemenangan pertempuran ini kini diabadikan dengan didirikannya Monumen Palagan Ambarawa dan diperingati hari jadi TNI Angkatan Darat atau Hari Juang Kartika

14)  Peristiwa Bandung Lautan Api

Peristiwa bandun lautan api adalah peristiwa kebakaran besar yang terjadi di kota bandung pada 24 Maret 1946. Dalam waktu tujuh jam sekitar 200.000 penduduk bandung membakar rumah mereka, meninggalkan kota menuju pegunungan di daerah selatan bandung. Hal ini dilakukan untuk mencegah tentara sekutu dan tentara NICA belandauntuk dapat menggunakan kota bandung sebagai markas strategis militer dalam perang kemerdekaan indonesia.

15)  Peristiwa Medan Area

Pada tanggal 9 November 1945, pasukan sekutu di bawah pimpinan brigadril jendral T.E.D. kelly mendarat di sumatra utara yang diikuti oleh pasukan NICA. Pemerintah repuklik indonesia di sumtra utara memperkenangkan mereka untuk menepati beberapa hotel yang terdapat di mota medan. Selanjutnya mereka di tempatkan di Binjai, tanjung lapangan. Sehari setelah mendarat, tim RAPWI mendatangi kamp-kamp tawanan yang ada di medan atas persetujuan gubernur M. Hasan. Kelompokmitu langsung di bentuk menjadi medan batalion KNIL.
Dengan adanya kekuatan itu,ternyata bekas tawanan menjadi arogan dan sewenag-wenang sehingga memancinng munculnya insiden. Insiden pertama terjadi tanggal 13 oktober 1945 di jalan bali, medan. Insiden itu berawal dari ulah penghuni hotel yang merampas dan menginjak-injak lencana merah putih. Akibatnya hotel itu di serang dan di rusak oleh kalangan pemuda. Dampak dari insiden itu menjalar ke beberapa kota lain seperti peatang siantar dan brastagi.
Pada tanggal 10 oktober 1945 di bentuk TKR sumatra timur dengan pepimpinnya Achmad Tair. Selanjutnya di adakan pemanggilan bekas giugan dan heihi ke sumtara timur. Di samping TKR, terbentuk juga badan-badan perjuangan yang sejak tanggal 15 oktober 1945 menjadi pemuda repuklik indonesia sumtara timur dan kemudian berganti nama menjadi Pesindo. Sementara iti pada tanggal 1 desember 1945,pihak sekutu inggris memasang papan-papan yang bertuliskan “fixed boundaries medan area” di daerah-daerah pinggiran kota medan. Sejak saat itu nama medan area menjadi terkenal.inggris bersama NICA melakukan aksi terhadap unsur-unsur R.I di medan. Bahkan pada tanggal 10 desember 1945 mereka berusaha menghancurkan konsentrasi TKR di trepes. Aksi tersebut tentu saja mendapat perlawan yang sengit dari pemuda medan.
Dengan terjadinya peristiwa seprti itu, brigadir jendral T.E.D kelly kembali mengancam para pemuda agar menyerahkan senjata yang mereka miliki dan jika tidak akan di tembak mati.




16)  Peristiwa Hotal Yamato

Insiden perobeka bendera di hotel yamato ini merupakan awal dari rentetan perlawanan yang di lakukan oleh arek-arek suroboyo. Peristiwa ini bermula dari di [asangnya bendera belanda yang dilakukan oleh sekelompok orang yang di komando lamgsung oleh Mr. W.V.Ch ploegman. Peristiwa ini di lakikan sekitar pulul 21:00 pada tanggal 18 oktober 1945.
Pemasangan bendera ini tampaknya tidak di ketahui oleh para pemuda dan tanpa sepengetahuan dan persetujuan dari pemerintah R.I di surabaya. Meskipun pihak belanda memasang bendera di malam hari, tampaknya usaha itu nihil. Keesokan harinya tanggal 19 oktober 1945 sekelompok pemuda melihat berkibarnya bendera belanda itu, tak kuat menahan amarah. Hanya beberpa jam setelah mereka melihat berkibarnya bendera belanda itu, jalannan sesak oleh segerombolan masa yang marah atas ulah yang di lakukan oleh pemerintah kolonial belanda itu.
Jalan tunjangan yang nerupakan jaln pusat kota itu bagaikan kerimunan semut, banyak dari kalangan pemuda,pelajar,maupun dari golongan dewasa yang berkumpul,guna protes atas ulah yang di lakukanya. Residen sudirman yang merupakan wakil dari keresidenan daerah surabaya itu langsung menemui ploegman dengan di dampongi oleh sidik dan hariono. Mereka bertujuan untuk melakukan perundingan dengan pihak belanda ntuk menurunkan bendera tri warna tersebut. Tampaknya usaha yang dilkukan sudirman sia-sia, ploegman dengan nada keras dan mengangkat senjata revolvernya menjawab ”tentara sekutu telah menang, dan belanda merupakan sekutu,maka sekarang pemerintah hindia belanda berhak atas indonesia! Republik indonesia tidak kami akui”.
Merasa usaha yang di lakukan gagal dengan yang di sertai perasaan amarah yang begitu kuat,sidik dan harianto mengambil langkah yang mengejutkan. Sidik langsung menendang revolver yang di pengang oleh ploegman hingga terpental dan menyebabkan letusan tanpa mengenai korban. Sementara harianto menyeret sudirman dari rauanga tersebut,namun sidik masih terus melakukan pergulatan dengan ploegman dan mencekiknya hingga tewas. Setelah letusan pistol milik poegman tersebut menyebabkan bebrapa sidik hingga tersunggkur ke tanah. Mengetahui kondisi yang sepert ini akhirnya para pemuda yang di luar hotel merengsek masuk ke hotel,hingga perkelahian tak dapat di hindarkan. Sementara itu hariono dengan kusno wibowo di bantu dengan beberapa pemuda melakukan pemanjatan guna menurunkan bendera tri warna tersebut. Setelah berhasil menurunkanya mereka merobek bendera yang bagian biru hingga akhirnya berkibarlah bendera merah putih. Pekik “merdeka” di lontarkan oleh mereka sebagai tanda kehormatan dan kedaulatan dari Indonesia.

17)  Pertempuran lima hari di Semarang

Dengan meyerhnya jepang terhadap sekutu pada tanggal 15 agustus 1945dan di susul dengan di proklamarkan republik indonesia 17 agustus 1945, maka seharusnya tamatlah kekuasaan jepang di indonesia. Dan di tunjuknya Mr wongsonegoro sebagai penguasa republik di jawa tengah dan pusat pemerintahnya di semarang, maka adalah kewajiban pemerintah di jawa tengah mengambil alih kekuasaan yang selama ini di pegang jepang, termasuk bidang pemerintahan, keaamanan, dan ketertibannya. Maka terbentuklah badan keaamanan rakyat (BKR) yang kemudian menjadi tentara keamanan rakyat (TKR).
Di beberapa tempat di jawa tengah telah terjadi pula kegiatan perlicutan senjata jepang tanpa kekerasan antara lain di banyumas, tapi terjadi kekerasan di ibukota semarang. Kido butai (pusat ketentaraan jepang di jatingaleh) nampak tidak memberikan persetujuaanya secara menyeluruh, meskipun di jamin oleh gubernur wonsonegoro, bahwam sejata tersebut tidak untuk melawan jepang. Permintaan yang berulang ulang Cuma menghasilkan senjata yang tak seberapa, dan itu pun snjata-senjata yang agak usang.
Kecurigaan BKR dan pemuda semarang semakin bertambah, setelah sekutu mulai mendaratkan pasukannya di pulau jawa.
Pihak indonesia khawatir jepang akan menyerahkan senjata-senjatanya kepada sekutu, dan berpendapat kesempatan memperoleh senjata harus dimanfaatkan sebelum sekutu mendarat di semarang.karna sudah pasti pasukan belanda yang bergabung dengan sekutu akan ikut dalam pendaratan itu yang tujuannya menjajah indonesia lagi.
Pertempuran lima hari di semarang ini dimulai menjelang minggu malam tanggal 15 oktober 1945. Keadaan kota semarang sangatlah mencekam apalagi di jalan jalan dan kampung kampung di mana ada pos BKR dan pemuda tampak keaadan siap. Pasukan pemuda terdiri dari beberapa kelompok yaitu BKR, Polisi istimewa,AMRI, AMKA (angkatan muda kereta api) dan organisasi para pemuda lainnya. Dapat pula kita tambahkan di sini, bahwa markas jepang di bantu oleh pasukan jepang sebesar 675 orang,yang mereka dalam perjalanan dari irian ke jakarta,tapi karena persoalan logistik,pasukan ini singgah ke semarang. Pasukan ini merupakan pasukan tempur yang mempunyai pengalaman di medan perang irian. Keaadan kontras sekali, karena para pemuda pejuang kita harus menghadapi pasukan jepang yang berpengalaman tempur dan lebih lengkap persenjataanya , sementara kelompok pasukan pemuda belum pernah bertempur, dan hampir-hampir tidak bersenjata.
Juga sebagian besar belum pernah mendapat latihan,kecuali di antaranya pasukan polisi intimewa, anggota BKR, dari ex-PETA dan Heihoyang pernah mendapat pendidikan dan latihan militer, tapi tanpa pengalaman tempur. Pertempuran lima hari di semarang ini diawali dengan berontakan 400 tentara jepang yang bertugas membangun pabrik senjata di cepiring dekat semarang. Pertempuran antara pemberontak jepang melawan pemuda ini berkorban sejak dari cepiring (kl 30 km sebelah barat semarang) hingga jatingaleh yang terletak di bagian atas kota. Di jatingaleh ini pasukan jepang yang dipukul mundur menggabungkan diri dengan pasukan kidobutai yang memang berpangkalan di tempat tersebut.
Suasana kota semarang menjadi panas. Terdengar bahwa pasukan kidobutai jatingaleh akan segera mengadakan serangan balasan terhadap para emuda indonesia. Situasi hangat bertambah panas dengan meluasnya desas-desus yang menggelisahkan masyarakat, bahwa cadangan air minum di candi (Siranda) telah diracuni. Pihak jepang yang disangka telah melakukan peracunan lebih memperuncing keadaan dengan melecuti delapan orang polisi indonesia yang menjaga tempat tersebut untuk menghidarkan peracunan cadangan air  minum itu. Dr. Karyadi, kepala laboratorium pusat rumah sakit rakyat (perusara) ketika mendengar berita ini langsung meluncur ke siranda untuk mengecek kebenarannya. Tetapi beliau tidak pernah sampai tujuan, jenazahnya ditemukan di jalan spandanaran semarang, karena dibunuh tentara jepang (namanya diabadikan menjadi RS di semarang).
Keesokan harinya 15 oktober 1945 jam 03:00 pasukan kidobutai benar-benar melancarkan serangannya ke tengah-tengah kota semarang. Markas BKR kota semarang menepati kompleks bekas sekolah MULO di mugas (di belakang bekas pom bensin pandaran). Dibelakangnya terdapat sebuah bukit rendah dari sinilah di waktu fajar kidobutai melancarkan serangannya mendadak berkas BKR secara tiba-tiba mereka melancarkan serangan dari dua jurusan dengan tembakan mesin gancar, diperkirakan pasukan jepang yang menyerang nerjumlah 400 orang. Setelah memberikan perlawanan setengah jam pimpinan BKR akhirnya menyadari markasnya tak mungkin dapat mempertahankan lagi dan untuk menghindari kepungan tentara jepang, pasukan BKR mengundurkan diri meninggalkan maarkasnya. Pertempuran ini dimulai pada 15 oktober 1945 – 20 oktober 1945.

    II.            Mendeskripsikan sambutan masyarakat Boyolali setelah mendengar proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945.
Berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia di berbagai daerah diterima secara terlambat dikarenakan alat-alat komunikasi sulit untuk dijangkau. Faktor lain yang mempengaruhi adalah rakyat Indonesia mendapat tekanan dan ancaman oleh Pemerintah Jepang. Tetapi lain hal dengan masyarakat Boyolali yang sebelumnya telah mendapatkan berita, maka pada tanggal 17 Agustus 1945 para pemuda yang telah menyimpan radio secara rahasia di Barisan Pelopor dapat mengikuti tuntunan acara Proklamasi Kemerdekaan yang dilaksanakan di Jakarta.            Markas Cabangnya berpusat dirumah Amongwardoyo, tepatnya di jalan Merbabu Boyolali. Melalui Radio Rahasia/Radio Gelap itulah para anggota Barisan Pelopor dapat mengetahui pidato Bung Karno tentang Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia. Berita tersebut disiarkan dengan bantuan Angkatan Muda Indonesia (AMI). Pada tanggal 19 Agustus 1945 ada seorang pemuda yang bernama Indromarjoko yang berasal dari Solo memberikan plakat-plakat tentang kemerdekaan dan Lencana Merah Putih untuk ditempelkan pada gedung-gedung ditepi jalan.       Dengan tindakan tersebut berarti memberikan penerangan kepada masyarakat Boyolali tentang adanya Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia. Disisi lain, Para Pemuda Boyolali spontan mengibarkan bendera merah putih untuk yang pertama kali dikibarkan di halaman kantor Kabupaten Boyolali, setelah didahului dengan penurunan Bendera Jepang. Pengibar Benderanya adalah Mandani dan Amongwardoyo, dan disaksikan oleh Harbuntalib, Soebagiyo, RNg Swonopranoto, Kunto Sudarsono, dan beberapa orang yang lain.      Pada sore harinya bendera tersebut diturunkan oleh Bupati Boyolali RT Reksonagoro. Bahkan karena adanya ultimatum dari Bupati maka pengibaran bendera dipindahkan ke sebelah selatan Benteng Renovatum(sekarang dikenal dengan Taman Sonokridanggo). Piket penjagaan bendera diadakan dan diatur terus menerus secara bergiliran. Dengan adanya larangan pengibaran bendera tersebut justru merupakan cambuk tumbuhnya semangat Nasional merebut pemerintahan dari tangan Jepang. Selain itu di Boyolali juga terdapat tempat-tempat pertahanan yang digunakan oleh Jepang. Karena pada saat itu posisi Jepang semakin tersedak, maka Jepang bersiap – siap membuat pertahanan terakhir dan membuat persembunyian sewaktu – waktu jika sekutu berhasil menguasainya. Pada situasi yang demikian itu Boyolali dijadikan tempat pertahanan dan perlindungan, bahkan mungkin untuk seluruh Karesidenan Surakarta dipusatkan di Boyolali. Tempat – tempat pertahanan maupun persembunyian itu antara lain :
a. daerah Kecamatan Musuk : di Tampir, Gares, Sukorame,. Tempat ini digunakan untuk menyimpan
bahan makanan dan bermacam – macam kebutuhan harian.
b. kecamatan Cepogo, dibuat goa – goa yang dapat membuat beribu – ribu orang. Gua itu terletak di lereng gunung Merapi bagian Timur.
c. Kecamatan Nogosari : Glonggong, Gunung Madu terdapat gua – gua untuk menyimpan senjata.
d. Bangak, Kecamatan Banyudono, terdapat gudang mesin
e. Bulu, Simo, Wonosegoro, juga dibuat gua – gua untuk persiapan gerilya, serta di Teras dibuat persiapan lapangan terbang.


