kelompok 1
nama :
DISUSUN OLEH :
1. ANNISA DEWANTI (03)
2. EKA DYAH PRAMUSINTA (12)
3. FAJARWATI SUMARDI PUTRI (14)
4. FIRA DWI ANGGRAEINI (15)
1. Berliana Aptikasari (08/XI IPS 1)
2. Rasika Dhuita Haya Minhaj (22/XI IPS 1)
3. Sarah Whiena Kuswara (25/XI IPS 1)
ATRI CAHYANINGTYAS (04)
MISI HARYANTI (19)
RISA YAUMA NUR JANATI (23)
VALENTINO D.S (32)
nama :
DISUSUN OLEH :
1. ANNISA DEWANTI (03)
2. EKA DYAH PRAMUSINTA (12)
3. FAJARWATI SUMARDI PUTRI (14)
4. FIRA DWI ANGGRAEINI (15)
1. Menganalisis
sambutan rakyat Indonesia setelah mendengar proklamasi kemerdekaan 17 Agustus
1945.
A.
Sambutan di tingkat Pusat
Setelah
berhasil merumuskan teks proklamasi Bung Karno berpesan kepada para pemimpin
yang bekerja pada pers dan kantor berita, terutama B.M Diah untuk memperbanyak
teks proklamasi dan menyiarkannya ke seluruh dunia. Semua alat komunikasi yang
ada dipergunakan untuk menyebarluaskan berita proklamasi kemerdekaan. Berita
proklamasi yang telah menyebar ke seluruh kota Jakarta, segera disebarluaskan
ke seluruh dunia. Pada tanggal 17 Agustus 1945 teks proklamasi telah sampai di
tangan Kepala Bagian Radio Kantor Waidan. Untuk itu F. Wuz (seorang markonis)
menyiarkan berita proklamasi berturut-turut setiap setengah jam sampai pukul
16.00 saat siaran berhenti walaupun dilarang oleh pihak Jepang. Sedangkan pucuk
pimpinan tentara Jepang di Jawa memerintahkan untuk meralat berita proklamasi
dan menyatakan sebagai kekeliruan. Pada tanggal 20 Agustus 1945, pemancar radio
disegel oleh Jepang dan para pegawainya dilarang masuk.
Setelah
melaui rintangan, akhirnya berita proklamasi disiarkan melalui radio Domei oleh
W. Fruz. Pemerintah Jepang tetap melarang siaran itu yang dilanjutkan dengan
penyegelan terhadap pemancar radio itu. Menghadapi sikap Jepang itu, maka
pegawai Domei segera mendirikan pemancar baru di Menteng 31. Selain itu, berita
proklamasi disebarluaskan melalui surat kabar, misalnya Suara Asia (Surabaya),
Cahaya (Bandung), Sinar Matahari (Yogyakarta), Sinar Baru (Semarang). Juga
adanya peranan dari para Gubernur yang diberikan tugas untuk menyebarkannya
antara lain Tengku Moh. Hasan di daerah (Sumatera ), Sam Ratulangi (Sulawesi),
Ktut Puja di Nusa tenggara dan Moh. Noor di Kalimantan. Ternyata para pemuda lebih
antusias dalam menyambut proklamasi, yaitu dengan cara membentuk
kelompok-kelompok aksi, antara lain:
1. Kelompok pemuda
Menteng 31 dipimpin Sukarni membentuk Komite Van Aksi Menteng 31.
2. Kelompok
mahasiswa Ika Daingaku yang bermakas di prapatan 10.
3. Kelompok
mahasiswa Islam di Balai Muslimin Jl, Kramat 19.
4. Kelompok
Mahasiswa Cikini 71.
5. Kelompok
Syahrir di Jl. Maluku
6. kelompok peta,
Heiho, seinendan, BKR.
7. Kelompok
Barisan Pelopor
Para
pemuda ini kemudian melancarakan aksinya dengan cara melucuti senjata Jepang
dan mengambil alih tempat-tempat yang penting seperti kereta Api, gedung Radio
Jakarta, sampai akhirnya tanggal 11 September semua jawatan radio berhasil
dikuasai oleh mereka yang diatasnamakan –RI, oleh karena itu tanggal 11 September
dijadikan sebagai hari lahir RRI. Setelah berhasil menguasai seluruh radio,
maka para pemuda berusaha untuk mengeluarkan semangat perjuangan dengan cara
mengadakan rapat raksasa di lapangan Ikada (sekarang Monas) tanggal 19
September 1945 untuk mendengarkan pidato Bung Karno.
B.
Sambutan Rakyat di Tingkat Daerah
1.
Di semarang
Berita
proklamasi diterima melalui radio Domei, sementara itu Syarief Sulaeman dan MS.
Mintarjo membawa ke gedung Jawa Hokokai yang sedang dilaksanakan sidang dibawah
pimpinan Mr. Wongso Negoro. Dalam sidang tersebut dibacakan teks proklamasi,
menyanyikan lagu Indonesia Raya dan menyerukan "Hidup Bung Karno" dan
"Hidup Bung Hatta serta " Hidup Bangsa Indonesia". Berita
proklamasi di radio semarang pada tanggal 19 Agustus 1945.
2.
Di
Brebes, Pekalongan, Tegal
Terjadi
gerakan sosial yaitu penyerangan terhadap para pamong praja pegawai pemerintah
yang dianggap pembawa kesengsaraan rakyat yang ditimbulkan oleh Jepang.
Peristiwa ini merugikan perjuangan bangsa, sebab timbulnya bentrokan antarbangsa
sendiri dapat melemahkan perjuangan berikutnya.
3.
Di Surabaya
Insiden
bendera 19 September 1945, terjadi di hotel Yamato, yang berpangkal pada
tindakan beberapa orang Belanda mengibarkan bendera Merah Putih Biru. Tindakan
tersebut menimbulkan amarah rakyat yang kemudian menyerbu hotel itu menurunkan
bendera tersebut, serta merobek yang berwarna biru dan mengibarkannya kembali
sebagi bendera merah putih.
4.
Di Sulawesi Utara
Para
pemuda yang tergabung dalam pasukan pemuda Indonesia mengadakan gerakan tangsi
putih dan tangsi hitam di Teling Manado untuk membebaskan tawanan yang pro
Republik Indonesia.
5.
Di
Medan
Berita
proklamasi dibawa oleh Teuku Moh. Hasan, mendengar berita itu Ahmad Tohir
membentuk Barisan pemuda Indonesia yang kemudian mengambil alih kekuasaan
kantor-kantor yang dulu dikuasai Jepang.
6.
Di Kutaraja (Banda Aceh)
Para
pemuda dan tokoh masyarakat membentuk angkatan pemuda Indonesia, dan mereka
mengibarkan bendera merah putih serta mengambil alih kekuasaan kantor-kantor
yang dulu dikuasai Jepang.
7.
Di
Singaraja (Bali)
Para
pemuda membentuk AMI (Angkatan Muda Indonesia) dan PRI (Pemuda Republik
Indonesia).
8.
Di Yogyakarta
Berita
proklamasi yang diterima di Yogyakarta tanggal 17 Agustus segera disebarluaskan
melui masjid-masjid terutama Masjid Besar Kauman dan Pakualaman. Sedangkan Ki
Hajar Dewantara, memimpin murud-muridnya dengan bersepeda mengadakan pawai
keliling untuk menyambut proklamasi RI. Demikian juga dengan Sri Sultan
Hamengku Buwono IX dan Sri Paku Alam VII segera memberikan ucapan selamat kepada
Soekarno- Hatta selaku Presiden dan Wakil Presiden.Rakyat Jogya menyambut
dengan gembira dan mengibarkan Bendera Merah Putih di mana-mana. Pada tanggal
21 Agustus 1945 terjadi peristiwa di gedung Cokou Kautei (gedung Agung), dimana
serdadu Jepang membubarkan rakyat dan mengibarkan bendera Hinomaru, Tetapi
tengah hari rakyat kembali menyerbu, dan berhasil menurunkan bendera Jepang dan
menggantinya dengan bendera Merah Putih di bawah pimpinan Kapten Polisi Slamet
C, Siti Ngaisah, Sultan Ilyas dan Supardi.
Dapat diambil
kesimpulan bahwa dalam menyambut proklamasi sebagai berikut :
1. Mula-mula
rakyat tidak percaya berita proklamasi tersebut.
2. Luapan
kegembiraan rakyat menyambut proklamasi.
3. Mengadakan
rapat raksasa.
4. Para pemuda
membentuk angkatan muda Indonesia.
5. Upaya
pengambilalihan kekuasaan dari Jepang.
6. Upaya merebut
gedung kantor pemerintahan.
7. Tekad
mempertahankan kemerdekaan.
2.
Mendeskripsikan sambutan masyarakat Boyolali setelah mendengar proklamasi
kemerdekaan 17 Agustus 1945.
melakukan serangan
pembalasan diseluruh pangkalan Jepang. Kerena posisi makin tersedak, maka
Jepang bersiap – siap membuat pertahanan terakhir dan membuat persembunyian di
daerah – daerah jika sewaktu – waktu sekutu berhasil menguasainya.
Pada situasi yang
demikian itu Boyolali dijadikan tempat pertahanan dan perlindungan, bahkan
mungkin untuk seluruh Karesidenan Surakarta dipusatkan di Boyolali. Tempat –
tempat pertahanan maupun persembunyian itu antara lain :
a. daerah Kecamatan Musuk : di
Tampir, Gares, Sukorame,. Tempat ini digunakan untuk menyimpan bahan makanan
dan bermacam – macam kebutuhan harian.
b. kecamatan Cepaga, dibuat goa –
goa yang dapat membuat beribu – ribu orang. Gua itu terletak di lereng gunung
Merapi bagian Timur.
c. Kecamatan Nogosari : Glonggong,
Gunung Madu terdapat gua – gua untuk menyimpan senjata.
d. Bangak, Kecamatan Banyudono,
terdapat gudang mesin
e. Bulu, Simo, Wonosegoro, juga
dibuat gua – gua untuk persiapan gerilya, serta di Teras dibuat persiapan
lapangan terbang. (Sarjono,11-10-1981;Mandani 16-10-1981).
Dalam
membuat pertahanan, Jepang menggunakan tenaga rakyat secara paksa dibawah
todongan senjata tentara Jepang. Mereka hanya diberi makan sehari sekali dengan
setengah panci grontol jagung ( Soewarso, 1976 : 27). Oleh karena itu tidak
mengherankn apabila beratus-ratus rakyat meninggal dunia dalam melakukan kerja
paksa tersebut. Tidak mengherankan pula kalau kejadian tersebut menimbulkan
rasa dendam yang membara dihati rakyat, yang pada suatu saat bisa meledak
menjadi satu perlawanan terhadap kekuasaan pendudukan tentara Jepang. Dalam hal
ini peranan pemuda memegang peranan penting di dalam perebutan kekuasaan di
daerah boyolali.
Walaupun
setelah menggunakan segala cara dan usaha, akhirnya Jepang bertekuk lutut pada
sekutu secara resmi pada 15 Agustus 1945. Tetapi di derah-daerah, pelaksannan
penyerahan kekuasaan tersebut tidak segera berjalan lancar dan mudah. Begitu
pula setelah bangsa Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya dua hari setelah
kekalahan Jepang. Usaha menegakkan Negara Republik Indonesia ini ternyata tidak
mudah. Tentara Jepang masih tidak percaya bahwa negaranya sudah menyerah kalah
pada sekutu. Itulah sebabnya mereka tetap mempertahankan kekuasaannya di
Indonesia.
Berita
tentang persiapan Proklamasi Kemerdekaan telah dapat diketahui oleh para tokoh
pemuda Boyolali, utusan pemuda Markas Besar Barisan Pelopor jakarta, yaitu
Supeno, tanggal 16 Agustus 1945. Jadi sehari sebelum Proklamasi dicetuskan
(Mandani, 16-10-1981; Harbuntalib, catatan pribadi, 17-10-1974)
Menyambut
adanya berita proklamasi dari Jakarta, para pemuda Barisan Pelopor dan Poetra
Boyolali berkumpul di rumah Mandani untuk menyusun rencana kerja yang akan
dilakukan.
Berita
proklamasi tanggal 17 Agustus 1945 diterima terlambat oleh daerah, karena alat-alat
perhubungan pada masa itu sulit dan mendapatkan rintangan dari pemerintah
Jepang. Di Boyolali karena sebelumnya telah mendapatkan berita, maka pada 17
Agustus 1945 para pemuda dengan radio yang disimpan secara rahasia di Barisan
Pelopor, dapat mengikuti Proklamasi Kemerdekaan di Jakarta ( Mandani,
16-10-1981).
Markas Cabang
Barisan Pelopor di Boyolali berpusat dirumah Amongwardoyo, jalan Merbabu
Boyolali. Dengan radio gelap itulah para anggota Barisan Pelopor mengetahui
pidato Bung Karno tentang proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia. Berita itu
segera disiarkan dengan bantuan dari Angkatan Muda Indonesia (AMI). Pada
tanggal 19 Agustus 1945 ada seorang pemuda dari Sala bernama Indromarjoko,
memberikan plakat-plakat tentang kemerdekaan dan Lencana Merah Putih untuk
ditempelkan pada dinding gedung-gedung di tepi jalan. Dengan tindakan demikian
berarti memberikan penerangan kepada masyarakat tentang telah adanya proklamasi
Kemerdekaan Indonesia.
Disamping itu para
pemuda secara sepontan mengibarkan bendera merah putih yang pertama kali di
halaman kantor kabupaten, setelah didahului dengan penurun bendera Jepang.
Pengibar benderanya : Mandani dan Amongwardoyo dengan disaksikan oleh
RNg.Swonopranoto, Harbuntalib, Soebagiyo, Sutrisno, Kunto Sudarsono, dan
beberapa orang yang lain ( Wardoyo, 26-10-1981; Mandani, 16-10-1981; Sutrisno
23-01-1982)
Pada sore harinya
bendera diturunkan oleh bipati Boyolali RT Reksonagoro. Bahkan karena adanya
ultimatum dari bupati tersebut maka pengibran bendera merah putih dipindahkan
kesebelah selatan Benteng Renovatum, yang sekarang bernama lapangan Olahraga
Kridanggo. Piket penjagaan bendera diadakan dan diatur secara terus menerus
bergiliran. Dengan adanya larangan pengibaran bendera tersebut kiranya justru
merupakan cambuk tumbuhnya semangat nasional merebut pemerintahan dari tangan
Jepang ( Sastosuroso, 16-02-1982)
Hal tersebut
terbukti, karena tidak lama kemudian terjadi peristiwa “ penyerobotan kekuasaan
“dari tangan Bupati Rt Reksonagoro oleh para pemuda. Memang pelaksanaan
menegakkan pemerintahan Republik di daerah Boyolali yang dialkukan oleh para
pemuda menghadapi dua hal yang harus segera diatasi, yaitu : pengambilan alihan
kekuasaan dari pemerintah Pangreh Praja kasunanan dan pemindahan kekuasaan dari
tangan Jepang.
3.
Mengidentifikasi proses terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)
sejak proklamasi hingga akhir 1945.
Setelah
melalui perjuangan panjang, akhirnya bangsa Indonesia pada tanggal 17 Agustus
1945 berhasil meproklamasikan kemerdekaan. Namun, perjuangan bangsa Indonesia
tidak berhenti samapai disitu. Bangsa Indonesia harus segera membentuk sebuah
negara dan pemerintahan.
Penyebaran
Berita Proklamasi dan Sikap Rakyat di Berbagai Daerah.
Pada
pukul 03.00 dini hari, tanggal 17 Agustus 1945 atau sesaat setelah rapat di
rumah Maeda selesai, Bung Hatta menghampiri pemuda Burhanuddin Diah (BM Diah)
pemuda yang bekerja pada kantor Berita domei milik pemerintah Jepang ini, Bung
Hatta berpesan ke seluruh dunia. Dengan motivasi dari Bung Hatta, pemuda
itu segera mengadakan pembagian pekerjaan dengan membentuk beberapa kelompok.
Masing-masing kelompok pemuda mengirimkan kurir untuk memberitahukan kepada
masyarakat bahwa esok pagi tanggal 17 Agustus 1945 pukul 10.00 akan diadakan
proklamasi kemerdekaan.
Tokoh
pemuda Sukarni mengkoordinasi kelompok pemuda yang bermarkas di Jl Bogor Lama.
Malam itu juga Sukarni mengadakan rapat di Kebayoran untuk mengatur pelaksanaan
dan cara penyiaran berita proklamasi. Antara lain diputuskan : semua media
komunikasi yang ada akan dipergunakan untuk acara itu. Pamflet, pengeras suara,
dan mobil-mobil siap dikerahkan ke segenap penjuru kota. Sasarannya pengerahan
masa agar bisa mendengar lamgsung pembacaan proklamsi di Pegangsaan Timur 56.
Pagi
itu, ketegangan kembali terjadi antara golongan muda dan golongan tua, bahkan
melibatkan bala tentara Jepang. Karena kesalahan informasi, terjadi konsentrasi
masa di Lapangan Ikada ( Ikatan Atletik Jakarta, sekarang di sudut tenggara
Monas). Bala tentara Jepang mengadakan blokade dari aktivitas pemuda. Pemimpin
Barisan Pelopor Sudiro menemui dr. Muwardi yang menjadi kepala keamanan Bung
Karno. Dung Karno menghendaki pembacaan naskah proklamasi dilangsungkan di
Pegangsaan Timur 56 dan tidak di lapangan Ikada. Alasannya resiko terlalu besar
baik dari segi keamanan maupun politik, karena konsentrasi massa yang besar
bisa menimbulkan salah paham dengan tentara jepang. rumah Bung karno sendiri
telah siap dan dijaga oleh tentara PETA di bawah pimpinan Cundanco Latief
Hendraningrat. Masa pun berhasil dipindah dari Ikada ke rumah Bung Karno.
Golongan
muda mendesak Bung Karno segera membacakan teks proklamasi yang telah disusun
semalam. Namun tanpa kehadiran Bung Hatta tidak mungkin bagi Bung Karno untuk
melakukan sendiri. Ketegangan mencair setelah 5 menit acara dimulai Bung Hatta
datang. Akhirnya saat yang bersejarah itu pun terjadilah.
Berita
tentang proklamsi itu segera tersebar ke seluruh penjuru Jakarta, bahkan secara
estafet di sebarkan ke berbagai tempat di Indonesia. sesaat setelah proklamasi
itu dibacakan, teks tersebut telah berada di tangan Waiden B Palenewen yang
saat itu menjabat kepala Bagian Radio dari Kantor Domei. Konon ia menerima dari
Syahruddin. Waiden segera memerintahkan markonis F Wuz segera menyiarkan tiga
kali berturut-turut. Namun baru dua kali disiarkan mendadak datang orang Jepang
melarang siaran it. Larangan tidak digubris, bahkan diualang setiap setengah
jam hingga siaran berhenti pukul 16.00.