III. PERISTIWA SEKITAR PROKLAMASI SAMPAI TERBENTUKNYA NKRI
Proklamasi adalah pernyataan suatu bangsa untuk bebas dari penjajajahan. Bangsa Indonesia telah melewati peristiwa itu setelah pada tanggal 17 Agustus 1945 memproklasikan kemerdekaan. Sejak saat itu Indonesia berdaulat sebagai negara merdeka dalam bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).








A. KEKALAHAN JEPANG DAN KEKOSONGAN KEKUASAAN


Perang Dunia II terjadi setelah Jepang membombardir Pearl Harbour pada 7 Desember 1941. Hancurnya Pearl Harbour, ternyata memudahkan Jepang untuk mewujudkan cita-citanya, yaitu membentuk persekemakmuran Asia Timur Raya. Daerah-daerah di Asia Timur dan Asia Tenggara, termasuk Indonesia berhasil diduduki oleh Jepang. Pembentukan Persekemakmuran Asia Timur Raya berhasil diwujudkan, meskipun hanya untuk sementara.


Serangan Jepang ke Indonesia (Hindia Belanda) pertama-tama terjadi 11 Januari 1942 dengan mendarat di Tarakan (Kalimantan Timur). Balikpapan yang merupakan daerah yang kaya akan minyak bumi, jatuh ketangan Jepang 24 Januari 1942, disusul kemudian Pontianak 29 Januari 1942, Samarinda 3 Pebruari 1942, Banjarmasin 10 Februari 1942. Dalam perkembangannya, Jepang mulai mengalami kesulitan, terutama setelah Amerika Serikat menarik sebagian pasukannya dari Eropa. Pada bulan Mei 1942, serangan Jepang terhadap Australia dapat dihentikan karena tentara Jepang menderita kekalahan dalam pertempuran Laut Koral (Karang). Serangan Jepang terhadap Hawai juga dapat digagalkan oleh tentara Amerika Serikat dalam pertempuran di Midway pada bulan Juni 1942. Kekalahan Jepang terhadap Sekutu, dengan ditanda tanganinya perjanjian Post Dam, maka secara resmi Jepang menyerahkan kekuasaan pada Sekutu. Dengan demikian di Indonesia terjadi kekosongan kekuasaan. Kesempatan ini oleh bangsa Indonesia dimanfaatkan untuk memproklamasikan kemerdekaan.
Untuk mengakhiri peperangan ini, maka pada tanggal 6 Agustus 1945 Amerika Serikat menjatuhkan bom atom yang pertama di atas kota Hirosyima. Tiga hari kemudian, tanggal 9 Agustus 1945, bom atom kedua dijatuhkan lagi di atas Nagasaki. Akibatnya bukan saja membawa kerugian material, karena hancurnya kedua kota tersebut dan banyaknya penduduk yang menemui ajalnya. Tetapi secara politis telah mempersulit kedudukan Kaisar Hirohito, karena harus dapat menghentikan peperangan secepatnya guna menghindari adanya korban yang lebih banyak lagi. Hal ini berarti bahwa Jepang harus secepatnya menyerah kepada Sekutu atau Serikat. Akhirnya Jepang menyerah tanpa syarat kepada Sekutu pada tanggal 14 Agustus 1945.
B. PERSIAPAN KEMERDEKAAN INDONESIA

Karena terjadi kekalahan Jepang terhadap Sekutu dalam beberapa pertempuran seperti yang disebutkan diatas, maka Jepang mulai ngobral janji. Janji itu dikenal dengan janji kemerdekaan. Bila bangsa Indonesia mau membantu Jepang dalam menghadapi Sekutu, maka kelak kemudian hari akan diberikan kemerdekaan. Untuk mengawalinya dibentuklah Badan yang bertugas menyiapkan segala sesuatu berkaitan dengan kemerdekaan yang dijanjikan. Pemerintah Jepang membentuk BPUPKI yang dalam perkembangannya berubah menjadi PPKI.


Tanggal 15 Agustus 1945, Jepang menyerah kepada Sekutu tanpa syarat. Hal ini diumumkan oleh Tenno Heika melalui radio. Kejadian itu jelas mengakibatkan pemerintah Jepang tidak dapat meneruskan janji atau usahanya mengenai kemerdekaan Indonesia. Soal terus atau tidaknya usaha mengenai kemerdekaan Indonesia tergantung sepenuhnya kepada para pemimpin bangsa Indonesia. Sementara itu Sutan Syahrir sebagai seorang yang mewakili pemuda merasa gelisah karena telah mendengar melalui radio bahwa Jepang telah kalah dan memutuskan untuk menyerah pada Sekutu. Syahrir termasuk tokoh pertama yang mendesak agar proklamasi kemerdekaan Indonesia segera dilaksanakan oleh Sukarno-Hatta tanpa harus menunggu janji Jepang. Itulah sebabnya ketika mendengar kepulangan Soekarno, Hatta dan Radjiman Wedyodiningrat dari Dalat (Saigon), maka ia segera datang ke rumah Hatta dan memintanya untuk memproklamirkan kemerdekaan Indonesia, tanpa harus menunggu dari pemerintahan Jepang. Hatta tidak dapat memenuhi permintaan Syahrir maka diajaknya ke rumah Soekarno. Namun Soekarno belum dapat menerima maksud Syahrir dengan alasan bahwa Soekarno hanya bersedia melaksanakan proklamasi, jika telah diadakan pertemuan dengan anggota-anggota PPKI lain. Dengan demikian tidak menyimpang dari rencana sebelumnya yang telah disetujui oleh pemerintah Jepang. Selain itu Soekarno akan mencoba dulu untuk mengecek kebenaran berita kekalahan Jepang tersebut.

C. PERISTIWA RENGASDENGKLOK
Sikap Soekarno dan Hatta tersebut memang cukup beralasan karena jika proklamasi dilaksanakan di luar PPKI, maka Negara Indonesia Merdeka ini harus dipertahankan pada Sekutu yang akan mendarat di Indonesia dan sekaligus tentara Jepang yang ingin menjaga status quo sebelum kedatangan Sekutu. Syahrir kemudian pergi ke Menteng Raya (markas para pemuda) bertemu dengan para pemuda seperti: Sukarni, BM Diah, Sayuti Melik dan lain-lain.
Kelompok muda menghendaki agar Soekarno-Hatta (golongan tua) segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Menurut golongan muda, tidak seharusnya para pejuang kemerdekaan Indonesia menunggu-nunggu berita resmi dari Pemerintah Pendudukan Jepang. Bangsa Indonesia harus segera mengambil inisiatifnya sendiri untuk menentukan strategi mencapai kemerdekaan. Golongan muda kemudian mengadakan rapat di salah satu ruangan Lembaga Bakteriologi di Pegangsaan Timur, Jakarta pada tanggal 15 Agustus 1945, pukul 20.30. Hadir antara lain Chaerul Saleh, Djohar Nur, Kusnandar, Subadio, Subianto, Margono, Wikana, dan Alamsyah. Rapat itu dipimpin oleh Chaerul Saleh dengan menghasilkan keputusan tuntutan-tuntutan golongan pemuda yang menegaskan bahwa kemerdekaan Indonesia adalah hak dan soal rakyat Indonesia sendiri. Yang mendapat kepercayaan dari teman-temanya untuk menemui Sukarno adalah Wikana dan Darwis.













Oleh Wikana dan Darwis, hasil keputusan itu disampaikan kepada Soekarno jam 22.30 di kediamannya, Jalan Pegangsaan Timur, No 56 Jakarta. Namun sampai saat itu Soekarno belum bersedia memproklamasikan kemerdekaan Indonesia tanpa PPKI. Di sini terjadi perdebatan sengit antara Soekarno dengan Wikana dan Darwis. Dalam perdebatan itu Wikana menuntut agar proklamasi dikumandangkan oleh Soekarno pada keesokan harinya.





















Para pemuda itu kembali mengadakan pertemuan dan membahas tindakan-tindakan yang akan dibuat sehubungan dengan penolakan Soekarno-Hatta. Pertemuan ini masih dipimpin oleh Chaerul Saleh yang tetap pada pendiriannya bahwa kemerdekaan harus tetap diumumkan dan itu harus dilaksankaan oleh bangsa Indonesia sendiri, tidak seperti yang direncanakan oleh Jepang. Orang yang dianggap paling tepat untuk melaksanakan itu adalah Soekarno-Hatta. Karena mereka menolak usul pemuda itu, pemuda memutuskan untuk membawa mereka ke luar kota yaitu Rengasdengklok, letaknya yang terpencil yakni 15 km ke arah jalan raya Jakarta-Cirebon. Menurut jalan pemikiran pemuda jika Soekarno-Hatta masih berada di Jakarta maka kedua tokoh ini akan dipengaruhi dan ditekan oleh Jepang serta menghalanginya untuk memproklamirkan kemerdekaan ini dilakukan.


Pemilihan Rengasdengklok sebagai tempat pengamanan Soekarno-Hatta, didasarkan pada perhitungan militer. Antara anggota Peta Daidan Purwakarta dan Daidan Jakarta terdapat hubungan erat sejak mereka mengadakan latihan bersama. Secara geografis, Rengasdengklok letaknya terpencil. Dengan demikian akan dapat dilakukan deteksi dengan mudah terhadap setiap gerakan tentara Jepang yang hendak datang ke Rengasdengklok, baik yang datang dari arah Jakarta, maupun dari arah Bandung atau Jawa Tengah. Tujuan penculikan kedua tokoh ini selain untuk mengamankan mereka dari pengaruh Jepang, juga agar keduanya mau segera memproklamirkan kemerdekaan Indonesia terlepas dari segala ikatan dengan Jepang. Pada dasarnya Soekarno dan Hatta tidak mau ditekan oleh anak-anak muda itu, sehingga mereka tidak mau memproklamirkan kemerdekaan. Dalam suatu pembicaraan dengan Shodanco Singgih, Soekarno memang menyatakan kesediannya untuk mengadakan proklamasi segera setelah kembali ke Jakarta. Melihat sikap Soekarno ini, maka para pemuda berdasarkan rapatnya yang terakhir pada pukul 00.30 waktu Jawa jaman Jepang (24.00 WIB) tanggal 16 Agustus 1945 terdapat keputusan akan menghadakan penculikan terhadap Soekarno dan Hatta dalam rangka upaya pengamanan supaya tidak terpengaruh dari segala siasat Jepang. Pada tanggal 16 Agustus 1945 pukul 04.30 (waktu Jepang) atau pukul 04.00 WIB penculikan (menurut golongan tua) dilaksanakan. Tidak diketahui secara jelas siapakah yang memulai peristiwa ini. Ada yang mengatakan Sukarni-lah yang membawa Soekarno-Hatta dini hari ke Rengasdengklok. Menurut Soekarno Sjahrir-lah yang menjadi pemimpin penculikan dirinya dengan Hoh. Hatta.


Walaupun sudah diamankan ke Rengasdengklok, Soekarno-Hatta masih tetap dengan pendiriannya. Sikap teguh Soekarno-Hatta itu antara lain karena mereka belum percaya akan berita yang diberikan oleh pemuda serta berita resmi dari Jepang sendiri belum diperoleh. Seorang utusan pemuda yang bernama Yusuf Kunto dikirim ke Jakarta untuk melaporkan sikap Soekarno-Hatta dan sekaligus untuk mengetahui persiapan perebutan kekuasaan yang dipersiapkan pemuda di Jakarta.


Achmad Subardjo datang ke Rengasdengklok dan berhasil menyakinkan para pemuda bahwa proklamasi pasti akan diucapkan keesokan harinya pada tanggal 17 Agustus 1945. Sehingga pada tangal 16 Agustus 1945 malam hari Soekarno-Hatta dibawa kembali ke Jakarta. Sementara itu di Jakarta telah terjadi kesepakatan antara golongan tua, yakni Achmad Soebardjo dengan Wikana dari golongan muda untuk mengadakan proklamasi di Jakarta.


Laksamana Muda Maeda bersedia untuk menjamin keselamatan mereka selama berada di rumahnya. Berdasarkan kesepakatan itu Jusuf Kunto dari pihak pemuda dan Soebardjo yang diikuti oleh sekretaris pribadinya mbah Diro (Sudiro) menuju Rengasdengklok untuk menjemput Soekarno. Semua ini dilakukan tidak lepas dari rasa prihatin sebagai orang Indonesia, sehingga terpanggil untuk menghusahakan agar proklamasi kemerdekaan Indonesia dapat dilaksanakan secepat mungkin.


Namun sebelumnya perlu mempertemukan perbedaan pendapat antara golongan tua dan muda. Untuk itu maka Soekarno dan Moh. Hatta harus terlebih dahulu kembali dari Rengasdengklok ke Jakarta. Rombongan yang terdiri dari Achmad Soebardjo, Sudiro dan Yusuf Kunto segera berangkat menuju Rengasdengklok, tempat dimana Soekarno dan Moh.Hatta diamankan oleh pemuda. Rombongan tiba di Rengasdengklok pada jam 19.30 (waktu Tokyo) atau 18.00 (waktu Jawa Jepang) atau pukul 17.30 WIB dan bermaksud untuk menjemput dan segeramembawa Seoekarno-Hatta pulang ke Jakarta. Perlu ditambahkan juga, disamping Soekarno dan Hatta ikut serta pula Fatmawati dan Guntur Soekarno Putra. Peranan Achmad Subardjo sangat penting dalam peristiwa ini, karena mampu mempercayakan para pemuda, bahwa proklamasi akan dilaksanakan keesokan harinya paling lambat pukul 12.00 WIB. Ini dapat dikabulkan dengan jaminan nyawanya sebagai taruhannya. Akhirnya Subeno komandan kompi Peta setempat bersedia melepaskan Soekarno-Hatta ke Jakarta. Achmad Subardjo adalah seorang yang dekat dengan golongan tua maupun muda,bahkan dia juga sebagai penghubung dengan pemuka angkatan laut Jepang Laksamana Madya Maeda. Dan melalui dia, Maeda menawarkan rumahnya sebagai tempat yang aman dan terlindung untuk menyusun naskah Proklamasi Kemerdekaan Republik yang sudah lama ditunggu-tunggu.