Ada tiga akibat
yang muncul setelah siaran berita proklamasi itu
- Pimpinan
tetara pendudukan jepang di Jawa menyatakan berita itu sebagai kebohongan
dan kekeliruan sehingga memerintahkan untuk meralat. Pemancar radio
akhirnya disegel oleh Jepang tanggal 20 Agustus 1945 dan semua pegawainya
dilarang masuk. Segera setelah disegel, mereka dengan dibantu para teknisi
radio seperti Sukarman, Sutanto, Susilohardjo dan Suhandar, membuat
pemancar baru. Peralatannya dicuri dari Kantor Domei satu demi satu dan
dibawa ke rumah Waidan B Palenewen ke Menteng 31. Akhirnya berdirilah
pemancar baru di Menteng 31 dengan kode DJK I. Dari sinilah, berita
proklamsi disebarkan ke penjuru tanah air.
- Gunseikanbu
memanggil Bung Karno dan Bung Hatta untuk mempertanggungjawabkan
tindakannya. Bahkan, mereka memerintahkan agar kedua tokoh itu membatalkan
proklamsi yang telah terlanjur dibacakan, namun dengan tegas ditolak Bung
Karno dan Bung Hatta. Gunseikanmemperingatkan agar Indonesia berhati-hati
sehingga tidak merugikan jepang karena urusan-urusan Indonesia akan
diserahkan kepada Sekutu. Akhirnya, antara Gunseikan dengan Bung Karno dan
Bung Hatta terjadi kesepakatan : perebutan kekuasaan tidak dilakukan di
Jakarta.
- Ada
upaya terakhir dari Jepang untuk membatalkan proklamasi yaitu dengan
mendesak PPKI agar bersidang. Agendanya adalah membicarakan rencana
kemerdekaan sebagai hadiah Jepang, sebagaimana pernah dijanjikan Jepang
dahulu.
Reaksi
rakyat di berbagai daerah bermacam-macam, dan heroisme pun membubung tinggi.
Apalagi selama pendudukan Jepang ada kebiasaan rakyat mengadakan rapat raksasa
untuk mendengarkan pidato dari para pemimpinnya. Karena proklamsi kemerdekaan
merupakan peristiwa besar bagi bangsa Indonesia, maka untuk menyambutnya perlu
diadakan rapat raksasa. Rencana disusun oleh komite van Aksi Menteng 31, namun
baru tanggal 19 september 1945brapat itu terlaksana. Ribuan rakyat berkumpul di
lapangan Ikada di hadapan tentara Jepang dengan bayonet terhunus. Untuk
mencegah insiden dengan tentara jepang, Bung Karno berpidato singkat agar
rakyat percaya kepada pemerintah Republik Indonesia dan pulang dengan tenang.
Inilah pertemuan pertama presiden dengan rakyat.
Tanggal
20 Agustus 1945 Sri Sultan Hamengku Buwono IX menyambutnya dengan berkata bahwa
“semua orang harus bersedia dan sanggup mengorbankan kepentingan masing-masing
demi kepentingan kita bersama, ialah menjaga, memelihara, dan membela
kemerdekaan nusa dan bangsa”. Sri Sultan adalah raja dari keraton yogyakarta,
namun dia tidak mau melepaskan diri dari Indonesia dengan membentuk kerajaan
sendiri, meskipun saat itu sangat memungkinkan.
Kemerdekaan yang
baru diproklamasikanitu, dieksplotasikan dalam beragam cara. Secara umum berbagai peristiwa itu
antara lain:
Waktu Peristiwa
Tokoh Tempat
- 19
Agustus – 20 Oktober 1945 Para pemuda yang terdiri atas
Boei Taishin (Barisan Berani Mati) dan eks Kaigun Heiho merebut
gedung-gedung vital seperti studio radio serta tangsi polisi. Dr.
Sam Ratulangi, Mr. Andi Zainual Abidin, Makasar,
Polombangkeng
- 13 September
1945, Perebutan
senjata oleh 600 pemuda terlatih di markas-markas Jepang, Gorontalo
- 19
September – 1 Oktober 1945
- Perebutan
senjata di gudang mesiu Don Bosco dan perebutan markas pertahanan Jawa
Timur, pangkalan Angkatan Laut Ujung, serta perebutan markas-markas serta
pabrik yang tersebar di Jawa Timur.
- Insiden
bendera di atas Hotel Yamato yang dipicu oleh tindakan orang-orang Belanda
tawanan Jepang yang memasang bendera di atas hotel itu.
- Rakyat
menyerbu markas kompetai (kantor gubenur sekarang) yang dianggap lambang
kekejaman pemerintah Jepang. Residen Sudirman, Surabaya
dan sekitarnya
- 26
September – 7 Oktober 1945
- Aksi
pemogokan rakyat yang bekerja di instansi-instansi pemerintah dan
perusahaan-perusahaan yang dikuasai Jepang
- Berdirinya
surat kabar Kedaulatan Rakyat
- Pemuda
BKR dan Pemuda Polisi Istimewa merebut gudang senjata di tangsi Otsuka
Butai, Yogyakarta
- 8
Oktober – 12 Oktober 1945
- Pemuda
dan tokoh masyarakat membentuk Angkatan Pemuda Indonesia (API)
- Shucokan memanggil para pemuda agar
menghentikan aktivitas dan membubarkan organisme yang telah terbentuk
- Perebutan
dan pengambilan kantor-kantor pemerintah dan pengibaran bendera Merah
Putih, Aceh
- 14
Oktober 1945
- Sebanyak
400 orang tawanan jepang diangkut para pemuda dari pabrik gula Cepiring
ke Semarang. Sebagian di antaranya melarikan diri yang menyebabkan pemuda
marah
- Pertempuran
lima hari dengan korban sebanyak 990 orang, Semarang
- 17
Oktober 1945, Pemuda
berusaha merebut pangkalan udara Andir dan pabrik senjata (Sekarang
pindah), Bandung
- 14
Nopember 1945, Para pemuda mendirikan berbagai organisasi
seperti Angkatan Muda Indonesia (AMI), Pemuda Republik Indonesia (PRI),
dan lain-lain, untuk menegakkan RI melalui perundingan dan perebutan
kekuasaan, Bali
- Desember
1945, Para
pemuda berusaha merebut senjata dari markas-markas tentara Jepang, Gempe,
Sape, Raba, Sumbawa
- 14
Pebruari – 15 Februari 1946, Eks anggota KNIL yang
bergabung di dalam Pasukan Pemuda Indonesia (PPI) membebaskan para tawanan
yang pro RI, lalu menguasai markas-markas NICA. Ch.Ch. Taulu,
B.W. Lapian, SD. Wuisan, dan J Kaseger, Teling,
Tomohon, Tondano, Manado
Terbentunya
Negara dan Pemerintah Republik Indonesia
a.
Proses Terbentuknya Negara Dan Pemerintah Republik Indonesia
Pada
saat mengakiri pidato dalam rangka pembacaan teks proklamsi tanggal 17 Agustus
1945 itu, Bung Karno berkata :” Kita sekarang telah merdeka. Tidak ada satu ikatan
lagi yang mengikat tanah air kita dan bangsa kita ! Mulai saat ini kita
menyusun negara kita! Negara merdeka, negara republik Indonesia merdeka, kekal
dan abadi. Insya Allah, Tuhan memberkati
kemerdekaan kita itu “. Beberapa
saat setelah proklamasi, rakyat bergerak tanpa dikomando untuk menasionalisasi
seluruh aset-aset tentara pendudukan Jepang. Para pemimpin melakukan
konsulidasi untuk menata sistem kenegaraan sistem demokrasi, monarki dan
lain-lain.
Sehari
setelah proklamasi PPKI mengadakan sidangnya pada tanggal 18 Agustus 1945,
meskipun mendapat kritikan dari golongan muda seperti Sukarni, Chairul Saleh
dan Wikana. Sidang dipimpin langsung oleh Ir. Sukarno. Tidak lebih dari
dua jam, sidang menyepakati beberapa keputusan terhadap rancangan Pembukaan dan
undang-undang dasar yang telah disiapkan BPUPKI, yaitu :
Pembahasan PPKI
1. Bab III Pasal 4 Presiden harus beragama Islam, mengingat sebagian besar
rakyat beragama IslamPresiden diganti menjadi presiden ialah orang Indonesia asli
2. Jumlah wakil presiden
ditetapkan dua orangdirevisi menjadi Jumlah wakil presiden ditetapkan satu
orang saja
3. Presiden Republik Indonesia
memegang kekuasaan, direvisi menjadi Presiden Republik Indonesia memegang
kekuasaan menurut undang-undang dasar
4. Negara berdasar atas ketuhanan
dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya, direvisi
menjadi Negara berdasar atas ketuhanan Yang Maha Islam
Dengan
beberapa revisi tersebut, rancangan pembukaan dan undang-undang dasar disahkan
oleh PPKI sebagai Undang-Undang Dasar RI 1945.
PPKI
mengadakan pemilihan presiden dan wakil presiden. Sebelum acara pemilihan, Bung
Karno selaku
ketua sidang mengusulkan
agar pasal 3 dalam aturan peralihan bisa disahkan terlebih dahulu. Pasal itu
antara lain berbunyi : Untuk pertama kali presiden dan wakil presiden dipilih
oleh PPKI. Setelah disepakati, Otto Iskandardinata mengajukan usul agar
pemilihan presiden dan wakil presiden dilakukan secar aklamsi, sedangkan calon
yang ia usulkan adalah Bung Karno sebagai presiden dan Bung Hatta sebagai wakil
presiden. Tanpa adanya kesulitan semua peserta sidang secara aklamsi bisa
menerimanya. Demikian setelah menetapkan Mukadimah dan UUD 1945, PPKI
menetapkan Ir. Sukarno sebagai presiden dan Drs. Muh. Hatta sebagai wakil
presiden.
Sebelum
menutup sidang PPKI Bung Karno menunjuk sembilan orang sebagai Panitia Kecil
yang harus menyusun rencana mengenai masalah-masalah yang sangat mendesak
seperti pembagian wilayah negara, kepolisian, tentara kebangsaan, dan
perekonomian. Sidang tanggal 19 Agustus 1945 PPKI berhasil membentuk alat
kelengkapan negara dan pemerintah
Keputusan sidang
PPKI tanggal 19 Agustus 1945
1.
Untuk sementara waktu daerah negara Indonesia
dibagi dalam delapan propinsi yang masing-masing dikepalai oleh seorang
gubenur. Propinsi-propinsi tersebut :
-
Jawa Barat
-
Jawa Tengah
-
Jawa Timur
-
Sumatra
-
Borneo (Kalimantan)
-
Sulawesi
-
Maluku
-
Sunda Kecil (Nusa Tenggara)
2.
Daerah propinsi dibagi dalam karesidenan yang
dikepalai oleh seorang residen. Gubenur dan residen dibantu oleh Komite
Nasional daerah.
3.
Pemerintah Republik Indonesia akan dibagi dalam
dua belas departemen (kementrian), yaitu :
-
Departemen Dalam Negeri
-
Departemen Luar Negeri
-
Departemen Kehakiman
-
Departemen Keuangan
-
Departemen Kesehatan
-
Departemen Pengajaran, Pendidikan, dan
Kebudayaan
-
Departemen Sosial
-
Departemen Pertahanan
-
Departemen Penerangan
-
Departemen Perhubungan
-
Departemen Pekerjaan Umum.
4.
Mengenai Pertahanan :
-
PETA di Jawa dan Bali serta Laskar Rakyat di
Sumatera dibubarkan
-
Aktivitas prajurit Heiho dihentikan
-
Tentara Kebangsaan Indonesia supaya segera
dibentuk oleh presiden.
Setelah
menyelewsaikan persidangan, pada malam harinya presiden dan wakil presiden
berdiskusi dengan beberapa tokoh perjuangan antara lain : Mr. Sartono, Suwiryo,
Otto Iskandadinata, Sukardjo Wirjopranoto, dr. Buntaran, Mr. A.G. Pringgodigdo,
Sutardjo Kartohadikusumo, dan dr. Tajuludin untuk membahas keanggotaan Komite
Nasional Indonesia Pusat (KNIP). Hasil pembahasan dibawa ke sidang PPKI
tanggal 22 Agustus 1945. Dalam sidang berhasil ditetapkan :
1.
Pembentukan Komite Nasional Indonesia Pusat
(KNIP) dengan kepengurusan : Mr. Kasman Singodimedjo (ketua), Sutardjo
Kartohadikusumo (wakil ketua I), Mr. Latuharhary (wakil ketua II), dan Adam
Malik (wakil ketua III), serta
2.
Penetapan Partai Nasional.
Sidang
pertama tanggal 29 Agustus 1945 KNIP mengeluarkan Mosi Rakyat antara lain :
-
Bangsa Indonesia menuntut pengakuan kemerdekaan
dari seluruh dunia dengan terlaksananya negara Republik Indonesia sekarang ini,
sebagai salah satu syarat bagi perdamaian internasional
-
Maklumat tentang kewajiban rakyat Indonesia
untuk serentak mendukung pemerintah negara Republik Indonesia merdeka, dengan
mencurahkan segenap pikiran, tenaga, harta benda, dan jiwa raga bagi
keselamatan serta kemakmuran bangsa Indonesia.
Tanggal
2 September 1945 Presiden Ir. Soekarno mengumumkan pembentukan kabinet Republik
Indonesia pertama. sesua dengan UUD 1945 maka kabine6t itu dipimpin oleh
presiden. Anggota kabinetnya antara lain : RAA Wiranata Kusumah (Mendagri), Mr.
Ahmad Subardjo (Menlu), Mr. AAMaramis (Menkeu), Prof Mr Dr Soepomo (Menkeh), Ir
Surachman Tjokroadisuryo (Menteri Kemakmuran), Suprijadi (Menteri Keamanan
Rakyat), Dr. Buntaran Martoatmadjo (Menkes), Ki Hajar Dewantoro (Menteri
pengajaran), Mr Amir Syarifuddin (Menpen), Mr. Iwa Kusumasumantri (Mensos),
Abikusno Tjokrosujoso (Men PU dan Menhub ad interim). Selain itu presiden Ir
Soekarno juga mengangkat empat menteri negara yaitu : Wachid Hasjim, Dr. M
Amir, Mr. RM Sartono, dan R Otto Iskandadinata, serta empat pejabat negara
lainnya, yaitu : Mr. Dr Kusumah Atmadja (Ketua MA), Mr Gatot Tarunamihardja
(Jaksa Agung), Mr AG Pringgodigdo (Mensegneg), dan Sukardjo Wirjopranoto (Juru
Bicara Negara).
Tanggal
5 Oktober 1945 Ir Soekarno mengenguarkan maklumat, yang isinya : “ Untuk memperkuat perasaan keamanan umum, maka diadakan satu Tentara
Keamanan Rakyat (TKR)“. Semula yang diangkat sebagai pimpinan
tertinggi TKR adalah Supriyadi. Namun tokoh PETA yang melakukan pemberontakan
di Blitar tahun 1944 tidak pernah muncul, maka dalam rapat komandan-komandan
devisi seluruh Indonesia tanggal 12 Nopember 1945 di Yogyakarta, terpilihlah
Sudirman (Kepala Divisi IV yang berkedudukan di Purwokerto). Maka mulai tanggal
18 Desember 1945 Jenderal Sudirman bertindak sebagai Panglima Besar TKR, Letnan
Jenderal Urip Sumohardjo sebagai Kepala Staf Umum TKR, dengan 10 Divisi TKR di
Jawa dan 6 Devisi TKR di Sumatra.
Dukungan Daerah terhadap Pembentukan Negara
dan Pemerintah Republik Indonesia.
Sehari
setelah proklamasi kemerdekaan dibacakan, yaitu tanggal 18 Agustus 1945 keluarlah
dua maklumat penting, yaitu :
-
Berasal dari presiden dan wakil presiden yang
antara lain berisi permintaan agar rakyat Indonesia dari segenap lapisan
tinggal tentram, tenang, siap sedia, dan memegang teguh kedisiplinan.
-
Dari Komite Nasional Indonesia yang berisi agar
rakyat menjaga nama dan kehormatan bangsa dengan menjauhkan segala pikiran dan
perbuatan yang jahat-jahat dengan memegang teguh ketentraman umum.
kelompok 2
Anggota Kelompok :
1. Berliana Aptikasari (08/XI IPS 1)
2. Rasika Dhuita Haya Minhaj (22/XI IPS 1)
3. Sarah Whiena Kuswara (25/XI IPS 1)
4. Sekar Apriliany (26/XI IPS 1)
1. Sambutan Rakyat Indonesia tentang Proklamasi
Kemerdekaan
Kemerdekaan yang diproklamasikan
tanggal 17 Agustus 1945 ternyata mendapat sambutan yang luar biasa di berbagai
daerah, baik di Jawa maupun luar Jawa. Berikut ini dukungan terhadap
pembentukan Negara Republik Indonesia.
1. Di Sulawesi Selatan, Raja Bone (Arumpone)
La Mappanjuki, yang masih tetap ingat akan pertempuran-pertempuran melawan
Belanda pada awal abad XX, menyatakan dukungannya terhadap Negara Kesatuan dan
Pemerintahan Republik Indonesia. Mayoritas raja-raja suku Makasar dan Bugis
mengikuti jejak Raja Bone mengakui kekuasaan Dr. Sam Ratulangie yang ditunjuk
pemerintah sebagai Gubernur Republik di Sulawesi.
2. Raja-raja Bali juga mengakui kekuasaan Republik.
3. Empat raja di Jawa Tengah (Mangkunegaran, Kasunanan Surakarta, Kasultanan, dan Paku Alaman Yogyakarta) menyatakan dukungan mereka kepada Republik Indonesia pada awal September 1945.
2. Raja-raja Bali juga mengakui kekuasaan Republik.
3. Empat raja di Jawa Tengah (Mangkunegaran, Kasunanan Surakarta, Kasultanan, dan Paku Alaman Yogyakarta) menyatakan dukungan mereka kepada Republik Indonesia pada awal September 1945.
Dukungan yang sangat penting
ditunjukkan oleh Sri Sultan Hamengku Buwono IX dari Kasultanan Yogyakarta yang
nampak dalam pernyataannya tanggal 5 September 1945. Dalam pernyataan tersebut
Sri Sultan Hamengku Buwono IX menegaskan bahwa Negeri Ngayogyokarto Hadiningrat
yang bersifat kerajaan sebagai Daerah Istimewa dalam Negara Republik Indonesia.
Pernyataan tersebut merupakan suatu keputusan yang cukup berani dan bijak di
dalam negara kerajaan yang berdaulat.
1 . Sulawesi Selatan
Pada tanggal 19 Agustus 1945,
rombongan Dr. Sam Ratulangi, Gubernur Sulawesi, mendarat di Sapiria, Bulukumba.
Setelah sampai di Ujungpandang, gubernur segera membentuk pemerintahan daerah.