D. PENYUSUNAN TEKS PROKLAMASI








Bertitik tolak dari keadaan yang demikian, kedudukan Maeda baik secara resmi maupun pribadi menjadi sangat penting. Dan justru dalam saat-saat yang genting itu, Maeda telah menunjukkan kebesaran moralnya. Berdasarkan keyakinan bahwa kemerdekaan merupakan aspirasi alamiah dan yang tidak terhindarkan dukungannya kepada tujuan kebebasan Indonesia. Di tempat kediaman Maeda Jalan Imam Bonjol No.1 Jakarta teks prokamasi ditulis. Kalimat yang pertama yang berbunyi “Kami rakyat Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaan kami” kemudian berubah menjadi “Kami bangsa Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaan Indonesia” berasal dari Achmad Subardjo. Kalimat kedua oleh Soekarno yang berbunyi “Hal-hal yang mengenai pemindahan kekuasaan dan lain-lain akan diselenggarakan dengan cara yang secermat-cermatnya serta dalam tempo yang sesingkat-singkatnya”. Kedua kalimat ini kemudian digabung dan disempurnakan oleh Moh. Hatta sehingga berbunyi seperti teks proklamasi yang kita miliki sekarang. Sekarang timbulah masalah siapakah yang akan menandatangani naskah proklamasi. Soekarno menyarankan agar semua yang hadir menandatangai naskah proklamasi itu selaku “Wakil-wakil Bangsa Indonesia”. Saran itu mendapat tantangan daripara pemuda. Kemudian Sukarni selaku salah seorang pimpinan pemuda mengusulkan, agar Soekarno-Hatta menandatangani atas nama bangsa Indonesia. Usul ini diterima dengan suara bulat. Selanjutnya Soekarno minta kepada Sayuti Melik untuk mengetik naskah tulisan tangan tersebut.






E. PROKLAMASI KEMERDEKAAN INDONESIA


Sebelum teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dibacakan, terlebih dahulu Soekarno menyampaikan pidatonya, lengkapnya sebagai berikut:






“Saudara-saudara sekalian !


Saja sudah minta saudara-saudara hadlir disini untuk menjaksikan satu peristiwa maha penting dalam sejarah kita. Berpuluh-puluh tahun kita bangsa Indonesia telah berdjoang untuk kemerdekaan tanah air kita. Bahkan telah beratus-ratus tahun ! Gelombangnja aksi kita untuk mentjapai kemerdekaan kita itu ada naik dan ada turunnya, tetapi djiwa kita tetap menudju kearah tjita-tjita.


Djuga di dalam djaman Djepang, usaha kita untuk mentjapai kemerdekaan nasional tidak henti-henti. Didalam djaman Djepang ini, tampaknja sadja kita menjandarkan diri kepada mereka. Tetapi pada hakekatnya, tetap kita menjusun tenaga kita sendiri, tetap kita pertjaja kepada kekuatan sendiri.


Sekarang tibalah saatnja kita benar-benar mengambil nasib bangsa dan nasib tanah air di dalam tangan kita sendiri. Hanja bangsa jang berani mengambil nasib dalam tangan sendiri akan dapat berdiri dengan kuatnja. Maka kami, tadi malam telah mengadakan musjawarat dengan pemuka-pemuka rakjat Indonesia, dari seluruh Indonesia. Permusjawaratan itu seia-sekata berpendapat, bahwa sekaranglah datang saatnja untuk menjatakan kemerdekaan kita.


Saudara-saudara ! Dengan ini kami njatakan kebulatan tekad itu. Dengarlah proklamasi


kami”








Ada tiga perubahan yang terdapat pada naskah yaitu kata tempoh diganti menjadi tempo, sedangkan wakil-wakil bangsa Indonesia diganti dengan Atas nama Bangsa Indonesia dan Djakarta 17-8-05 menjadi Djakarta, hari 17 boelan 8 tahoen 05. Teks Proklamasi ini akhirnya diproklamirkan pada hari Jumat Legi pada pukul 10.00 WIB di Jalan pegangsaan Timur No.56 Jakarta. Dalam peristiwa proklamasi itu, disusunlah acara sebagai berikut:


1. Pembacaan Proklamasi.
Disampaikan oleh Soekarno, kemudian dilanjutkan dengan pidato singkat berbunyi: Demikianlah, saudara-saudara !
Kita sekarang telah merdeka!
Tidak ada satu ikatan lagi yang mengikat tanah-air kita bangsa kita!
Mulai saat ini kita menyusun Negara kita! Negara Merdeka, Negara Republik
Indonesia, medeka kekal dan abadi.
Insya allah, Tuhan memberkati kemerdekaan kita itu!


2. Pengibaran bendera Merah Putih.
Pengibaran dilaksanakan oleh Suhud dan Latief Hendradiningrat. Namun secara spontan peserta menyanyikan lagu Indonesia Raya, sehingga sampai sekarang pengibaran bendera Merah Putih dalam setiap upacara bendera selalu diiringi dengan lagu Kebangsaan Indonesia Raya.


3. Sambutan Wali Kota Suwirjo dan dr. Muwardi.
Peristiwa besar tersebut hanya berlangsung lebih kurang satu jam lamanya. Namun demikian pengaruhnya besar sekali, sebab perstiwa tersebut telah membawa perubahan yang luar biasa dalam kehidupan bangsa Indonesia. Proklamasi Kemerdekaan Indonesia itu bukan hanya sebagai tanda bahwa sejak itu bangsa Indonesia telah merdeka, tetapi di sisi lain juga merupan detik penjebolan tertib hukum kolonial dan sekaligus detik pembangunan bagi tertib hukum nasional, suatu tertib hukum Indonesia. Proklamasi kemerdekaan itu merupakan salah satu sarana untuk merealisasikan masyarakat Indonesia yang merdeka, berdaulat, adil dan makmur, serta untuk ikut membentuk “dunia baru” yang damai dan abadi, bebas dari segala penghisapan manusia oleh manusia dan bangsa oleh bangsa lain.
















F. MAKNA PROKLAMASI


Menurut kalimat-kalimat yang terdapat di dalam teks Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 berisi suatu pernyataan kemerdekaan yang memberi tahu kepada bangsa Indonesia sendiri dan kepada dunia luar, bahwa saat itu bangsa Indonesia telah merdeka, lepas dari penjajahan. Bangsa Indonesia benar-benar telah siap untuk mempertahankan kemerdekaan yang telah diproklamasikannya itu, demikian juga siap untuk mempertahankan negara yang baru didirikan tersebut. Hal itu ditunjukkan oleh kalimat pertama pada naskah


proklamasi yang berbunyi: “Kami banga Indonesia, dengan ini menyatakan kemerdekaan Indonesia”. Apabila ditelaah, maka proklamasi kemerdekaan itu mengandung beberapa aspek:


1. Dari sudut Ilmu Hukum, maka proklamasi atau pernyataan yang berisikan keputusan bangsa Indonesia telah menghapuskan tata hukum kolonial untuk pada saat itu juga digantikan dengan tata hukum nasional (Indonesia).


2. Dari sudut politik-ideologis, maka proklamasi atau pernyataan yang berisikan keputusan bangsa Indonesia telah berhasil melepaskan diri dari segala belenggu penjajahan dan sekaligus membangun perumahan baru, yaitu perumahan Negara Proklamasi Republik Indonesia yang bebas, merdeka dan berdaulat penuh.


3. Proklamasi Kemerdekaan ialah suatu alat hukum internasional untuk menyatakan kepada rakyat dan seluruh dunia, bahwa bangsa Indonesia mengambil nasib ke dalam tangannya sendiri untuk menggenggam seluruh hak kemerdekaan yang meliputi bangsa, tanah air, pemerintahan dan kebahagiaan rakyat.


4. Proklamasi sebagai dasar untuk meruntuhkan segala hal yang mendukung kolonialisme, imperialisme dan selain itu proklamasi adalah dasar untuk membangun segala hal yang berhubungan langsung dengan kemerdekaan nasional.


5. Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 juga dapat dipandang sebagai puncak perjuangan rakyat Indonesia dalam mencapai kemerdekaannya. Perjuangan rakyat tersebut telah mengorbankan harta benda, darah dan jiwa yang berlangsung sudah sejak berabad-abad lamanya untuk membangun persatuan dan kesatuan serta merebut kemerdekaan bangsa dari tangan penjajah.


6. Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 bertujuan untuk kebahagiaan seluruh rakyat Indonesia. Agar kita bahagia, antara lain harus ada kesamaan diantara kita semua meliputi berbagai bidang misalnya bidang ideologi, bidang politik, bidang ekonomi, bidang hukum, bidang sastra kebudayaan, pendidikan dan lain-lain. Dengan berhasil diproklamirkannya kemerdekaan, maka bangsa dan negara Indonesia telah lahir sebagai bangsa dan negara yang merdeka, baik secara de fakto maupun secara de yure.






G. DUKUNGAN DAERAH TERHADAP PEMBENTUKAN NEGARA DAN PEMERINTAHAN REPUBLIK INDONESIA.


Proklamasi Kemerdekaan telah dibentuk negara Republik Indonesia. Ada beberapa langkah yang dilakukan oleh PPKI dalam rangka untuk menyempurnakan Indonesia sebagai negara dengan pemerintahan yang sah yaitu:


Pertama, pada tanggal 18 Agustus 1945


1). Mengesahkan dan menetapkan Undang-Undang dasar Republik Indonesia yang kemudian dikenal sebagai Undang-Undang Dasar 1945.


2). Memilih Ir. Soekarno sebagai Presiden dan Drs. Moh. Hatta sebagai Wakil Presiden.


3). Pembentukan Komite Nasional Indonesia Pusat sebagai lembaga legislatifnya.


Kedua, tanggal 19 Agustus 1945


1). Pembagian wilayah Indonesia menjadi, terdiri atas 8 propinsi yaitu; Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Borneo (Kalimantan), Sulawesi, Maluku, Sunda Kecil, dan Sumatra.


2). Pembentukan Komite Nasional Indonesia di daerah.


3). Membentuk 13 kementrian yaitu; Departemen Dalam Negeri, Departemen Luar Negeri, Departemen Kehakiman, Departemen Keuangan, Departemen Kemakmuran, Departemen Kesehatan, Departemen Pengajaran,Pendidikan dan Kebudayaan, Departemen Sosial, Departemen Pertahanan, Departemen Perhubungan, dan Departemen Pekerjaan Umum.


Ketiga, tanggal 22 Agustus 1945


1). Pembentukan Komite Nasional.


2). Pembentukan Partai nasional Indonesia,dan


3). Pembentukan Badan Keamanan Rakyat.


Kemerdekaan yang diproklamirkan tersebut ternyata mendapat sambutan yang luar biasa dari daerah-daerah. Respon penting yang perlu mendapat perhatian adalah dari Yogyakarta. Pada tanggal 5 September 1945 Sri Sultan Hamengku Buwono IX menyatakan Negeri Ngayogyokarto Hadidingrat yang bersifat kerajaan sebagai Daerah Istimewa dalam Negera Republik Indonesia. Penyambutan kemerdekaan terus terjadi, pada tanggal 19 September 1945 terjadi dua peristiwa penting di tanah air secara bersamaan. Di Surabaya terjadi peristiwa yang dikenal dengan nama Insiden Bendera di Hotel Oranye yaitu perobekan bendera tiga warna (merah, putih, dan biru) milik Belanda menjadi dua warna (merah putih). Di Jakarta terjadi rapat raksasa di Lapangan IKADA (Ikatan Atletik Djakarta) untuk menyambut Proklamasi Kemerdekaan . Untuk menghindari terjadinya pertumpahan darah, maka Presiden Soekarno berkata;
”Percayalah rakyat kepada pemerintah Republik Indonesia. Kalau memang saudara-saudara percaya kepada pemerintah Republik yang akan mempertahankan Proklamasi Kemerdekaan itu, walaupun dada kami akan dirobek-robek, kami tetap akan mempertahankan. Maka berilah kepercayaan itu kepada kami dengan cara tunduk kepada perintah-perintah dan tunduk kepada disiplin”.






Di Yogyakarta, perebutan kekuasaan secara serentak dimulai tanggal 26 September 1945. Sejak pagi semua pegawai instansi pemerintahan dan perusahaan-perusahaan yang dikuasai oleh Jepang mengadakan aksi pemogokan. Mereka memaksa orang-orang Jepang agar menyerahkan kantormereka kepada orang Indonesia.


About these ads













kelompok 5 
Anggota kelompok
1. Kenadya aisyah almas
2.  novita wulandari
     3. silvyana nur haliza
     4. bagas s.p
Berita proklamasi tanggal 17 Agustus 1945 diterima terlambat oleh daerah, karena alat-alat perhubungan pada masa itu sulit dan mendapatkan rintangan dari pemerintah Jepang. Di Boyolali karena sebelumnya telah mendapatkan berita, maka pada 17 Agustus 1945 para pemuda dengan radio yang disimpan secara rahasia di Barisan Pelopor, dapat mengikuti Proklamasi Kemerdekaan di Jakarta ( Mandani, 16-10-1981).
Markas Cabang Barisan Pelopor di Boyolali berpusat dirumah Amongwardoyo, jalan Merbabu Boyolali. Dengan radio gelap itulah para anggota Barisan Pelopor mengetahui pidato Bung Karno tentang proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia. Berita itu segera disiarkan dengan bantuan dari Angkatan Muda Indonesia (AMI). Pada tanggal 19 Agustus 1945 ada seorang pemuda dari Sala bernama Indromarjoko, memberikan plakat-plakat tentang kemerdekaan dan Lencana Merah Putih untuk ditempelkan pada dinding gedung-gedung di tepi jalan. Dengan tindakan demikian berarti memberikan penerangan kepada masyarakat tentang telah adanya proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
Disamping itu para pemuda secara sepontan mengibarkan bendera merah putih yang pertama kali di halaman kantor kabupaten, setelah didahului dengan penurun bendera Jepang. Pengibar benderanya : Mandani dan Amongwardoyo dengan disaksikan oleh RNg.Swonopranoto, Harbuntalib, Soebagiyo, Sutrisno, Kunto Sudarsono, dan beberapa orang yang lain ( Wardoyo, 26-10-1981; Mandani, 16-10-1981; Sutrisno 23-01-1982)
Pada sore harinya bendera diturunkan oleh bipati Boyolali RT Reksonagoro. Bahkan karena adanya ultimatum dari bupati tersebut maka pengibran bendera merah putih dipindahkan kesebelah selatan Benteng Renovatum, yang sekarang bernama lapangan Olahraga Kridanggo. Piket penjagaan bendera diadakan dan diatur secara terus menerus bergiliran. Dengan adanya larangan pengibaran bendera tersebut kiranya justru merupakan cambuk tumbuhnya semangat nasional merebut pemerintahan dari tangan Jepang ( Sastosuroso, 16-02-1982)
Proses Terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia Indonesia dahulu dikenal dengan penghasil rempah-rempah dan kaya akan sumber daya alam. Indonesia juga memiliki letak yang strategis di jalur pelayaran dan perdagangan dunia. Banyak pedagang-pedagang di berbagai dunia datang ke Indonesia. Bangsa Barat mulai datang ke Indonesia dengan tujuan berdagang rempah-rempah. Bangsa Barat mendapat keuntungan yang besar dari perdagangan rempah-rempah. Mereka mulai serakah dan menguasai perdagangan di Indonesia. Semakin lama bangsa Barat mulai berkuasa di wilayah Indonesia. Belanda adalah bangsa Barat yang berkuasa paling lama di Indonesia. Belanda berkuasa kurang lebih selam 350 tahun. Bangsa Belanda berhasil diusir oleh bangsa Jepang. Jepang menggantikan Belanda berkuasa di Indonesia.
Perjuangan untuk meraih kemerdekaan bukanlah sebuah hadiah yang diberikan oleh Negara Jepang yang telah menjajah Indonesia. Bukan pula hadiah dari Belanda. Kemerdekaan juga bukan terjadi secara kebetulan. Kemerdekaan hadir karena ada perjuangan. Perjuangan untuk meraih kemerdekaan ini dilalui dengan pengorbanan yang besar. Tidak sedikit biaya yang dikorbankan. Bahkan banyak pejuang yang gugur dalam merebut kemerdekaan Indonesia. Berbagai bentuk perlawanan untuk merebut kemerdekaan dari tangan penjajah telah dilakukan. Meskipun saat itu perjuangan banyak yang masih bersifat kedaerahan.
Beberapa contoh pahlawan yang ikut melakukan perlawanan terhadap penjajah Belanda, antara lain sebagai berikut. 1. Sultan Agung melakukan perlawanan di Mataram. 2. Sultan Hassanudin melakukan perlawanan di Makassar. 3. Sultan Ageng Tirtoyoso melakukan perlawanan di Banten dan Jakarta. 5. Imam Bonjol melakukan perlawanan di Sumatra Barat. 6. Pangeran Diponegoro melakukan perlawanan di Jawa. 7. Cut Nyak Dien dan Teuku Umar melakukan perlawanan di Aceh. 8. Pangeran Antasari melakukan perlawanan di Banjarmasin. Diberlakukannya politik etis di Indonesia membuat bangsa Indonesia mendapatkan pendidikan Barat. Meskipun pendidikan Barat bertujuan untuk mencetak tenaga murah bagi perusahaan Belanda.
Tokoh Indonesia berhasil memanfaatkannya untuk membantu perjuangan kemerdekaan Indonesia. Maka muncullah organsisasi pergerakan nasional di Indonesia. Beberapa tersebut adalah Budi Utomo, Trikoro Dharmo, Indische Partij, Perhimpunan Indonesia, dan Partai Nasional Indonesia. Pada masa Penjajahan Jepang Indonesia mendapat pendidikan militer modern dari Jepang. Pendidikan itu dimaksudkan agar bangsa Indonesia dapat membantu Jepang menghadapi Sekutu dan memenangkan Perang Pasifik. Pendidikan militer yang dilakukan Jepang diantarnya adalah PETA, HEIHO, dan Seinedan. Segala potensi dan kekayaan Indonesia dikerahkan untuk kepentingan militer Jepang. Akibatnya terjadilah kerja paksa yang dilakukan oleh Jepang dan dikenal dengan romusha. Bangsa Indonesia bertambah menderita pada masa penjajahan Jepang.
Pada tanggal 6 Agustus 1945 Amerika Serikat menjatuhkan bom atom di Hiroshima. Tiga hari kemudian, pada tanggal 9 Agustus 1945 kota Nagasaki juga dihancurkan dengan bom atom. Akibatnya, Jepang menyerah tanpa syarat kepada Amerika Serikat, salah satu satu anggota Sekutu dalam Perang Dunia II, pada tanggal 15 Agustus 1945 waktu Indonesia. Berita penyerahan Jepang itu dapat diketahui oleh kalangan pemuda bangsa Indonesia di kota Bandung tanggal 15 Agustus 1945 melalui berita siaran radio BBC London.
Sejak tanggal 15 Agustus 1945 terjadi kekosongan kekuasaan (vacuum of power) atas wilayah Indonesia. Keadaan seperti ini merupakan peluang yang sangat baik bagi bangsa Indonesia untuk memproklamasikan kemerdekaannya. Oleh karena itu, para pemuda yang telah mendengar berita kekalahan pasukan Jepang segera mendesak Soekarno – Hatta untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Namun keinginan itu ditolak sehingga muncul Peristiwa Rengasdengklok (16 Agustus 1945).
Para menculik Ir. Soekarno, Ibu Fatmawati, Guruh Soekarnoputra, dan Moh. Hatta. Mereka dibawa oleh pemuda ke Rengasdengklok. Penculikan tersebut beretujuan untuk menjauhkan Ir. Soekarno dan Moh. Hatta dari pengaruh Jepang. Selain itu pemuda mendesak untuk segera dilakukan proklamasi kemerdekaan. Peristiwa Rengasdengklok berakhir setelah Achmad Subardjo memberikan jaminan dengan taruhan nyawanya bahwa Proklamasi Kemerdekaan Indonesia akan dilaksanakan pada tanggal 17 Agustus 1945, selambat-lambatnya pukul 12.00 WIB. Hal itu terjadi apabila Soekarno – Hatta dikembalikan ke Jakarta hari itu juga.
Ir. Soekarno dan rombongan setelah sampai di Jakarta segera menuju rumah Laksamana Tadashi Maeda. Rumah tersebut dijadikan tempat penyusunan Proklamsai Kemerdekaan. Di rumah tersebut hadir beberapa tokoh-tokoh Indonesia, yaitu Ir. Soekarno, Moh. Hatta, dan Achmad Soebardjo. Tokoh-tokoh tersebut yang merumuskan teks Proklamasi Kemerdekaan. Turut serta Soekarni, B.M. Diah, Soediro, dan Chairul Saleh. Satjuti Melik mendapat tugas untuk mengetik naskah proklamasi. Setelah teks Proklamasi berhasil disusun semua tokoh kembali ke rumah masing-masing. Sebagaian tokoh menyebarkan berita akan diadakan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
Keesokan harinya dilaksanakan pembacaan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Proklamasi dilaksanakan di halaman rumah Ir. Soekarno di Jalan Pegangsaan Timur No. 56, Jakarta (sekarang Jalan Proklamasi), pada hari Jumat tanggal 17 Agustus 1945 pukul 10.00 WIB (pertengahan bulan Ramadhan). Tepat pada hari Jumat tanggal 17 Agustus 1945 pukul 10.00 WIB acara dimulai. Bung Karno dengan didampingi Bung Hatta tampil di depan mikropon untuk berpidato sejenak dan membacakan teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Sejak detik itu dengan adanya proklamasi kemerdekaan, bangsa Indonesia pun menyatakan kemerdekaannnya.
Bagi bangsa Indonesia, Proklamasi merupakan sumber hukum pembentukan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Proklamasi adalah alat untuk mencapai tujuan negara dan cita-cita bangsa Indonesia. Proklamasi mempunyai arti penting bagi masyarakat Indonesia yaitu sebagai berikut: 1. Lahirnya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) 2. Titik tolak pelaksanaan amanat penderitaan rakyat 3. Puncak perjuangan pergerakan kemerdekaan. Proses pembentukan NKRI melalui beberapa proses yang membutuhkan waktu yang lama.
Seperti yang telah kamu pelajari diatas. Dan faktor yang menentukan pembentukan NKRI antara lain sebagai berikut. 1. Keinginan untuk merdeka dan lepas dari penjajahan 2. Mempunyai tempat tinggal yang sama yaitu kepulauan Indonesia. 3. Persamaaan nasib karena dijajah bangsa asing. 4. Tujuan bersama untuk mewujudkan kemakmuran dan keadilan sebagai suatu bangsa.

 Berdasarkan faktor-faktor di atas bangsa Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya dengan urutan peristiwa sebagai berikut. 1. Terbentuknya kesadaran bahwa kemerdekaan adalah hak segala bangsa. Tidak ada satupun bangsa di dunia ini yang berhak merebut kemerdekaan menjajah bangsa lain. 2. Adanya pergerakan untuk melawan penjajah. Dimulai dari pergerakan yang bersifat tradisional dan kedaerahan berkembang menjadi pergerakan modern dan bersifat nasionalis. 3. Puncak perjuangan pergerakan kemerdekaan yang ditandai dengan dibacakannya Proklamasi Kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945. 4. Penyusunan alat-alat kelengkapan negara.

kelompok 6 
Anggota Kelompok 
1. Alma Puspita K   (01)
2. Andika Putri P     (02)
3. Devi Amalia N.    (10)
4. Erawati Rosadi.   (13)



Sambutan rakyat Indonesia Setelah Mendengar Proklamasi Kemerdekaan


Mulanya,rakyat diberbagai daerah tidak percaya bahwa Indonesia akan segera merdeka. Namun, setelah yakin akan kebenaran berita itu, luapan kegembiraan muncul di mana-mana. Di Jawa Tengah berita Proklamasi diterima melalui radio Domei Sementara. Oleh Syarief Sulaiman dan M.S. Mintarjo berita tersebut dibawa ke gedung Hokokai yang saat itu sedang dilaksanakan sidang di bawah pimpinan Mr. Wongso Negoro. Setelah copy teks Proklamasi dibacakan, para peserta sidang bertepuk tangan penuh gembira, kemudian secara serentak mereka menyanyikan lagu Indonesia Raya.

Di daerah-daerah luar Jawa berita Proklamasi terlambat diterima oleh rakyat. Hal ini disebabkan karena sarana komunikasi yang cukup sulit. Di Medan, berita Proklamasi dibawa oleh Teuku Moh. Hasan yang diangkat sebagai gubernur daerah Sumatera. Mendengar berita ini, kemudian dipelopori oleh Achmad Tahir dibentuk Barisan Pemuda Indonesia. Pada tanggal 4 Oktober, mereka berusaha mengambil alih gedung-gedung pemerintahan dan merebut senjata dari tangan Jepang.

Di daerah-daerah lain pun melakukan penyambutan yang tidak jauh berbeda, yakni sebagai berikut:
a. Mula-mula rakyat tidak percaya terhadap adanya berita Proklamasi.
b. Luapan kegembiraan rakyat menyambut kemerdekaan Indonesia.
c. Mengadakan rapat-rapat raksasa.
d. Para pemuda membentuk angkatan muda Indonesia.
e. Upaya pengambilalihan kekuasaan dari tangan Jepang.
f. Upaya merebut gedung-gedung dan kantor pemerintahan.
g. Merebut persenjataan dari tangan Jepang.
h. Tekad untuk tetap mempertahankan kemerdekaan.
Bukan hanya itu saja,rakyat diberbagai daerah di Indonesia juga melakukan tindakan-tindakan perlawanan terkait dengan pelaksanaan kemerdekaan Indonesia,diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Tindakan heroik di Solo
Para pemuda melakukan pengepungan markas Kempetai Jepang, sehingga terjadilah pertempuran. Dalam pertempuran itu, seorang pemuda bernama Arifin gugur.


2. Palagan Ambarawa
Pada tanggal 20 0ktober 1945, tentara sekutu di bawah pimpinan Brigadir Bethellm mendarat di semarang dengan maksud mengurus tawanan perangdan tentara Jepang yang berada di Jawa Tengah. Kedatangan sekutu ini diboncengi oleh NICA. Kedatangan sekutu ini mulanya disambut baik, bahkan Gubernur Jawa Tengah Mr Wongsonegoro menyepekati akan menyediakan bahan makanan dan keperluan lain bagi kelancaran tugas Sekutu, sedang Sekutu berjanji tidak akan mengganggu kedaulatan Republik Indonesia.
Namun, ketika pasukan Sekutu dan NICA telah sampai di Ambarawa dan magelang untuk membebasakan para tawanan tentara Belanda, para tawanan tersebut malah dipersenjatai sehingga menimbulkan kemarahan pihak Indonesia. Insiden bersenjata timbul di kota Magelang, hingga terjadi pertempuran. Di Magelang, tentara Sekutu bertindak sebagai penguasa yang mencoba melucuti Tentara Keamanan Rakyat dan membuat kekacauan. TKR Resimen Magelang dipimpin Letkol. M.Sarbini membalas tindakan tersebut dengan mengepung tentara Sekutu dari berbagai penjuru. Namun mereka selamat dari kehancuran berkat campur tangan Presiden Sukarno yang berhasil memenangkan susasana. Kemudian pasukan Sekutu secara diam-diam meninggalkan Kota Magelang menujunke benteng Ambarawa. Akibat peristiwa tersebut, Resimen Kedu Tengah di bawah pimpinan Letkol M. Sarbini segera mengadakan pengejaran terhadap mereka. Gerakan mundur tentara Sekutu tertahan di Desa Jambu karena dihadang oleh pasukan Angkatan Muda di bawah pimpinan Oni Sastrodihardjo yang diperkuat oleh pasukan gabungan dari Ambarawa, Suruh dan Surakarta.
Tentara Sekutu kembali dihadang oleh Batalyon 1 Soerjosoempeno di Ngipik. Pada saat pengunduran, tentara Sekutu mencoba menduduki dua desa di sekitar Ambarawa. Pasukan Indonesia di bawah pimpinan Letkol. Isdiman berusaha membebaskan kedua desa tersebut, namun ia keburu gugur terlebaih dahulu. Sejak gugurnya Letkol. Isdiman, komandan Divisi 5 Banyumas, Kol Soedirman merasa kehilangan seorang perwira terbaiknya dan ia langsung turun ke lapangan untuk memimpin pertempuran. Kehadiran Kol Soedirman memberikan napas baru kepada pasukan-pasukan RI. Koordinasi diadakan diantara komando-komando sektor dan pengepungan terhadap musuh semakin ketat. Siasat yang diterapkan adalah serakan pendadakan serentak di semua sektor. Bala bantuan terus mengalir dari Yogyakarta, Solo, Salatiga, Purwokerto, Magelang, Semarang, dll
Tanggal 23 November 1945 ketika matahari mulai terbit, mulailah tembak menembak dengan pasukan sekutu yang bertahan di kompleks gereja dan kerkhop Belanda di Jl. Margo Agoeng. Pasukan Indonesia terdiri dari Yon. Imam Androgi, Yon. Soeharto, dan Yon. Soegang. Tentara Sekutu mengarahkan tawanan-tawanan Jepang dengan diperkuat tanknya, menyusup ke tempat kedudukan indonesia dari arah belakang, karena itu pasukan Indonesia indah ke Bedono.
Setelah bertempur selama empat hari, pada tanggal 15 Desember 1945 pertempuran berakhir dan Indonesia berhasil merebut Ambarawa dan sekutu dibuat mundur ke Semarang. Kemenangan pertempuran ini kini diabadikan dengan didirikannya Monumen Palagan Ambarawa dan diperingati hari jadi TNI Angkatan Darat atau Hari Juang Kartika

3. Peristiwa Bandung lautan api
Peristiwa bandun lautan api adalah peristiwa kebakaran besar yang terjadi di kota bandung pada 24 Maret 1946. Dalam waktu tujuh jam sekitar 200.000 penduduk bandung membakar rumah mereka, meninggalkan kota menuju pegunungan di daerah selatan bandung. Hal ini dilakukan untuk mencegah tentara sekutu dan tentara NICA belandauntuk dapat menggunakan kota bandung sebagai markas strategis militer dalam perang kemerdekaan indonesia.