Mr. Andi Zainal Abidin diangkat sebagai Sekretaris Daerah. Tindakan gubernur
oleh para pemuda dianggap terlalu berhatihati, kemudian para pemuda
mengorganisasi diri dan merencanakan merebut gedung-gedung vital seperti studio
radio dan tangsi polisi. Kelompok pemuda tersebut terdiri dari kelompok Barisan
Berani Mati (Bo-ei Taishin), bekas kaigun heiho dan pelajar SMP. Pada tanggal
28 Oktober 1945 mereka bergerak menuju sasaran. Akibat peristiwa tersebut,
pasukan Australia yang telah ada bergerak dan melucuti mereka. Sejak peristiwa
tersebut gerakan pemuda dipindahkan dari Ujungpandang ke Polombangkeng.
2 . Di Bali
Para pemuda Bali telah membentuk
berbagai organisasi pemuda, seperti AMI, Pemuda Republik Indonesia (PRI) pada
akhir Agustus 1945. Mereka berusaha untuk menegakkan Republik Indonesia melalui
perundingan tetapi mendapat hambatan dari pasukan Jepang. Pada tanggal 13
Desember 1945 mereka melakukan gerakan serentak untuk merebut kekuasaan dari
tangan Jepang, meskipun gerakan ini gagal.
3 . Gorontalo
Pada tanggal 13 September 1945 di
Gorontalo terjadi perebutan senjata terhadap markas-markas Jepang. Kedaulatan
Republik Indonesia berhasil ditegakkan dan para pemimpin Republik menolak
ajakan untuk berunding dengan pasukan pendudukan Australia.
4 . Rapat Raksasa di Lapangan Ikada
Rapat Raksasa dilaksanakan di Lapangan Ikada (Ikatan Atletik Djakarta) tanggal
19 September 1945. Sekitar 200.000 orang hadir dalam pertemuan tersebut. Pada
peristiwa ini, kekuatan Jepang, termasuk tank-tank, berjaga-jaga dengan
mengelilingi rapat umum tersebut. Rapat Ikada dihadiri oleh Presiden Soekarno
dan Wakil Presiden Mohammad Hatta serta sejumlah menteri. Untuk menghindari
terjadinya pertumpahan darah, Presiden Soekarno menyampaikan pidato yang
intinya berisi permintaan agar rakyat memberi kepercayaan dan dukungan kepada
pemerintah RI, mematuhi perintahnya dan tunduk kepada disiplin. Setelah itu
Presiden Soekarno meminta rakyat yang hadir bubar dan tenang.
5. Terjadinya Insiden Bendera di Hotel
Insiden ini terjadi pada tanggal 19
September 1945, ketika orang-orang Belanda bekas tawanan Jepang menduduki
Hotel Yamato, dengan dibantu segerombolan pasukan Serikat. Orang-orang Belanda
tersebut mengibarkan bendera mereka di puncak Hotel Yamato. Hal tersebut
memancing kemarahan para pemuda. Hotel tersebut diserbu para pemuda, setelah
permintaan Residen Sudirman untuk menurunkan bendera Belanda ditolak penghuni
hotel. Bentrokan tidak dapat dihindarkan. Beberapa pemuda berhasil memanjat
atap hotel serta menurunkan bendera Belanda yang berkibar di atasnya. Mereka
merobek warna birunya dan mengibarkan kembali sebagai Merah Putih.
6 . Di Yogyakarta
Di Yogyakarta perebutan kekuasaan secara serentak
dimulai tanggal 26 September 1945. Sejak pukul 10 pagi semua pegawai instansi
pemerintah dan perusahaan yang dikuasai Jepang melaksanakan aksi mogok. Mereka
memaksa agar orang-orang Jepang menyerahkan aset dan kantornya kepada orang
Indonesia. Tanggal 27 September 1945 Komite Nasional Indonesia Daerah
Yogyakarta mengumumkan bahwa kekuasaan di daerah tersebut telah berada di
tangan Pemerintah Republik Indonesia. Pada hari itu juga di Yogyakarta
diterbitkan surat kabar Kedaulatan Rakyat.
7. Sumatra Selatan
Dukungan dan perebutan kekuasaan
terjadi di Sumatra Selatan pada tanggal 8 Oktober 1945, ketika Residen Sumatra
Selatan dr. A.K. Gani bersama seluruh pegawai Gunseibu dalam suatu upacara
menaikkan bendera Merah Putih. Setelah upacara selesai, para pegawai kembali ke
kantornya masing-masing. Pada hari itu juga diumumkan bahwa di seluruh
Karesidenan Palembang hanya ada satu kekuasaan yakni kekuasaan Republik
Indonesia. Perebutan kekuasaan di Palembang berlangsung tanpa insiden, sebab
orang-orang Jepang telah menghindar ketika terjadi demonstrasi.
8 . Pertempuran Lima Hari di Semarang
Peristiwa ini terjadi di Semarang
pada tanggal 15 – 20 Oktober 1945.
Peristiwa itu berawal ketika 400 orang veteran AL Jepang yang akan dipekerjakan
untuk mengubah pabrik gula Cepiring menjadi pabrik senjata memberontak ketika
akan dipindahkan ke Semarang. Tawanan-tawanan tersebut menyerang polisi
Indonesia yang mengawal mereka. Situasi bertambah hangat dengan meluasnya
desas-desus bahwa cadangan air minum di desa Candi telah diracuni. Dr. Karyadi
yang meneliti cadangan air minum tersebut meninggal ditembak oleh Jepang.
Pertempuran mulai pecah dini hari tanggal 15 Oktober 1945 di Simpang Lima.
Pertempuran berlangsung lima hari dan baru berhenti setelah pimpinan TKR
berunding dengan pimpinan pasukan Jepang. Usaha perdamaian dipercepat dengan
mendaratnya pasukan Sekutu di Semarang pada tanggal 20 Oktober 1945 yang
kemudian menawan dan melucuti senjata tentara Jepang. Untuk mengenang
keberanian para pemuda Semarang dalam pertempuran tersebut, maka dibangunlah
Tugu Muda yang terletak di kawasan Simpang Lima, Semarang.
9 . Di Bandung
Pertempuran diawali dengan usaha
para pemuda untuk merebut pangkalan Udara Andir dan pabrik senjata bekas ACW
(Artillerie Constructie Winkel, sekarang Pindad). Usaha tersebut berlangsung
sampai datangnya pasukan Sekutu di Bandung tanggal 17 Oktober 1945.
10. Kalimantan
Di beberapa kota di Kalimantan mulai
timbul gerakan yang mendukung proklamasi. Akibatnya tentara Australia yang
sudah mendarat atas nama Sekutu mengeluarkan ultimatum melarang semua aktivitas
politik, seperti demonstrasi dan mengibarkan bendera Merah Putih, memakai
lencana Merah Putih dan mengadakan rapat. Namun kaum nasionalis tidak
menghiraukannya. Di Balikpapan tanggal 14 November 1945, tidak kurang 8.000
orang berkumpul di depan komplek NICA sambil membawa bendera Merah Putih.
11. Sulawesi Utara
Usaha menegakkan kedaulatan di
Sulawesi Utara tidak padam, meskipun tentara NICA telah menguasai wilayah
tersebut. Pada tanggal 14 Februari 1946, para pemuda Indonesia anggota KNIL
tergabung dalam Pasukan Pemuda Indonesia (PPI) mengadakan gerakan di Tangsi Putih
dan Tangsi Hitam di Teling, Manado. Mereka membebaskan tawanan yang mendukung
Republik Indonesia antara lain Taulu, Wuisan, Sumanti, G.A. Maengkom, Kusno
Dhanupojo, dan G.E. Duhan. Di sisi lain mereka juga menahan Komandan Garnisun
Manado dan semua pasukan Belanda di Teling dan penjara Manado. Dengan diawali
peristiwa tersebut para pemuda menguasai markas Belanda di Tomohon dan Tondano.
Berita tentang perebutan kekuasaan tersebut dikirim ke pemerintah pusat yang
saat itu di Yogyakarta dan mengeluarkan Maklumat No. 1 yang ditandatangani oleh
Ch.Ch. Taulu. Pemerintah sipil dibentuk tanggal 16 Februari 1946 dan sebagai
residen dipilih B.W. Lapian.
2. Sambutan
Masyarakat Boyolali tentang Proklamasi Kemerdekaan
Tanggal
17 Agustus 1945 berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia di berbagai daerah
diterima secara terlambat dikarenakan alat-alat perhubungan (alat komunikasi)
sulit untuk dijangkau. Faktor lain yang mempengaruhi adalah rakyat Indonesia
mendapat tekanan dan ancaman oleh Pemerintah Jepang. Tetapi lain hal dengan
masyarakat Boyolali yang sebelumnya telah mendapatkan berita, maka pada tanggal
17 Agustus 1945 para pemuda yang telah menyimpan radio secara rahasia di
Barisan Pelopor dapat mengikuti tuntunan acara Proklamasi Kemerdekaan yang
dilaksanakan di Jakarta.
Markas
Cabangnya berpusat dirumah Amongwardoyo, tepatnya di jalan Merbabu Boyolali.
Melalui Radio Rahasia/Radio Gelap itulah para anggota Barisan Pelopor dapat
mengetahui pidato Bung Karno tentang Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia.
Berita tersebut disiarkan dengan bantuan Angkatan Muda Indonesia (AMI). Pada
tanggal 19 Agustus 1945 ada seorang pemuda yang bernama Indromarjoko yang
berasal dari Sala memberikan plakat-plakat tentang kemerdekaan dan Lencana
Merah Putih untuk ditempelkan pada gedung-gedung ditepi jalan. Dengan tindakan
tersebut berarti memberikan penerangan kepada masyarakat Boyolali tentang
adanya Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia.