4.Peristiwa Medan Area

Pada tanggal 9 November 1945, pasukan sekutu di bawah pimpinan brigadril jendral T.E.D. kelly mendarat di sumatra utara yang diikuti oleh pasukan NICA. Pemerintah repuklik indonesia di sumtra utara memperkenangkan mereka untuk menepati beberapa hotel yang terdapat di mota medan. Selanjutnya mereka di tempatkan di Binjai, tanjung lapangan. Sehari setelah mendarat, tim RAPWI mendatangi kamp-kamp tawanan yang ada di medan atas persetujuan gubernur M. Hasan. Kelompokmitu langsung di bentuk menjadi medan batalion KNIL.
Dengan adanya kekuatan itu,ternyata bekas tawanan menjadi arogan dan sewenag-wenang sehingga memancinng munculnya insiden. Insiden pertama terjadi tanggal 13 oktober 1945 di jalan bali, medan. Insiden itu berawal dari ulah penghuni hotel yang merampas dan menginjak-injak lencana merah putih. Akibatnya hotel itu di serang dan di rusak oleh kalangan pemuda. Dampak dari insiden itu menjalar ke beberapa kota lain seperti peatang siantar dan bras tagi.
Pada tanggal 10 oktober 1945 di bentuk TKR sumatra timur dengan pepimpinnya Achmad Tair. Selanjutnya di adakan pemanggilan bekas giugan dan heihi ke sumtara timur. Di samping TKR, terbentuk juga badan-badan perjuangan yang sejak tanggal 15 oktober 1945 menjadi pemuda repuklik indonesia sumtara timur dan kemudian berganti nama menjadi Pesindo.
Sementara iti pada tanggal 1 desember 1945,pihak sekutu inggris memasang papan-papan yang bertuliskan “fixed boundaries medan area” di daerah-daerah pinggiran kota medan. Sejak saat itu nama medan area menjadi terkenal.inggris bersama NICA melakukan aksi terhadap unsur-unsur R.I di medan. Bahkan pada tanggal 10 desember 1945 mereka berusaha menghancurkan konsentrasi TKR di trepes. Aksi tersebut tentu saja mendapat perlawan yang sengit dari pemuda medan.
Dengan terjadinya peristiwa seprti itu, brigadir jendral T.E.D kelly kembali mengancam para pemuda agar menyerahkan senjata yang mereka miliki dan jika tidak akan di tembak mati.






5. Peristowa hotel yamato

Insiden perobeka bendera di hotel yamato ini merupakan awal dari rentetan perlawanan yang di lakukan oleh arek-arek suroboyo. Peristiwa ini bermula dari di [asangnya bendera belanda yang dilakukan oleh sekelompok orang yang di komando lamgsung oleh Mr. W.V.Ch ploegman. Peristiwa ini di lakikan sekitar pulul 21:00 pada tanggal 18 oktober 1945.
Pemasangan bendera ini tampaknya tidak di ketahui oleh para pemuda dan tanpa sepengetahuan dan persetujuan dari pemerintah R.I di surabaya. Meskipun pihak belanda memasang bendera di malam hari, tampaknya usaha itu nihil. Keesokan harinya tanggal 19 oktober 1945 sekelompok pemuda melihat berkibarnya bendera belanda itu, tak kuat menahan amarah. Hanya beberpa jam setelah mereka melihat berkibarnya bendera belanda itu, jalannan sesak oleh segerombolan masa yang marah atas ulah yang di lakukan oleh pemerintah kolonial belanda itu.
Jalan tunjangan yang nerupakan jaln pusat kota itu bagaikan kerimunan semut, banyak dari kalangan pemuda,pelajar,maupun dari golongan dewasa yang berkumpul,guna protes atas ulah yang di lakukanya. Residen sudirman yang merupakan wakil dari keresidenan daerah surabaya itu langsung menemui ploegman dengan di dampongi oleh sidik dan hariono. Mereka bertujuan untuk melakukan perundingan dengan pihak belanda ntuk menurunkan bendera tri warna tersebut. Tampaknya usaha yang dilkukan sudirman sia-sia, ploegman dengan nada keras dan mengangkat senjata revolvernya menjawab ”tentara sekutu telah menang, dan belanda merupakan sekutu,maka sekarang pemerintah hindia belanda berhak atas indonesia! Republik indonesia tidak kami akui”.
Merasa usaha yang di lakukan gagal dengan yang di sertai perasaan amarah yang begitu kuat,sidik dan harianto mengambil langkah yang mengejutkan. Sidik langsung menendang revolver yang di pengang oleh ploegman hingga terpental dan menyebabkan letusan tanpa mengenai korban. Sementara harianto menyeret sudirman dari rauanga tersebut,namun sidik masih terus melakukan pergulatan dengan ploegman dan mencekiknya hingga tewas. Setelah letusan pistol milik poegman tersebut menyebabkan bebrapa sidik hingga tersunggkur ke tanah. Mengetahui kondisi yang sepert ini akhirnya para pemuda yang di luar hotel merengsek masuk ke hotel,hingga perkelahian tak dapat di hindarkan. Sementara itu hariono dengan kusno wibowo di bantu dengan beberapa pemuda melakukan pemanjatan guna menurunkan bendera tri warna tersebut. Setelah berhasil menurunkanya mereka merobek bendera yang bagian biru hingga akhirnya berkibarlah bendera merah putih. Pekik “merdeka” di lontarkan oleh mereka sebagai tanda kehormatan dan kedaulatan dari Indonesia.

6. Pertempuran lima hari di Semarang
Dengan meyerhnya jepang terhadap sekutu pada tanggal 15 agustus 1945dan di susul dengan di proklamarkan republik indonesia 17 agustus 1945, maka seharusnya tamatlah kekuasaan jepang di indonesia. Dan di tunjuknya Mr wongsonegoro sebagai penguasa republik di jawa tengah dan pusat pemerintahnya di semarang, maka adalah kewajiban pemerintah di jawa tengah mengambil alih kekuasaan yang selama ini di pegang jepang, termasuk bidang pemerintahan, keaamanan, dan ketertibannya. Maka terbentuklah badan keaamanan rakyat (BKR) yang kemudian menjadi tentara keamanan rakyat (TKR).
Di beberapa tempat di jawa tengah telah terjadi pula kegiatan perlicutan senjata jepang tanpa kekerasan antara lain di banyumas, tapi terjadi kekerasan di ibukota semarang. Kido butai (pusat ketentaraan jepang di jatingaleh) nampak tidak memberikan persetujuaanya secara menyeluruh, meskipun di jamin oleh gubernur wonsonegoro, bahwam sejata tersebut tidak untuk melawan jepang. Permintaan yang berulang ulang Cuma menghasilkan senjata yang tak seberapa, dan itu pun snjata-senjata yang agak usang.
Kecurigaan BKR dan pemuda semarang semakin bertambah, setelah sekutu mulai mendaratkan pasukannya di pulau jawa.
Pihak indonesia khawatir jepang akan menyerahkan senjata-senjatanya kepada sekutu, dan berpendapat kesempatan memperoleh senjata harus dimanfaatkan sebelum sekutu mendarat di semarang.karna sudah pasti pasukan belanda yang bergabung dengan sekutu akan ikut dalam pendaratan itu yang tujuannya menjajah indonesia lagi.
Pertempuran lima hari di semarang ini dimulai menjelang minggu malam tanggal 15 oktober 1945. Keadaan kota semarang sangatlah mencekam apalagi di jalan jalan dan kampung kampung di mana ada pos BKR dan pemuda tampak keaadan siap. Pasukan pemuda terdiri dari beberapa kelompok yaitu BKR, Polisi istimewa,AMRI, AMKA (angkatan muda kereta api) dan organisasi para pemuda lainnya. Dapat pula kita tambahkan di sini, bahwa markas jepang di bantu oleh pasukan jepang sebesar 675 orang,yang mereka dalam perjalanan dari irian ke jakarta,tapi karena persoalan logistik,pasukan ini singgah ke semarang. Pasukan ini merupakan pasukan tempur yang mempunyai pengalaman di medan perang irian. Keaadan kontras sekali, karena para pemuda pejuang kita harus menghadapi pasukan jepang yang berpengalaman tempur dan lebih lengkap persenjataanya , sementara kelompok pasukan pemuda belum pernah bertempur, dan hampir-hampir tidak bersenjata.
Juga sebagian besar belum pernah mendapat latihan,kecuali di antaranya pasukan polisi intimewa, anggota BKR, dari ex-PETA dan Heihoyang pernah mendapat pendidikan dan latihan militer, tapi tanpa pengalaman tempur. Pertempuran lima hari di semarang ini diawali dengan berontakan 400 tentara jepang yang bertugas membangun pabrik senjata di cepiring dekat semarang. Pertempuran antara pemberontak jepang melawan pemuda ini berkorban sejak dari cepiring (kl 30 km sebelah barat semarang) hingga jatingaleh yang terletak di bagian atas kota. Di jatingaleh ini pasukan jepang yang dipukul mundur menggabungkan diri dengan pasukan kidobutai yang memang berpangkalan di tempat tersebut.
Suasana kota semarang menjadi panas. Terdengar bahwa pasukan kidobutai jatingaleh akan segera mengadakan serangan balasan terhadap para emuda indonesia. Situasi hangat bertambah panas dengan meluasnya desas-desus yang menggelisahkan masyarakat, bahwa cadangan air minum di candi (Siranda) telah diracuni. Pihak jepang yang disangka telah melakukan peracunan lebih memperuncing keadaan dengan melecuti delapan orang polisi indonesia yang menjaga tempat tersebut untuk menghidarkan peracunan cadangan air minum itu. Dr. Karyadi, kepala laboratorium pusat rumah sakit rakyat (perusara) ketika mendengar berita ini langsung meluncur ke siranda untuk mengecek kebenarannya. Tetapi beliau tidak pernah sampai tujuan, jenazahnya ditemukan di jalan spandanaran semarang, karena dibunuh tentara jepang (namanya diabadikan menjadi RS di semarang).
Keesokan harinya 15 oktober 1945 jam 03:00 pasukan kidobutai benar-benar melancarkan serangannya ke tengah-tengah kota semarang. Markas BKR kota semarang menepati kompleks bekas sekolah MULO di mugas (di belakang bekas pom bensin pandaran). Dibelakangnya terdapat sebuah bukit rendah dari sinilah di waktu fajar kidobutai melancarkan serangannya mendadak berkas BKR secara tiba-tiba mereka melancarkan serangan dari dua jurusan dengan tembakan mesin gancar, diperkirakan pasukan jepang yang menyerang nerjumlah 400 orang. Setelah memberikan perlawanan setengah jam pimpinan BKR akhirnya menyadari markasnya tak mungkin dapat mempertahankan lagi dan untuk menghindari kepungan tentara jepang, pasukan BKR mengundurkan diri meninggalkan maarkasnya. Pertempuran ini dimulai pada 15 oktober 1945 – 20 oktober 1945.



MAKNA PROKLAMASI BAGI BANGSA INDONESIA

Proklamasi Kemerdekaan Indonesia sangat besar artinya bangi bangsa Indonesia, antara lain sebagai berikut:

1. Pernyataan untuk merdeka bebas dari segala bentuk pejajahan bangsa lain atas bangsa dan negara Indonesia (dimuat dalam Teks Proklamasi)

2. Merupakan Jembatan emas yang menghubungkan dan mengantarkan bangsa Indonesia dalam mencapai masyarakat baru, yaitu kehidupan yang bebas tanpa ikatan dan tekanan.

3. Merupakan titik puncak perjuangan pergerakan bangsa indonesia yang telah mengantarkan bangsa Indonesia kedepan pintu gerbang kebebasan. Proklamasi Kemerdekaan Indonesia bukanlah titik akhir perjuangan bangsa Indonesia, karena bangsa Indonesia harus terus berjuang untuk mempertahankan dan mengisi kemerdekaan untuk mencapai masarakat adil dan makmur.

Proses Terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) Sejak Proklamasi Hingga Akhir 1945.

Memasuki tahun 1945, perjuangan bangsa Indonesia untuk mencapai kemerdekaan semakin berkobar. Tetapi sebaliknya kedudukan Jepang dalam Perang Pasifik semakin terjepit. Bahkan kedudukannya di Asia juga sudah terkepung. Oleh karena itulah maka untuk memikat hati bangsa Indonesia, terpaksa berjanji akan memberikan kemerdekaan Indonesia di kemudian hari.Sehubungan dengan itu, Jepang membentuk semacam Dewan Rakyat yang dinamakan Cou Sangi In. Kemudian tanggal 29 April 1945 dibentukBadan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia(BPUPKI), atau Dokuritzu Junbi Cosakai. Badan ini beranggotakan 62 orang, diketuai oleh dr, Rajiman Wedyodiningrat.
BPUPKI dilantik pada tanggal 28 Mei 1945. Sehari berikutnya yakni tanggal 29 Mei mulai mengdakan sidang. Pada garis besarnya BPUPKI melaksanakan dua kali sidang, yaitu:
1. Sidang pertama berlangsung tanggal 29 Mei sampai dengan 1 Juni 1945.Pembicaraan dipusatkan pada perumusan dasar dan falsafah bagi negara Indonesia merdeka. Dalam sidang tersebut tampil 2 orang tokoh yang berpidato menyampaikan konsepnya. Pertama, tanggal 29 Mei 1945, Moh Yamin dan kedua tanggal 1 Juni, oleh Ir. Soekarno. Masing-masing mengemukakan 5 asas sebagai dasar dan falsafah negara. Menurut Ir. Soekarno 5 asas yang disampaikannya itu atas usul seorang teman ahli bahasa dinamakan Pancasila.
2. Sidang ke-2 berlangsung pada tanggal 10-17 Juli 1945.Pada persidangan yang kedua ini pembicaraan dipusatkan pada soal Undang-Undang Dasar (UUD). Setelah diserahkan kepada Panitia Hukum Dasar, BPUPKI berhasil pula menyusun Rancangan UUD.

Masa selang di antara sidang pertama dengan sidang kedua tersebut,Panitia Sembilan dalam BPUPKI berhasil merumuskan asas dan tujuan Negara Indonesia Merdeka yang terkenal dengan sebutan Piagam Jakarta. Adapun tokoh-tokoh yang termasuk dalam Panitia Sembilan tersebut adalah:Mr. Ahmad Subarjo,Abikusno Cokrosuyoso,dan Abdulkahar Muzakir.Selanjutnya pada tanggal 7 Agustus 1945 BPUPKI dibubarkan. Sebagai gantinya dibentuk Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Sebagai ketua diangkat Ir. Soekarno dan Moh. Hatta sebagai wakil ketua. Jumlah anggotanya semula 20 orang, kemudian ditambah 7 orang atas kehendak orang-orang Indonesia dan tanpa seizin Jepang. Dengan demikian PPKI itu bukan murni buatan Jepang.
Sebelum PPKI dapat bersidang, Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta dan dr. Rajiman Wedyodiningrat dipanggil Marsekal Terauchi ke Dalat, kira-kira 300 km sebelah utara Saigon. Tanggal 9 Agustus 1945 ketiga tokoh itu berangkat dari Indonesia menuju Dalat. Terauchi menyatakan setuju dengan pembentukan PPKI dan sekaligus menyerahkan kemerdekaan Indonesia itu kapan akan dilaksanakan.
Tanggal 15 Agustus 1945 ketiganya datang kembali ke Indonesia. Mereka langsung ditemui para pemuda dan mendesak Bung Karno dan Bung Hatta segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Karena pada waktu itu pemuda sudah mendengar bahwa Jepang sudah menyerah. Tetapi Bung Karno dan Bung Hatta belum memenuhi tuntutan golongan pemuda.
Dengan adanya perbedaan pendapat antara golongan tua dan pemuda, maka kelompok pemuda di bawah pimpinan Sukarni, Yusuf Kunto dan Singgih pada tanggal 16 Agustus 1945 sepakat untuk mengasingkan Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta dari Jakarta dan dibawa ke keRengasdengklok.Para pemuda mendesak agar Proklamasi kemerdekaan Indonesia dilaksanakan Rengasdengklok. Hal ini juga ditolak oleh Ir. Soekarno dan Drs. Moh Hatta. Di tengah-tengah pertentangan pendapat itu, pada sore harinya, tanggal 16 Agustus datanglah Mr. Ahmad Subarjo. Atas jaminannya maka semua sepakat untuk mengembalikan Bung Karno dan Bung Hatta ke Jakarta. Mr. Ahmad Subarjo juga meyakinkan bahwa proklamasi kemungkinan besar dapat dilaksanakan pada esok harinya.
Sesampainya di Jakarta, malam itu juga tanggal 16 Agustus 1945, mereka mengumpulkan anggota PPKI dan beberapa pemimpin lainnya untuk membicarakan persiapan Proklamasi Kemerdekaan. Mereka ini berkumpul di rumah Laksamana Maeda (Kepala Perwakilan Angkatan Laut Jepang di Jakarta), di jalan Imam Bonjol No.1.Rapat itu berlangsung sampai tanggal 17 Agustus 1945 dini hari dan sudah berhasil menyusun naskah Proklamasi. Naskah itu pertama kali masih tulisan tangan.Yang menjadi persoalan pada waktu itu adalah siapa yang harus menandatangani naskah tersebut. Kemudian atas usul Sukarni, teks Proklamasi itu ditandatangani oleh Soekarno - Hatta atas nama bangsa Indonesia. Semua sepakat. Kemudian konsepnya diserahkan kepadaSayuti Melik untuk diketik. Hasil ketikkan itulah yang merupakan teks Proklamasi yang otentik (resmi). Mereka juga sepakat untuk menyatakan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 itu juga.

PEMBENTUKAN PPKI
PPKI dibentuk pemerintah Jepang tanggal 7 Agustus 1945. Badan ini bertugas menyiapkan segala sesuatu menyangkut masalah ketatanegaraan menghadapi penyerahan kekuasaan pemerintahan dari Jepang kepada bangsa Indonesia.Beranggotakan 21 orang, yang ditunjuk sebagai ketua adalah Ir.Soekarno dan wakilnya Moh. Hatta. Sebagai penasehat ditunjuk Mr. Ahmad Subardjo, dan tanpa sepengetahuan pemerintah Jepang, PPKI menambah lagi enam orang, yaitu Wiranatakusumah, Ki Hadjar Dewantara, Mr. Kasman Singodimedjo, Sayuti Melik, Iwa Kusumasumantri, dan Ahmad Soebardjo. Badan ini dibentuk untuk menarik simpati golongan-golongan yang ada di Indonesia agar bersedia membantu Jepang dalam Perang Pasifik, yang kedudukannya semakin terdesak sejak 1943. Mereka juga berjanji memberi kemerdekaan pada Indonesia melalui 'Perjanjian Kyoto'.
Ketika Rusia bergabung dengan Sekutu dan menyerbu Jepang dari Manchuria, pemerintah Jepang mempercepat kemerdekaan Indonesia, yang oleh BPUPKI direncanakan 17 September 1945. Tiga tokoh PPKI (Soekarno, Hatta, dan Radjiman) diterbangkan ke Dalath (Saigon) bertemu Jenderal Terauchi yang akan merestui pembentukan negeri boneka tersebut. Tanggal 14 Agustus 1945 ketiganya kembali ke Jakarta dan Jepang menghadapi pemboman AS di Hirosima dan Nagasaki. Golongan tua dan golongan muda pejuang kemerdekaan terlibat pro dan kontra atas peristiwa pemboman Jepang oleh AS. Golongan muda melihat Jepang sudah hampir menemui kekalahan, tetapi golongan tua tetap berpendirian untuk menyerahkan keputusan pada PPKI.
Sikap tersebut tidak disetujui golongan muda dan menganggap PPKI merupakan boneka Jepang dan tidak menyetujui lahirnya proklamasi kemerdekaan dengan cara yang telah dijanjikan oleh Jenderal Besar Terauchi dalam pertemuan di Dalath. Golongan muda menghendaki terlaksananya proklamasi kemerdekaan dengan kekuatan sendiri lepas sama sekali dari pemerintahan Jepang. Menanggapi sikap pemuda yang radikal itu, Soekarno-Hatta berpendapat bahwa soal kemerdekaan Indonesia yang datangnya dari pemerintah Jepang atau dari hasil perjuangan bangsa Indonesia sendiri tidaklah menjadi soal, karena Jepang toh sudah kalah. Selanjutnya menghadapi Sekutu yang berusaha mengembalikan kekuasaan Belanda di Indonesia. Oleh sebab itu untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia diperlukan suatu revolusi yang terorganisasi. Mereka ingin memperbincangkan proklamasi kemerdekaan di dalam rapat Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia.
Perbedaan pendapat ini melatarbelakangi peristiwa penculikan Soekarno dan Hatta ke Rengasdengklok tanggal 16 Agustus 1945 pukul 04.00 WIB. Tindakan itu diambil berdasarkan keputusan rapat terakhir pemuda pejuang yang diadakan pukul 24.00 WIB menjelang tanggal 16 Agustus 1945 di Jl. Cikini, 71 Jakarta. Selain dihadiri pemuda-pemuda yang sebelumnya rapat di Lembaga Bakteriologi, Pegangsaan Timur, Jakarta, juga dihadiri oleh Sukarni, Jusuf Kunto, dan dr. Muwardi dari Barisan Pelopor, serta Shodanco Singgih dari Daidan Peta Jakarta syu. Mereka bersama Chaerul Saleh sepakat melaksanakan keputusan rapat, antara lain "menyingkirkan Soekarno dan Hatta ke luar kota" dengan tujuan menjauhkan mereka dari segala pengaruh Jepang. Shodanco Singgih mendapat kepercayaan melaksanakan rencana itu. Di Rengasdengklok, akhirnya Soekarno setuju memproklamasikan kemerdekaan tanpa campur tangan pihak Jepang. Pukul 23.00 WIB rombongan tiba di Jakarta dan menuju kediaman Laksamana Maeda di Jl. Imam Bonjol No.1, dan di tempat tersebut naskah proklamasi disusun.
Setelah selesai, teks proklamasi dibaca dan dimusyawarahkan di hadapan tokoh-tokoh yang sebagian besar anggota PPKI. Sehari setelah itu, PPKI mengadakan sidang di Gedung Kesenian Jakarta dan dihasilkan beberapa keputusan, yaitu a) membentuk UUD; b) memilih Ir. Soekarno sebagai presiden dan Drs. Moh. Hatta sebagai wakil presiden; c) presiden untuk sementara waktu akan dibantu oleh sebuah komite nasional. Pada sidang hari kedua, PPKI menetapkan membentuk 12 departemen dan menunjuk para pejabat departemen dan menetapkan wilayah RI meliputi delapan propinsi sekaligus menunjuk gubernurnya. Pada sidang hari ketiga, presiden memutuskan berdirinya tiga badan baru yaitu Komite Nasional Indonesia (KNI), Partai Nasional Indonesia (PNI), dan Badan Keamanan Rakyat (BKR). Dan dengan terbentuknya tiga badan ini, maka berarti pula PPKI dibubarkan.

RENGASDENGKLOK
Peristiwa Rengasdengklok dimulai dari “penculikan” yang dilakukan oleh sejumlah pemuda (Soekarni, Wikana dan Chaerul Saleh dari perkumpulan “Menteng 31“) terhadap Soekarno dan Hatta. Peristiwa ini terjadi pada tanggal 16 Agustus 1945 pukul 04.00. WIB, Soekarno dan Hatta dibawa ke Rengasdengklok, Karawang, untuk kemudian didesak agar mempercepat proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, sampai dengan terjadinya kesepakatan antara golongan tua yang diwakili Soekarno dan Hatta serta Mr. Achmad Subardjo dengan golongan muda tentang kapan proklamasi akan dilaksanakan.Menghadapi desakan tersebut, Soekarno dan Hatta tetap tidak berubah pendirian. Sementara itu di Jakarta, Chairul dan kawan-kawan telah menyusun rencana untuk merebut kekuasaan. Tetapi apa yang telah direncanakan tidak berhasil dijalankan karena tidak semua anggota PETA mendukung rencana tersebut.Kekalahan Jepang dalam Perang Pasifik semakin jelas dengan dijatuhkannya bom atom oleh Sekutu di kota Hiroshima pada tanggal dan pada tanggal . Akibat peristiwa tersebut, kekuatan Jepang makin lemah. Kepastian berita kekalahan Jepang terjawab ketika tanggal dini hari, Sekutu mengumumkan bahwa Jepang sudah menyerah tanpa syarat dan perang telah berakhir.Berita tersebut diterima melalui siaran radio di Jakarta oleh para pemuda yang termasuk orang-orang Menteng Raya 31 seperti Chaerul Saleh, Abubakar Lubis, Wikana, dan lainnya. Penyerahan Jepang kepada Sekutu menghadapkan para pemimpin Indonesia pada masalah yang cukup berat. Indonesia mengalami kekosongan kekuasaan (vacuum of power). Jepang masih tetap berkuasa atas Indonesia meskipun telah menyerah, sementara pasukan Sekutu yang akan menggantikan mereka belum datang. Gunseikan telah mendapat perintah-perintah khusus agar mempertahankan status quo sampai kedatangan pasukan Sekutu. Adanya kekosongan kekuasaan menyebabkan munculnya konflik antara golongan muda dan golongan tua mengenai masalah kemerdekaan Indonesia.Golongan muda menginginkan agar proklamasi kemerdekaan segera dikumandangkan. Mereka itu antara lain Sukarni, B.M Diah, Yusuf Kunto, Wikana, Sayuti Melik, Adam Malik, dan Chaerul Saleh. Sedangkan golongan tua menginginkan proklamasi kemerdekaan harus dirapatkan dulu dengan anggota PPKI. Mereka adalah Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, Mr. Ahmad Subardjo, Mr. Moh. Yamin, Dr. Buntaran, Dr. Syamsi dan Mr. Iwa Kusumasumantri. Golongan muda kemudian mengadakan rapat di salah satu ruangan Lembaga Bakteriologi di Pegangsaan Timur, Jakarta pada tanggal 15 Agustus 1945 pukul 20.00 WIB.Rapat tersebut dipimpin oleh Chaerul Saleh yang menghasilkan keputusan tuntutan-tuntutan golongan muda yang menegaskan bahwa kemerdekaan Indonesia adalah hal dan soal rakyat Indonesia sendiri, tidak dapat digantungkan kepada bangsa lain. Segala ikatan, hubungan dan janji kemerdekaan harus diputus, dan sebaliknya perlu mengadakan perundingan dengan Ir. Soekarno dan Mohammad Hatta agar kelompok pemuda diikutsertakan dalam menyatakan proklamasi.Langkah selanjutnya malam itu juga sekitar jam 22.00 WIB Wikana dan Darwis mewakili kelompok muda mendesak Soekarno agar bersedia melaksanakan proklamasi kemer-dekaan Indonesia secepatnya lepas dari Jepang.Ternyata usaha tersebut gagal. Soekarno tetap tidak mau memproklamasikan kemerdekaan. Kuatnya pendirian Ir. Soekarno untuk tidak memproklamasikan kemerdekaan sebelum rapat PPKI menyebabkan golongan muda berpikir bahwa golongan tua mendapat pengaruh dari Jepang.Selanjutnya golongan muda mengadakan rapat di Jalan Cikini 71 Jakarta pada pukul 24.00 WIB menjelang tanggal 16 Agustus 1945. Mereka membawa Soekarno dan Hatta ke Rengasdengklok. Rapat tersebut menghasilkan keputusan bahwa Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta harus diamankan dari pengaruh Jepang. Tujuan para pemuda mengamankan Soekarno Hatta ke Rengasdengklok antara lain:agar kedua tokoh tersebut tidak terpengaruh Jepang, danmendesak keduanya supaya segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia terlepas dari segala ikatan dengan Jepang.Pada tanggal 16 Agustus 1945 pagi, Soekarno dan Hatta tidak dapat ditemukan di Jakarta. Mereka telah dibawa oleh para pemimpin pemuda, di antaranya Sukarni, Yusuf Kunto, dan Syudanco Singgih, pada malam harinya ke garnisun PETA (Pembela Tanah Air) di Rengasdengklok, sebuah kota kecil yang terletak sebelah Utara Karawang.Pemilihan Rengasdengklok sebagai tempat pengamanan Soekarno Hatta, didasarkan pada perhitungan militer. Antara anggota PETA Daidan Purwakarta dan Daidan Jakarta terdapat hubungan erat sejak keduanya melakukan latihan bersama. Secara geografis, Rengasdengklok letaknya terpencil, sehingga dapat dilakukan deteksi dengan mudah setiap gerakan tentara Jepang yang menuju Rengasdengklok, baik dari arah Jakarta, Bandung, atau Jawa Tengah. Mr. Ahmad Subardjo, seorang tokoh golongan tua merasa prihatin atas kondisi bangsanya dan terpanggil untuk mengusahakan agar proklamasi kemerdekaan dapat dilaksanakan secepat mungkin. Untuk tercapainya maksud tersebut, Soekarno Hatta harus segera dibawa ke Jakarta.Akhirnya Ahmad Subardjo, Sudiro, dan Yusuf Kunto segera menuju Rengasdengklok. Rombongan tersebut tiba di Rengasdengklok pukul 17.30 WIB. Peranan Ahmad Subardjo sangat penting dalam peristiwa kembalinya Soekarno Hatta ke Jakarta, sebab mampu meyakinkan para pemuda bahwa proklamasi kemerdekaan akan dilaksanakan keesokan harinya paling lambat pukul 12.00 WIB, nyawanya sebagai jaminan. Akhirnya Subeno sebagai komandan kompi Peta setempat bersedia melepaskan Soekarno Hatta ke Jakarta.Setelah sampai Jakarta pada pukul 23.00, rombongan meminta ijin kepada Jenderal Nishimura untuk memproklamirkan kemerdekaan Indonesia. Namun Nishimura menolak permintaan tersebut dengan alasan bahwa Indonesia masih dalam status quo, artinya belum ada penyerahan kekuasaan dari Jepang kepada Sekutu. Karena ditolak, maka usaha mempersiapkan proklamasi dilakukan di rumah , seorang perwira Angkatan Laut Jepang. Mengapa di rumah Maeda ? ada dua alasan :Laksamana Maeda mendukung perjuangan Bangsa Indonesia Faktor Keamanan : Hak prerogatif kekuasaan wilayah militer angkatan laut yang tidak dapat diganggu gugat oleh angkatan Darat.
Pertemuan Soekarno/Hatta dengan Jenderal Mayor Nishimura dan Laksamana Muda Maeda

Malam harinya, Soekarno dan Hatta kembali ke Jakarta. Mayor Jenderal Moichiro Yamamoto, Kepala Staf Tentara ke XVI (Angkatan Darat) yang menjadi Kepala pemerintahan militer Jepang (Gunseikan) di Hindia Belanda tidak mau menerima Sukarno-Hatta yang diantar oleh Maeda Tadashi dan memerintahkan agar Mayor Jenderal Otoshi Nishimura, Kepala Departemen Urusan Umum pemerintahan militerJepang, untuk menerima kedatangan rombongan tersebut. Nishimura mengemukakan bahwa sejak siang hari tanggal 16 Agustus 1945 telah diterima perintah dari Tokyo bahwa Jepang harus menjaga status quo, tidak dapat memberi ijin untuk mempersiapkan proklamasi Kemerdekaan Indonesia sebagaimana telah dijanjikan oleh Marsekal Terauchi di Dalat, Vietnam. Soekarno dan Hatta menyesali keputusan itu dan menyindir Nishimura apakah itu sikap seorang perwira yang bersemangat Bushido, ingkar janji agar dikasihani oleh Sekutu. Akhirnya Sukarno-Hatta meminta agar Nishimura jangan menghalangi kerja PPKI, mungkin dengan cara pura-pura tidak tau. Melihat perdebatan yang panas itu Maeda dengan diam-diam meninggalkan ruangan karena diperingatkan oleh Nishimura agar Maeda mematuhi perintah Tokyo dan dia mengetahui sebagai perwira penghubung Angkatan Laut (Kaigun) di daerah Angkatan Darat (Rikugun) dia tidak punya wewenang memutuskan.