Disisi
lain, Para Pemuda Boyolali spontan mengibarkan bendera merah putih untuk yang
pertama kali dikibarkan di halaman kantor Kabupaten Boyolali, setelah didahului
dengan penurunan Bendera Jepang. Pengibar Benderanya adalah Mandani dan
Amongwardoyo, dan disaksikan oleh Harbuntalib, Soebagiyo, RNg Swonopranoto,
Kunto Sudarsono, dan beberapa orang yang lain.
Pada
sore harinya bendera tersebut diturunkan oleh Bupati Boyolali RT Reksonagoro.
Bahkan karena adanya ultimatum dari Bupati tersebut maka pengibaran bendera
dipindahkan ke sebelah selatan Benteng Renovatum, yang sekarang dikenal dengan
Taman Sonokridanggo. Piket penjagaan bendera diadakan dan diatur terus menerus
secara bergiliran. Dengan adanya larangan pengibaran bendera tersebut kiranya justru
merupakan cambuk tumbuhnya semangat Nasional merebut pemerintahan dari tangan
Jepang.
3. Terbentuknya Negara
Kesatuan dan Pemerintah Republik Indonesia serta Kelengkapannya
Negara RI yang dilahirkan pada
tanggal 17 Agustus 1945 pada kenyataannya belum sempurna sebagai suatu negara.
Oleh karena itu langkah yang diambil oleh para pemimpin negara melalui PPKI
adalah menyusun konstitusi negara dan membentuk alat kelengkapan negara. Untuk
itu PPKI mengadakan sidang sebanyak tiga kali yaitu pada tanggal 18 Agustus
1945, 19 Agustus 1945, dan 22 Agustus 1945. Sebelum rapat dimulai, muncul
permasalahan yang disampaikan oleh wakil dari luar Jawa, di antaranya Mr.
Latuharhary (Maluku), Dr. Sam Ratulangi (Sulawesi), Mr. Tadjudin Noor dan Ir.
Pangeran Noor (Kalimantan), dan Mr. I Ktut Pudja (Nusa Tenggara) yang
menyampaikan keresahan penduduk non-Islam mengenai kalimat dalam Piagam Jakarta
yang nantinya akan dijadikan rancangan pembukaan dan Undang Undang Dasar Negara
Republik Indonesia. Kalimat yang dimaksud adalah “Ketuhanan dengan kewajiban
menjalankan syariah Islam bagi para pemeluknya”, serta “syarat seorang kepala
negara haruslah seorang muslim”. Untuk mengatasi masalah tersebut Drs.
Mohammad Hatta beserta Ki Bagus Hadikusumo, Wachid Hasyim, Mr. Kasman Singadimedjo,
dan Mr. Teuku Mohammad Hassan membicarakannya secara khusus. Akhirnya dengan
mempertimbangkan kepentingan yang lebih luas dan menegakkan Negara Republik
Indonesia yang baru saja didirikan, rumusan kalimat yang dirasakan
memberatkan oleh kelompok non-Islam dihapus sehingga menjadi berbunyi “
Ketuhanan Yang Maha Esa” dan syarat seorang kepala negara adalah orang
Indonesia asli. Untuk memahami hasil sidang secara lengkap, maka perhatikan
tabel 11.2 berikut.
Hasil-Hasil Sidang PPKI Secara Lengkap
1 . Pembentukan Komite Nasional
Sebagai tindak lanjut dari sidang
PPKI tanggal 22 Agustus 1945 maka dibentuklah Komite Nasional Indonesia (KNI).
Komite Nasional Indonesia adalah badan yang akan berfungsi sebagai Dewan
Perwakilan Rakyat (DPR) sebelum diselenggarakan Pemilihan Umum (Pemilu). KNIP
diketuai oleh Mr. Kasman Singodimejo. Anggota KNIP dilantik pada tanggal 29
Agustus 1945. Tugas pertama KNIP adalah membantu tugas kepresidenan. Namun,
kemudian diperluas tidak hanya sebagai penasihat presiden, tetapi juga
mempunyai kewenangan legislatif. Wewenang KNIP sebagai DPR ditetapkan dalam
rapat KNIP tanggal 16 Oktober 1945. Dalam rapat tersebut, wakil presiden Drs.
Moh. Hatta mengeluarkan Maklumat Pemerintah RI
No. X yang isinya meliputi hal-hal berikut.
a. KNIP sebelum DPR/MPR terbentuk diserahi kekuasaan
legislatif untuk membuat undang-undang dan ikut menetapkan Garis-Garis Besar
Haluan Negara (GBHN).
b. Berhubung gentingnya keadaan, maka pekerjaan sehari-hari KNIP dijalankan oleh sebuah Badan Pekerja KNIP yang diketuai oleh Sutan Syahrir. Komite Nasional Indonesia disusun dari tingkat pusat sampai daerah. Pada tingkat pusat disebut Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) dan pada tingkat daerah yang disusun sampai tingkat kawedanan disebut Komite Nasional Indonesia.
b. Berhubung gentingnya keadaan, maka pekerjaan sehari-hari KNIP dijalankan oleh sebuah Badan Pekerja KNIP yang diketuai oleh Sutan Syahrir. Komite Nasional Indonesia disusun dari tingkat pusat sampai daerah. Pada tingkat pusat disebut Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) dan pada tingkat daerah yang disusun sampai tingkat kawedanan disebut Komite Nasional Indonesia.
2 . Pembentukan Partai Nasional Indonesia
Pada tanggal 22 Agustus 1945 PPKI bersidang untuk yang ketiga
kalinya dan menghasilkan keputusan antara lain pembentukan Partai Nasional
Indonesia, yang pada waktu itu dimaksudkan sebagai satu-satunya partai politik
di Indonesia (partai tunggal). Dalam perkembangannya muncul Maklumat tanggal 31
Agustus 1945 yang memutuskan bahwa gerakan dan persiapan Partai Nasional
Indonesia ditunda dan segala kegiatan dicurahkan ke dalam Komite Nasional.
Sejak saat itu, gagasan satu partai tidak pernah dihidupkan lagi. Demi
kelangsungan kehidupan demokrasi, maka KNIP mengajukan usul kepada pemerintah
agar rakyat diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk mendirikan partai
politik. Sebagai tanggapan atas usul tersebut, maka pada tanggal 3 November
1945 pemerintah mengeluarkan maklumat pemerintah yang pada intinya berisi
memberikan kesempatan kepada rakyat untuk mendirikan partai politik. Maklumat
itu kemudian dikenal dengan Maklumat Pemerintah tanggal 3 November 1945. Partai
politik yang muncul setelah Maklumat Pemerintah tanggal 3 November 1945
dikeluarkan antara lain Masyumi, Partai Komunis Indonesia, Partai Buruh
Indonesia, Parkindo, Partai Rakyat Jelata, Partai Sosialis Indonesia, Partai
Rakyat Sosialis, Partai Katolik, Permai, dan PNI.
3 . Pembentukan Badan Keamanan Rakyat
Badan Keamanan Rakyat (BKR)
ditetapkan sebagai bagian dari Badan Penolong Keluarga Korban Perang (BPKKP),
yang merupakan induk organisasi yang ditujukan untuk memelihara keselamatan
masyarakat. BKR tugasnya sebagai penjaga keamanan umum di daerah-daerah di
bawah koordinasi KNI Daerah. Para pemuda bekas anggota Peta, KNIL, dan Heiho
segera membentuk BKR di daerah sebagai wadah perjuangannya. Khusus di Jakarta
dibentuk BKR Pusat untuk mengoordinasi dan mengendalikan BKR di bawah pimpinan
Kaprawi. Sementara BKR Jawa Timur dipimpin Drg. Moestopo, BKR Jawa Tengah
dipimpin Soedirman, dan BKR Jawa Barat dipimpin Arudji Kartawinata. Pemerintah
belum membentuk tentara yang bersifat nasional karena pertimbangan politik,
mengingat pembentukan tentara yang bersifat nasional akan mengundang sikap
permusuhan dari Sekutu dan Jepang. Menurut perhitungan, kekuatan nasional belum
mampu menghadapi gabungan Sekutu dan Jepang. Sementara itu para pemuda yang
kurang setuju pembentukan BKR dan menghendaki pembentukan tentara nasional,
membentuk badan-badan perjuangan atau laskar bersenjata. Badan perjuangan
tersebut misalnya Angkatan Pemuda Indonesia (API), Pemuda Republik Indonesia
(PRI), Barisan Pemuda Indonesia (BPI), dan lainnya. Selain itu para pemuda yang
dipelopori oleh Adam Malik membentuk Komite van Actie.
Pada tanggal 5 Oktober
1945 dikeluarkan Maklumat Pemerintah
yang menyatakan berdirinya Tentara Keamanan Rakyat
(TKR). Sebagai pimpinan TKR ditunjuk
Supriyadi. Berdasarkan maklumat pemerintah tersebut, maka segera
dibentuk Markas Tertinggi TKR oleh Oerip Soemohardjo yang berkedudukan di
Yogyakarta. Di Pulau Jawa terbentuk 10 Divisi dan di Sumatra 6 Divisi.
Berkembangnya kekuatan pertahanan dan keamanan yang begitu cepat memerlukan
satu pimpinan yang kuat dan berwibawa untuk mengatasi segala persoalan akibat
perkembangan tersebut. Supriyadi yang ditunjuk sebagai pemimpin tertinggi TKR
ternyata tidak pernah muncul. Pada bulan
November 1945 atas prakarsa dari
markas tertinggi TKR diadakan pemilihan pemimpin tertinggi TKR yang baru. Yang
terpilih adalah Kolonel Soedirman, Komandan Divisi V/Banyumas. Sebulan kemudian
pada tanggal 18 Desember 1945, Soedirman dilantik sebagai Panglima Besar TKR
dengan pangkat jenderal.