Setelah dari rumah Nishimura, Sukarno-Hatta menuju rumah Laksamana Maeda (kini Jalan Imam Bonjol No.1) diiringi oleh Myoshiguna melakukan rapat untuk menyiapkan teks Proklamasi. Setelah menyapa Sukarno-Hatta yang ditinggalkan berdebat dengan Nishimura, Maeda mengundurkan diri menuju kamar tidurnya. Penyusunan teks Proklamasi dilakukan oleh Soekarno, M. Hatta, Achmad Soebardjo dan disaksikan oleh Soekarni, B.M. Diah, Sudiro (Mbah) dan Sayuti Melik. Myoshiyang setengah mabuk duduk dikursi belakang mendengarkan penyusunan teks tersebut tetapi kemudian ada kalimat dari Shigetada Nishijima seolah-olah dia ikut mencampuri penyusunan teks proklamasi dan menyarankan agar pemindahan kekuasaan itu hanya berarti kekuasaan administratif. Tentang hal ini Bung Karno menegaskan bahwa pemindahan kekuasaan itu berarti. Bung Hatta, Subardjo, B. M Diah, Sukarni, Sudiro dan Sajuti Malik tidak ada yang membenarkan klaim Nishijima tetapi di beberapa kalangan klaim Nishijima masih di dengungkan. Setelah konsep selesai disepakati, Sajuti menyalin dan mengetik naskah tersebut menggunakan mesin ketik yang diambil dari kantor perwakilan AL Jerman, milik Mayor(Laut) Dr. Hermann Kandeler. Pada awalnya pembacaan proklamasi akan dilakukan di Lapangan Ikada, namun berhubung alasan keamanan dipindahkan kekediaman Soekarno, Jalan Pegangsaan Timur 56 (sekarangJl. Proklamasi no. 1).


Detik-detik Pembacaan Naskah Proklamasi
Perundingan antara golongan muda dan golongan tua dalam penyusunan teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia berlangsung pukul 02.00 - 04.00 dini hari. Teks proklamasi ditulis diruang makan di laksamana Tadashi Maeda jln Imam Bonjol No 1. Para penyusun teks proklamasi itu adalah Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, dan Mr. Ahmad Soebarjo. Konsep teks proklamasi ditulis oleh Ir. Soekarno sendiri. Di ruang depan, hadir B.M Diah Sayuti Melik, Sukarni dan Soediro. Sukarni mengusulkan agar yang menandatangani teks proklamasi itu adalah Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta atas nama bangsa Indonesia. Teks Proklamasi Indonesia itu diketik oleh Sayuti Melik. Pagi harinya, 17 Agustus 1945, di kediaman Soekarno, Jalan Pegangsaan Timur 56 telah hadir antara lain Soewirjo, Wilopo, Gafar Pringgodigdo, Tabrani dan Trimurti.
Acara dimulai pada pukul 10:00 dengan pembacaan proklamasi oleh Soekarno dan disambung pidato singkat tanpa teks. Kemudian bendera Merah Putih, yang telah dijahit oleh bu Fatmawati, dikibarkan, disusul dengan sambutan oleh Soewirjo, wakil walikota Jakarta saat itu dan Moewardi, pimpinan Barisan Pelopor. Pada awalnya Trimurti diminta untuk menaikkan bendera namun ia menolak dengan alasan pengerekan bendera sebaiknya dilakukan oleh seorang prajurit. Oleh sebab itu ditunjuklah Latief Hendraningrat, seorang prajurit PETA, dibantu oleh Soehoed untuk tugas tersebut. Seorang pemudi muncul dari belakang membawa nampan berisi bendera Merah Putih ( Sang Saka Merah Putih), yang dijahit oleh Fatmawati beberapa hari sebelumnya. Setelah bendera berkibar, hadirin menyanyikan lagu Indonesia Raya. Sampai saat ini, bendera pusaka tersebut masih disimpan di Museum Tugu Monumen Nasional. Setelah upacara selesai berlangsung, kurang lebih 100 orang anggota Barisan Pelopor yang dipimpin S. Brata datang terburu-buru karena mereka tidak mengetahui perubahan tempat mendadak dari Ikada ke Pegangsaan. Mereka menuntut Soekarno mengulang pembacaan Proklamasi, namun ditolak. Akhirnya Hatta memberikan amanat singkat kepada mereka. Pada tanggal 18 Agustus 1945, Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) mengambil keputusan, mengesahkan dan menetapkan Undang-Undang Dasar (UUD) sebagai dasar negara Republik Indonesia, yang selanjutnya dikenal sebagai UUD 45.
Dengan demikian terbentuklah Pemerintahan Negara Kesatuan Indonesia yang berbentuk Republik (NKRI) dengan kedaulatan di tangan rakyat yang dilakukan sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) yang akan dibentuk kemudian. Setelah itu Soekarno dan M. Hatta terpilih atas usul dari Oto Iskandardinata dan persetujuan dari PPKI sebagai Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia yang pertama. Presiden dan Wakil Presiden akan dibantu oleh sebuah Komite Nasional.

Sambutan Masyarakat Boyolali Setelah Mendengar Berita Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945.

Sambutan masyarakat boyolali sebagai contoh di lapangan Sendang Karanggede warga sekitar menyambut proklamasi dengan kegembiraan dan sambutan yang begitu meriah dengan dibunyikannya kentongan secara bersama sama. Kabupaten Boyolali yang terletak di propinsi Jawa Tengah,atau tepatnya berada di sebelah barat Kota Surakarta terkenal dengan sebutan kota Susu,karena merupakan penghasil susu perah terbaik di eks.Karisidenan Surakarta. Selain menghasilkan susu perah terbaik,Boyolali juga melahirkan putra-putri terbaik bangsa,diantaranya Abdul Azis Saleh, Prof.Dr.Soeharso, Laksamana TNI (Purn) Widodo A.S dan salah satunya adalah S.K Trimurti.dll

S.K Trimurti mungkin adalah salah satu sosok pelaku sejarah yang hampir terlupakan. Ia merupakan salah satu saksi mata-telinga secara langsung dari pembacaan proklamasi. Bahkan sebelum bendera Merah Putih dikibarkan terdengar agar itu dilakukan oleh Trimurti. Namun ia menolak dan beralasan bahwa sebaiknya hal itu dilaksanakan oleh anggota PETA yang sudah terbiasa dalam pengibaran bendera. Terlebih dari hal itu S.K Trimurti merupakan pejuang wanita yang tangguh, berkiprah di dunia Pers dan tak gentar pada penjajahan kolonial.

SIAPAKAH S.K TRIMURTI?

Surastri Karma Trimurti lahir di Boyolali, 11 Mei 1912. Ayahnya bernama Mangunsuromo seorang wedana. Setelah tamat dari Sekolah Ongko Loro,Surastri melanjutkan ke Sekolah Guru. Ia lulus dengan nilai terbaik dan diangkat sebagai guru antara lain di Banyumas. Disinilah ia mulai berorganisasi dengan menjadi anggota Rukun Wanita dan mengikuti rapat-rapat Budi Utomo. Surastri pindah ke solo menerbitkan majalah Bedug yang kemudian berganti Terompet. Kemudian ia pindah ke Yogya bersama Sri Panggihan temannya,mendirikan majalah Suara Marhaeni .

Surastri Karma menambahkan Trimurti di belakang namanya sehingga menjadi S.K Trimurti. Karena membuat pamflet anti-penjajahan ,pada tahun 1936 ia di penjara di Bulu Semarang selama 9 bulan.Pada tahun 1937 Trimurti berkenalan dengan Sayuti Melik(pengetik Naskah Proklamasi). Suatu ketika Sayuti menulis di harian Sinar Selatan yang dipimpin Trimurti. Pemuatan itu menyebabkan sang pemimpin redaksi Trimurti disidangkan,karena tidak menyebutkan nama penulis pada penerbitan artikel tersebut sehingga Trimurtidihukum 2 bulan penjara. Namun proses pengadilan itu berjalan cukup lama. Sementara itu Sayuti dan Trimurti sempat menikah di Solo 19 Juli 1938 dan tanggal 11 April 1939 lahir putra pertama mereka. Saat putranya hampir berusia 5 bulan datang surat keputusan pengadilan untuk mengeksekusi Trimurti. Karena anaknya dalam masa menyusui maka terpaksa Trimurti masuk penjara bersama bayinya.
            Pada saat mengandung anaknya yang kedua,tahun 1941 Trimurti kembali masuk penjara. Bulan Juni 1942 lahir putra kedua. Kemudian Sayuti dan Trimurti ditangkap dan disiksa oleh Jepang. Setelah Jepang kalah,Trimurti hadir dalam pembacaan proklamasi 17 agustus 1945. Perjuangan terus berlanjut, Trimurti ditugasi oleh Komite Nasional Indonesia untuk menggelorakan semangat rakyat Semarang,bersama tiga teman mereka naik mobil. Ditengah jalan, ban mobil bekas milik pembesar Jepang itu kempes. Karena tidak ada tukang tambal ban, terpaksa ban itu diisi rumput, setelah berjalan beberapa jauh, kempes lagi dan diisi dengan rumput lagi.Dalam Kabinet Amir Sjarifudin tahun 1947, Trimurti menjabat Menteri Perburuhan. Tahun 1959 Soekarno ingin menunjuknya sebagai Menteri Sosial, tetapi Trimurti menolak karena ia bertekad menyelesaikan kuliah di Fakultas Ekonomi UI. Dalam wisuda sarjana tahun 1960,Presiden Soekarno turut hadir.Pada awal Orde Baru, Trimurti menjadi pengurus Dewan Harian Angkatan ’45 dan mendirikan majalah kebatinan Mawas Diri. Tahun 1980 ia ikut menanda tangani Petisi 50 yang menyebabkan geraknya sangat dibatasi untuk seterusnya. Tetapi Trimurti pantang surut, ia masih aktif menghadiri berbagai kegiatan pada era reformasi dalam usianya yang kian lanjut. Dalam peresmian rumah jompo perempuan di Kramat Jakarta yang diresmikan Gus Dur tahun 2004, Trimurti masih semangat berrnyanyi dalam bahasa Jawa, Indonesia , dan Belanda. Kemudian pada tanggal 20 Mei 2008 ia wafat dalam usia 96 saat bangsa Indonesia memperingati seabad Kebangkitan Nasional.



Kelompok 7
anggota :
-aziz satria w. 5
-carolina eka s. 9
-sesar novia f. 27
-shafira ika r. 28

1.  Sambutan rakyat Indonesia terhadap proklamasi.
                         Setelah berhasil merumuskan teks proklamasi Bung Karno berpesan kepada para pemimpin yang bekerja pada pers dan kantor berita, terutama B.M. Diah untuk memperbanyak teks proklamasi dan menyiarkannya keseluruh dunia. Sewa alat komunikasi yang ada dipergunakan untuk menyebarluaskan berita proklamasi. Pada tanggal 17 Agustus 1945 teks proklamasi telah sampai ditangan Kepala Bagian Radio Kantor Waidon B. Polenewen dari seorang wartawan Donei yaitu Syahrudin. Untuk itu kemudian F. WUz (seorang markonis) menyiarkan berita proklamasi berturut-turut setiap setengah jam sampai pukul 16.00 saat siaran berhenti walaupun dilarang oleh pihak Jepang. Sedangkan pucuk pimpinan tentara Jepang di Jawa memerintahkan untuk meralat berita proklamasi dan menyatakan sebagai kekeliruan. Pada tanggal 20 Agustus 1945 pemancar radio disegel oleh Jepang dan para pegawainya dilarang masuk. Para pemuda akhirnya membuat pemancar baru dengan bantuan beberapa orang teknisi radio yang diambil dari Kantor Berita Domci. Di Menteng 31 para pemuda berhasil merakit pemancar baru dengan kode panggilan DJKI.
                             Selain melalui siaran radio berita proklamasi juga disiarkan melalui surat kabar. Diantaranya “Suara Asia” yang di Surabaya dan “Cahaya” di Bandung.
                  Dalam menyambut Proklamasi kemerdekaan Indonesia, rakyat mengartikan bahwa bangsa Indonesia telah bebas dari penjajahan, oleh karena itu hal-hal yang menyangkut tentang keamanan dan pemerintahan negara Indonesia itu menjadi tanggung jawab bangsa Indonesia sendiri. Untuk itu maka para pemuda berusaha mengambil alih kekuasaan dari tangan Jepang dengan sasaran :
                  -      menduduki kantor-kantor pemerintah
                  -      menurunkan bendera Hinomaru dan menggantikan dengan bendera Merah Putih.
               -      pencarian senjata dan lain-lain dan menjaga kemungkinan segala hal, yang ingin menggagalkan             kemerdekaan.

Setelah berhasil merumuskan teks proklamasi Bung Karno berpesan kepada para pemimpin yang bekerja pada pers dan kantor berita, terutama B.M Diah untuk memperbanyak teks proklamasi dan menyiarkannya ke seluruh dunia. Semua alat komunikasi yang ada dipergunakan untuk menyebarluaskan berita proklamasi kemerdekaan. Berita proklamasi yang telah menyebar ke seluruh kota Jakarta, segera disebarluaskan ke seluruh dunia. Pada tanggal 17 Agustus 1945 teks proklamasi telah sampai di tangan Kepala Bagian Radio Kantor Waidan. Untuk itu F. Wuz (seorang markonis) menyiarkan berita proklamasi berturut-turut setiap setengah jam sampai pukul 16.00 saat siaran berhenti walaupun dilarang oleh pihak Jepang. Sedangkan pucuk pimpinan tentara Jepang di Jawa memerintahkan untuk meralat berita proklamasi dan menyatakan sebagai kekeliruan. Pada tanggal 20 Agustus 1945, pemancar radio disegel oleh Jepang dan para pegawainya dilarang masuk. Namun pemuda tidak kehilangan akal dengan membuat pemancar baru dengan bantuan beberapa orang teknisi radio yang diambil dari Kantor Berita Domei. Di Menteng 31 para pemuda berhasil merakit pemancar baru dengan kode panggilan DJK I. dari sinilah berita Proklamasi Kemerdekaan terus disiarkan. Selain itu juga lewat pers dan surat selebaran. Hampir seluruh harian di Jawa dalam penerbitannya tanggal 20 Agustus 1945 memuat berita proklamasi dan UUD Negara Republik Indonesia. Demikianlah sambutan masyarakat dan usaha-usaha para pemuda di pusat dalam menyebarluaskan berita proklamasi ke seluruh pelosok Tanah Air.

                  Rapat Raksasa di IKADA
                  Pada tanggal 19 September 1945, rakyat Jakarta yang dipelopori oleh para pimpinan komite Van Aksi mengadakan rapat Raksasa di Lapangan Ikada dengan tujuan para pemimpin bangsa Indonesia dapat berbicara langsung dihadapan rakyat Indonesia. Rakyat telah siap menunggu perintah dan tugas-tugas selanjutnya dalam rangka mendukung dan mempertahankan Proklamasi Kemerderkaan Indonesia.Jepang yang sebelumnya telah diultimatum oleh sekutu, bahwa Jepang tidak boleh merubah status quo, maka Jepang akhirnya melarang dilaksanakannya rapat tersebut. Untuk menjaga supaya tidak terjadi bentrokan senjata antara bangsa Indonesia dengan prajurit Jepang yang telah menjaga ketat Lapangan IKADA, maka Bung Karno hanya menyampaikan pidato singkat, tentang kepercayaan rakyat terhadap para pimpinan bangsa dan masa dipersilahkan untuk kembali dengan tertib dan tenang.
                  Hal ini merupakan suatu kenyataan bahwa rakyat dengan sadar berjuang pertahankan kemerdekaan yang makin lama semakin kuat dengan suatu tekad "Merdeka atau Mati". Rapat Raksasa di Lapangan Ikada hanya berlangsung beberapa menit, tetapi berhasil mempertemukan rakyat dengan pemerintah Republik Indonesia.
                  Di Jawa Tengah berita tentang Proklamasi diterima melalui siaran radio Domei yang kemudian dibawa oleh Syarief Sulaiman dan MS. Mintarjo ke gedung Jawa HOKOKAI yang saat itu sedang melaksanakan sidang dibawah pimpinan Mr. Wongso Negoro.
                  Insiden Bendera di Hotel Yamato
                  Di Surabaya, tanggal 11 September 1945 para pemuda mengadakan rapat umum di Pasar Turi dan dilanjutkan dengan perebutan senjata di markas-markas tentara Jepang di seluruh kota Surabaya. Tanggal 19 September 1945, terjadi insiden bendera di Hotel Yamato (Jl. Tunjungan Surabaya).
                                Penyebab : Orang Belanda bekas tawanan Jepang menduduki Hotel Yamato dibantu oleh personil RAPWI (Rehabilitation Allied Prisoners of War and Interness) dan mengibarkan bendera Belanda di puncak hotel tersebut. Para pemuda marah kemudian menyerbu hotel, bendera Belanda diturunkan dan dirobek birunya, untuk dikibarkan kembali sebagai bendera merah putih.
               Di Yogyakarta, tanggal 5 September 1945, Sri Sultan Hamengku Buwono IX menyatakan bahwa kesultanan Ngayogyakarta sebagai Daerah Istimewa “Republik Indonesia”. Sejak saat itu para pegawai (bangsa Indonesia) dari instansi pemerintah maupun perusahaan Jepang mogok,  menuntut agar Jepang menyerahkan semua kantor kepada orang Indonesia.
               Di Bandung, tanggal 9 Oktober 1945, terjadi bentrokan antara para pemuda dengan tentara Jepang ketika berusaha merebut pangkalan udara Andir dan pabrik senjata ACW (Artillerie Contruktie Winkel).
               Di Makasar, tanggal 27 Oktober 1945 para pemuda bersatu padu menyerang obyek-obyek yang diduduki oleh NICA yang dibantu oleh Australia, sehingga serangan pemuda gagal.
               Di Sulawesi Utara, pada tanggal 14 Pebruari 1946 pemuda KNIL yang tergabung dalam Pasukan Pemuda Indonesia (PPI) mengadakan gerakan di tangsi hitam, tangsi putih di Teling Menado dan juga menguasai markas Belanda di Tomohon dan Tondano.
               Di Kutaraja (Banda Aceh), tanggal 6 Oktober 1945 para pemuda membentuk angkatan Pemuda Indonesia (API), mengibarkan bendera merah purih dan mengambil alih kekuasaan terhadap kantor-kantor milik Jepang.
               Di Medan, berita tentang Proklamasi dibawa oleh Gubernur yaitu Teuku Moh. Hassan. Mendengar berita ini, segera para pemuda yang dipelopori oleh Achmad Tahir membentuk barisan Pemuda Indonesia, yang kemudian pada tanggal 4 Oktober 1945 berusaha mengambil alih gedung-gedung pemerintah dan merebut senjata dari tangan Jepang.
               Di Padang, dibawah pimpinan Ismail Lengah membentuk organisasi Balai Penerangan Pemuda Indonesia (BPPI). Sedangkan di Bukit tinggi dibentuk Organisasi Pemuda Indonesia/Pemuda Republik Indonesia, keduanya mempelopori perebutan kekuasaan dari tangan Jepang.
               Di Palembang, tanggal 22 Agustus Dr. A.K. Gani memprakarsai pertemuan sebagai persiapan untuk mengambil alih kekuasaan. Drg. M. Isa membentuk Komite Nasional Indonesia, Hasan Kasim dan Bambang Utoyo membentuk Penjaga Keamanan Rakyat (PKR), Mailan membentuk Barisan Pemuda Republik Indonesia.
               Di Banjarmasin, tanggal 16 Oktober 1945, rakyat melakukan rapat umum untuk meresmikan berdirinya Pemerintah RI Daerah Kalimantan Selatan. 9 Nopember 1945 perlawanan terhadap sekutu diadakan, dengan membakar rumah penjara tempat menahan para pejuang.
               Di Pontianak, Agustus 1945 para pemuda mantan heiho dan bogodan (pembantu polisi membentuk Badan Penjaga Keamanan.
               Di Singaraja (Bali),  Agustus 1945 pemuda membentuk Angkatan Muda Indonesia (AMI) dan Pemuda Republik Indonesia (PRI) yang kemudian mengadakan serangan-serangan terhadap asrama militer Jepang meskipun dapat digagalkan oleh Jepang.
               Di Gorontalo, setelah mendengar berita kekalahan Jepang, mereka langsung melakukan perebutan kekuasaan pemerintahan dari tangan Jepang,  dan ketika tentara Australia memasuki kota, mereka menolak berdamai.
               Di Biak, tanggal 14 Maret 1948 para pemuda meyerbu kamp NICA dan tangsi Sorido (akibatnya : serbuan gagal, dua orang pemimpin ditangkap dijatuhi hukuman mati dan seumur hidup).

2. Sambutan masyarakat  boyolali terhadap proklamasi kemerdekaan R.I

Berita persiapan Proklamasi Kemerdekaan telah dapat diketahui oleh para tokoh pemuda Boyolali,utusan pemuda Mabes Barisan pelopor Jakarta yaitu Supeno,tanggal 16 Agustus 1945.Jadi sehari sebelum Proklamasi dicetuskan.
        Menyambut adanya berita proklamasi dari Jakarta,para pemuda Barisan Pelopor dan Poetera Boyolali berkumpul di rumah Mandani untuk menyusun rencana kerja yang akan dilakukan.Di Boyolali,karena sebelumnya telah mendapatkan berita,maka pada tanggal 17 Agustus para pemuda dengan radio yang disimpan secara rahasia oleh Barisan Pelopor ,dapat mengikuti proklamasi Kemerdekaan di Jakarta.
          Markas cabang Barisan Pelopor di Boyolali berpusat di rumah Amongwardoyo ,Jalan Merbabu Boyolali.Dengan radio gelap itulah para anggota Barisan Pelopor mengetahui pidato Bung Karno tentang Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia.Berita itu segera disiarkan dengan bantuan dari Angkatan Muda Indonesia(AMI).Pada tanggal 19 Agustus 1945 ada seorang pemuda dari Sala bernama Indromarjoko,memberikan plakat-plakat tentang Kemerdekaan dan Lencana Merah Putih untuk ditempelkan pada dinding gedung-gedung di tepi jalan.Dengan tindakan demikian berarti memberikan penerangan kepada masyarakat tentang telah adanya Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
         Di samping itu para pemuda secara spontan mengibarkan Bendera Merah Putih yang pertama kali di halaman kantor kabupaten,setelah didahului dengan penurunan bendera Jepang.Pada sore harinya bendera diturunkan oleh Bupati Boyolali RT.Reksonagoro.Bahkan karena adanya ultimatum dari Bupati tersebut maka pengibaran bendera merah Putih dipindahkan ke sebelah selatan Benteng Renovatum,yang sekarang bernama lapangan olahraga Kridanggo.Piket penjagaan bendera diadakan dan diatur secara terus menerus bergiliran .Dengan adanya larangan pengibaran bendera tersebut kiranya justru merupakan cambuk tumbuhnya semangat nasional merebut pemerintahan dari tangan Jepang.
         Hal tersebut terbukti ,karena tidak lama kemudian terjadi peristiwa ‘’Penyerobotan Kekuasaan’’ dari tangan Bupati RT.Reksonegoro oleh para pemuda.Memang pelaksanaan menegakkan pemerintah Republik  di daerah Boyolali yang dilakukan oleh para pemuda menghadapi dua hal yang harus segera diatasi,yaitu:pengambil alihan kekuasaan dari Pemerintah Pangreh Praja Kasunanan,dan pemindahan kekuasaan dari tangan Jepang.


3. Proses Terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) Sejak Proklamasi Hingga Akhir 1945.
Sebagai Negara yang baru lahir, Indonesia belum memiliki undang-undang dasar yang berfungsi untuk mengatur segala aspek kehidupan berbangsa dan bernegara. Kepala Negara dan kepala pemerintah yang akan menjalankan pemerintah serta kelengkapannya juga belum ada. Para pemimpin bangsa serta memanfaatkan dengan sebaik-baiknya lembaga yang ada pada waktu itu, yaitu Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) yang dibentuk Jepang sejak tanggal 7 Agustus 1945.


1.   Pembentukan Kelengkapan Pemerintah
Sehari sesudah proklamasi kemerdekaan, pada tanggal 18 Agustus 1945 PPKI mengadakan sidangnya yang pertama di Gedung Kesenian Jakarta. Sidang dipimpin Ir.Soekarno dengan Drs.Mohammad Hatta sebagai wakilnya. Anggota sidang PPKI sebanyak 27 orang.

Melalui pembahasan secara musyawarah, sidang mengambil keputusan penting, antara lain sebagai berikut :
a.   Penetapan dan pengesahan konstitusi sebagai hasil kerja BPUPKI yang sekarang dikenal dengan Undang-Undang Dasar 1945 sebagai konstitusi RI.
b.   Ir. Soekarno dipilih sebagai presiden RI dan Drs.Mohammad Hatta sebagai wakil presiden Republik Indonesia.
c.   Pekerja presiden RI untuk sementara waktu oleh sebuah Komite Nasional.
Pembukaan UUD 1945 yang di sahkan PPKI hampir seluruh bahannya diambil dari Rancangan Pembukaan UUD hasil kerja Panitia Perumusan pada tanggal 22 Juni 1945 yang disebut Piagam Jakarta.
Setelah melalui pembicaraan dan pembahasan yang matang, akhirnya dengan suara bulat, konstitusi itu diterima dan disahkan oleh PPKI menjadi Konstitusi Negara Republik Indonesia.Konstitusi itu disebut Undang-Undang Dasar 1945. Pengesahan itu kemudian dimuat dalam Berita Republik Indonesia Tahun ke-2 No.7 Tahun 1946 halaman 45-48.Pada tanggal 18 Agustu 1945 presiden dan wakil presiden RI untuk pertama kali dipilih oleh PPKI, karena MPR yang berhak memilih dan melantiknya belum terbentuk. Hal itu diatur dalam Pasal III Aturan Peralihan UUD 1945. PPKI memilih Ir.Soekarno sebagai presiden dan Drs.Mohammad Hatta sebagai wakil presiden RI.Untuk membantu pekerjaan presiden RI, PPKI telah mengaturnya pada Pasal IV Aturan Peralihan UUD 1945 yang berbunyi, “Sebelum Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, dan Dewan pertimbangan Agung dibentuk menurut Undang-Udang Dasar, segala kekuasaanny dijalankan oleh presiden dengan bantuan sebuah Komite Nasional”.
PPKI kemudian melanjutkan pekerjaannya guna melengkapi berbagai hal yang diperlukan  bagi berdirinya Negara dengan melaksanakan sidang pada tanggal 19 Agustus 1945.
Dalam sidang kedua PPKI menghasilkan keputusan antara lain :
      a.   Menetapkan dua belas kementrian yang membantu tugas presiden dalam pemerintah.
      b.   Membagi wilayah Republik Indonesia menjadi delapan provinsi.
Pembagian Wilayah Republik Indonesia
Provinsi Sumatra: Mr. Tengku Moh. Hasan
Provinsi Jawa Barat: M.Sutarjo Kartohadikusumo
Provinsi Jawa Tengah: R. Panji Soeroso
Provinsi Jawa Timur: R.A. Soerjo
Provinsi Sunda Kecil: Mr. I. Gusti Ketut Pudja
Provinsi Maluku: Mr. J. Latuharhary
Provinsi Sulawesi: Dr. G. S. S. J. Ratulangi




UNTUK SEMENTARA BARU 7 KELOMPOK , TERIMAKASIH , KELOMPOK YANG LAIN MENYUSUl , karena ada kesalahan teknis file corrupt