Oerip Soemohardjo tetap menduduki jabatan lamanya
sebagai Kepala Staf Umum TKR dengan pangkat Letnan Jenderal (Letjen).
Terpilihnya Soedirman merupakan titik tolak perkembangan organisasi kekuatan
pertahanan keamanan. Pada bulan Januari 1946, TKR berubah menjadi Tentara
Rakyat Indonesia (TRI). Pada bulan Juni 1947 nama TRI berubah menjadi Tentara
Nasional Indonesia (TNI). Sampai dengan pertengahan 1947, bangsa Indonesia
telah berhasil menyusun, mengonsolidasikan dan sekaligus mengintegrasikan alat
pertahanan dan keamanan. TNI bukanlah semata-mata alat negara atau pemerintah,
melainkan alat rakyat, alat “revolusi” dan alat bangsa
Indonesia.
Indonesia.
kelompok 3
ATRI CAHYANINGTYAS (04)
MISI HARYANTI (19)
RISA YAUMA NUR JANATI (23)
VALENTINO D.S (32)
1)
Menganalisis sambutan rakyat Indonesia setelah mendengar
proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945.
Di tingkat Pusat setelah berhasil
merumuskan teks proklamasi Bung Karno berpesan kepada para pemimpin yang
bekerja pada pers dan kantor berita, terutama B.M Diah untuk memperbanyak teks
proklamasi dan menyiarkannya ke seluruh dunia. Semua alat komunikasi yang ada
dipergunakan untuk menyebarluaskan berita proklamasi kemerdekaan. Berita
proklamasi yang telah menyebar ke seluruh kota Jakarta, segera disebarluaskan
ke seluruh dunia. Pada tanggal 17 Agustus 1945 teks proklamasi telah sampai di
tangan Kepala Bagian Radio Kantor Waidan. Untuk itu F. Wuz (seorang markonis)
menyiarkan berita proklamasi berturut-turut setiap setengah jam sampai pukul
16.00 saat siaran berhenti walaupun dilarang oleh pihak Jepang. Sedangkan pucuk
pimpinan tentara Jepang di Jawa memerintahkan untuk meralat berita proklamasi
dan menyatakan sebagai kekeliruan. Pada tanggal 20 Agustus 1945, pemancar radio
disegel oleh Jepang dan para pegawainya dilarang masuk. Namun pemuda tidak
kehilangan akal dengan membuat pemancar baru dengan bantuan beberapa orang teknisi
radio yang diambil dari Kantor Berita Domei. Di Menteng 31 para pemuda berhasil
merakit pemancar baru dengan kode panggilan DJK I. dari sinilah berita
Proklamasi Kemerdekaan terus disiarkan. Selain itu juga lewat pers dan surat
selebaran. Hampir seluruh harian di Jawa dalam penerbitannya tanggal 20 Agustus
1945 memuat berita proklamasi dan UUD Negara Republik Indonesia.
Rakyat di daerah-daerah mulanya tidak percaya
bahwa Indonesia telah merdeka. Namun, setelah yakin akan kebenaran berita itu,
luapan kegembiraan muncul di mana-mana. Di Jawa Tengah berita Proklamasi
diterima melalui radio Domei Sementara. Oleh Syarief Sulaiman dan M.S. Mintarjo
berita tersebut dibawa ke gedung Hokokai yang saat itu sedang dilaksanakan
sidang di bawah pimpinan Mr. Wongso Negoro. Setelah copy teks Proklamasi
dibacakan, para peserta sidang bertepuk tangan penuh gembira, kemudian secara
serentak mereka menyanyikan lagu Indonesia Raya.
Di berbagai tempat, masyarakat dengan dipelopori
para pemuda menyelenggarakan rapat dan demonstrasi untuk membulatkan tekad
menyambut kemerdekaan. Di Lapangan Ikada (Ikatan Atletik Djakarta) Jakarta pada
tanggal 19 September 1945 dilaksanakan rapat umum yang dipelopori Komite Van
Aksi. Lapangan Ikada saat ini terletak di sebelah Selatan Lapangan Monas. Makna rapat raksasa di lapangan ikada bagi bangsa
Indonesia, antara lain sebagai berikut:
1.
Rapat tersebut berhasil mempertemukan
pemerintah republik Indonesia dengan rakyatnya.
2.
Rapat tersebut merupakan
perwujudan kewibawaan pemerintah republik Indonesia terhadap rakyatnya.
3.
Menambah kepercayaan diri
bahwa rakyat Indonesia mampu mengubah nasib dengan kekuatan sendiri.
4.
Rakyat mendukung
pemerintahan baru yang baru terbentuk. Buktinya,, setiap intruksi pimpinan
mereka laksanakan.
Berita Proklamasi kemudian disiarkan lewat radio
Semarang. Masyarakat Jawa Tengah dengan cepat dapat menerima berita tersebut.
Kemudian, pada tanggal 19 Agustus 1945, diadakan rapat raksasa untuk menguatkan
pengumuman pengambilan kekuasaan di Semarang. Setelah itu, di daerah Brebes,
Pekalongan, dan Tegal terjadi pemberontakan. Rakyat di tiga daerah tersebut
menyerang para pamong praja dan pegawai pemerintah yang dianggap sebagai
penyebab kesengsaraan rakyat.
Sri Sultan Hamengku Buwono IX sebagai Sultan
Ngayogyakarta Hadiningrat memberikan dukungan terhadap proklamasi kemerdekaan
Indonesia tanggal 17 Agustus 1945.
Atas dukungannya Sri Sultan Hamengku Buwono IX
memberikan pernyataan sebagai berikut:
“Kami Sri Sultan Hamengku Buwono IX, Sultan
Ngayogyakarta Hadiningrat menyatakan:
1)
Bahwa negeri
Ngayogyakarta Hadiningrat yang bersifat kerajaan adalah Daerah Istimewa dari
Negara Republik Indonesia
2)
Bahwa kami sebagai kepala
daerah memegang segala kekuasaan dalam negeri Ngayogyakarta Hadiningrat dan
oleh karena itu, berhubung dengan keadaan pada dewasa ini segala urusan
pemerintahan dalam negeri Ngayogyakarta Hadiningrat muled saat ini berada di
tangan kami dan kekuasaan-kekuasaan lain kami pegang seluruhnya.
3)
Bahwa hubungan antara
negeri Ngayogyakarta Hadiningrat dengan pemerintah pusat negara Republik
Indonesia bersifat langsung dan kami bertanggung jawab atas negeri kami
langsung kepada Presiden Republik Indonesia.
Kami memerintahkan supaya
segenap penduduk dalam negeri Ngayogyakarta Hadiningrat mengindahkan amanat
kami ini. Ngayogyakarta Hadiningrat, 28 Puasa Ehe, 1876 (1
September 1945).
Melalui
pernyataan Sri Sultan Hamengku Buwono IX itu, negeri Ngayogyakarta Hadiningrat
secara resmi menjadi bagian wilayah kekuasaan negara Republik Indonesia dengan
kedudukannya sebagai daerah istimewa. Pernyataan Sri Sultan Hamengku Buwono IX
itu mendapat sambutan dari seluruh rakyat Indonesia untuk memberikan dukungan
serta mempertahankan kedaulatan
negara Republik Indonesia yang diproklamasikan tanggal 17 Agustus 1945.
Di daerah-daerah luar Jawa berita Proklamasi
terlambat diterima oleh rakyat. Hal ini disebabkan karena sarana komunikasi
yang cukup sulit. Di Medan, berita Proklamasi dibawa oleh Teuku Moh. Hasan yang
diangkat sebagai gubernur daerah Sumatera. Mendengar berita ini, kemudian
dipelopori oleh Achmad Tahir dibentuk Barisan Pemuda Indonesia. Pada tanggal 4
Oktober, mereka berusaha mengambil alih gedung-gedung pemerintahan dan merebut
senjata dari tangan Jepang.
Di daerah-daerah lain pun melakukan penyambutan
yang tidak jauh berbeda, yakni sebagai berikut:
a. Mula-mula rakyat tidak percaya terhadap adanya
berita Proklamasi.
b. Luapan kegembiraan rakyat menyambut kemerdekaan
Indonesia.
c. Mengadakan rapat-rapat raksasa.
d. Para pemuda membentuk angkatan muda Indonesia.
e. Upaya pengambilalihan kekuasaan dari tangan
Jepang.
f. Upaya merebut gedung-gedung dan kantor
pemerintahan.
g. Merebut persenjataan dari tangan Jepang.
h. Tekad untuk tetap mempertahankan kemerdekaan.
2)
Mendeskripsikan sambutan masyarakat Boyolali setelah
mendengar berita proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945.
Masyarakat Indonesia terutama di
luar Jakarta yaitu di Boyolali dapat mengetahui berita proklamasi kemerdekaan
17 Agustus 1945 melalui saluran radio setempat. Dengan diberitahukan proklamasi
kemerdekaan tersebut, masyarakat dengan semangat membicarakannya diberbagai
tempat sehingga berita tersebut dapat sampai ke daerah daerah yang lebih
pelosok. Masyarakat juga berbondong- bondong pergi ke Kabupaten, alun- alun,
dan tempat- tempat pemerintahan untuk mengibarkan bendera dan menyanyikan lagu
Indonesia Raya. Jalan- jalan kota dipenuhi dengan teriakan kegembiraan. Lagu
indonesia dan sorakan “ Merdeka!” tidak henti- hentinya diucapkan.
Para pemuda dan perwakilan daerah
Boyolali juga segera dikirim untuk mengikuti rapat besar di Jakarta. Hari- hari
masyarakat yang semula hanya diabdika untuk pemeritahan Kolonial maupun Jepang,
mulai dapat dinikmati untuk kegiatan masing- masing. Di rumah, digubuk- gubuk
kampung diisi dengan percakapan hangat sambil mengenang perjuangan yang lalu.
Ladang dan ternak mulai diurus atas nama pemilik masing- masing.
Proklamasi kemerdekaan Indonesia
17 Agustus 1945 atas nama bangsa Indonesia oleh Soekarno-
Hatta setiap 4 jam sekali selalu terdengar. Masyarakat tidak bosan untuk mendengarkan dan
mengucapkannya.
3)
Mengidentifikasi proses terbentuknya Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI) sejak proklamasi sejak akhir 1945.
Sebagai Negara yang baru lahir, Indonesia belum memiliki undang-undang
dasar yang berfungsi untuk mengatur segala aspek kehidupan berbangsa dan
bernegara. Kepala Negara dan kepala pemerintah yang akan menjalankan pemerintah
serta kelengkapannya juga belum ada. Para pemimpin bangsa serta memanfaatkan
dengan sebaik-baiknya lembaga yang ada pada waktu itu, yaitu Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (PPKI) yang dibentuk Jepang sejak tanggal 7 Agustus 1945.
1.
Pembentukan Undang- undang Dasar Negara Indonesia
Pembukaan UUD 1945 yang di sahkan
PPKI hampir seluruh bahannya diambil dari Rancangan Pembukaan UUD hasil kerja
Panitia Perumusan pada tanggal 22 Juni 1945 yang disebut Piagam Jakarta. Bahan
tersebut telah mengalami beberapa perubahan, yaitu sebagai berikut :
a.
Kata “mukadimah” diganti “pembukaan”.
b.
Kata “hukum dasar” diganti dengan “Undang-Undang Dasar”.
c.
Kata “menurut dasar” dalam kalimat “Berdasarkan kepada
Ketuhanan menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab” dihapus.
d.
Kalimat ….”dengan kewajiban dalam menjalankan syariat Islam
bagi pemeluk-pemeluknya” dihapus.
Adapun isi batang tubuh Undang-Undang Dasar 1945, bahannya diambil dari
rancangan konstitusi hasil penyusunan Panitia Perancangan pada tanggal 16 Juli
1945. Bahan itu juga mengalami beberapa perubahan, antara lain sebagai berikut
:
a)
Pasal 6 Ayat 1, semula berbunyi “Presiden ialah orang
Indonesia asli yang beragama Islam”. Kata yang “Beragama Islam” dihilangkan
karena dinilai menyinggung perasaan yang tidak beragama Islam.
b)
Pasal 29 Ayat 1, kalimat dibelakang …”Ketuhanan” yang
“berbunyi dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya”
dihilangkan. Kalimat tersebut terdapat pada pembukaan UUD alenia ke-4.
Setelah melalui pembicaraan dan pembahasan yang matang, akhirnya dengan
suara bulat, konstitusi itu diterima dan disahkan oleh PPKI menjadi Konstitusi
Negara Republik Indonesia. Konstitusi itu disebut Undang-Undang Dasar 1945.
Pengesahan itu kemudian dimuat dalam Berita Republik Indonesia Tahun ke-2 No.7
Tahun 1946 halaman 45-48.
2.
Pembentukan Pemerintahan Indonesia
Pada tanggal 18 Agustus 1945 presiden dan wakil presiden
RI untuk pertama kali dipilih oleh PPKI, karena MPR yang berhak memilih dan
melantiknya belum terbentuk. Hal itu diatur dalam Pasal III Aturan Peralihan
UUD 1945.
PPKI memilih Ir.Soekarno sebagai presiden dan Drs.Mohammad Hatta sebagai
wakil presiden RI. Untuk membantu pekerjaan presiden RI, PPKI telah mengaturnya
pada Pasal IV Aturan Peralihan UUD 1945 yang berbunyi, “Sebelum Majelis
Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, dan Dewan pertimbangan Agung
dibentuk menurut Undang-Udang Dasar, segala kekuasaannya dijalankan oleh
presiden dengan bantuan sebuah Komite Nasional”.
PPKI kemudian melanjutkan pekerjaannya guna melengkapi berbagai hal yang
diperlukan bagi berdirinya Negara dengan melaksanakan sidang pada tanggal
19 Agustus 1945. Dalam sidang kedua PPKI menghasilkan keputusan antara lain :
a. Menetapkan
dua belas kementrian yang membantu tugas presiden dalam pemerintah.
b. Membagi
wilayah Republik Indonesia menjadi delapan provinsi. Pembagian Wilayah Republik
Indonesia:
· Provinsi
Sumatra: Mr. Tengku Moh. Hasan
· Provinsi
Jawa Barat: M.Sutarjo Kartohadikusumo
· Provinsi
Jawa Tengah: R. Panji Soeroso
· Provinsi
Jawa Timur: R.A. Soerjo
· Provinsi
Sunda Kecil: Mr. I. Gusti Ketut Pudja
· Provinsi
Maluku: Mr. J. Latuharhary
· Provinsi
Sulawesi: Dr. G. S. S. J. Ratulangi
· Provinsi
kalimantan: Ir. Pangeran Mohammad Noor2.
Komite Nasional PPKI kembali
mengadakan sidang pada tanggal 22 Agustus 1945 yang memiliki anggota pokok tantang
rencana pambentukan Komite Nasional dan Badan Keamanan Rakyat. Komite Nasional
dibentuk diseluruh Indonesia dan berpusat di Jakarta. Tujuannya sebagai
penjelmaan tujuan dan cita-cita bangsa Indonesia untuk menyelenggarakan
kemerdekaan Indonesia yang berdasarkan kedaulatan rakyat, KNIP diresmikan dan
anggotanya dilantik pada tanggal 29 Agustus 1945 di Gedung Kesenian, Pasar
Baru, Jakarta.Pada saat terjadi perubahan politik, pada tanggal 11 November
1945, Badan Pekerja KNIP mengeluarkan Pengumuman Nomor 5 tentang Peralihan
Pertanggungjawaban mentri-mentri dari presiden kepada Bdan Pekerja KNIP. Itu
berarti system kabinet presidensil dalam UUD 1945 telah diamandemen menjadi
system kabinet parlementer. Hal ini terbukti setelah Badan Pekerja KNIP mencalonkan
Sutan Syahir sebagai perdana mentri. Akhirnya, cabinet presidensil
Soekarno-Hatta jatuh dan digantikan oleh kabinet parlementer dengan Sutan
Syahir sebagai perdana mentri yang pertama.
3. Pembentukan
Tentara Indonesia
Pada akhir sidang PPKI tanggal 19
Agustus 1945 dibentuk panitia kecil yang bertugas membahas pembentukan tentara
kebangsaan. Sebagai tindak lanjut dari usulan tersebut, presiden menugaskan
kepada Abdul Kadir, Kasman Singodimedjo, dan Otto Iskandardinata untuk
menyiapkan pembentikan tentara kebangsaan. Hasil kerja panitia kecil itu
dilaporkan dalam rapat pleno PPKI pada tanggal 22 Agustus 1945. Kemudian rapat
pleno memutuskan pembentukan Badan Keamanan Rakyat (BKR). BKR ditetapkan
sebagai bagian dari Badan Penolong Keluarga Korban Perang (BPKKP) yang
merupakan induk organisasi dengan tujuan untuk memelihara keselamatan
masyarakat, serta merawat para korban perang.Sementara itu, situasi keamanan
tampaknya akan makin buruk karena dibayang-bayang oleh datangnya tentara Sekutu
dan Belanda di Indonesia. Menghadapi situasi demikian para pemuda terasa
terpanggil untuk berjuang memanggul senjata. Untuk itu, berdirilah berbagai
organisasi kelaskaran di berbagai wilayah. Melihat perkembangan situasi yang
makin membahayakan negara, pimpinan Negara menyadari bahwa sulit untuk
mempertahankan negara dan kemerdekaan tanpa angkatan perang. Dalam kondisi
seperti itu, pemerintah memanggil pensiunan Mayor KNIL Oerip Soemoharjo dari
Jogjakarta ke Jakarta dan diberi tugas membentuk tentara kebangsaan. Dengan
Maklumat Pemerintah pada tanggal 5 Oktober 1945, terbentuklah organisasi
ketentaraan yang bernama Tentara Keamanan Rakyat (TKR). Semula yang ditunjuk
menjadi pemimpin tertinggi TKR adalah Supriyadi, pimpinan perlawanan Peta di Blitar
(febuari 1945), dan sebagai Mentri Keamanan Rakyat diangkat Muhammad
Surjoadikusumo, mantan Daidanco Peta. Berdasarkan Maklumat Pemerintah itu pula,
Oerip Soemoharjo membentuk Markas Tinggi TKR di Jogjakarta. Di Pulau Jawa
terbentuk 10 devisi dan di Sumatra 8 devisi.
Berkembangnya situasi yang makin
tidak menentu menyebabkan TKR membutuhkan figur pimpinan yang kuat dan
berwibawa. Akan tetapi, Supriyadi yang telah ditunjuk sebagai pemimpin
tertinggi TKR belum juga muncul sehingga dikalangan TKR merasa perlu segera
mengisi kekosongan tersebut. Dalam konferensi TKR di Jogjakarta pada tanggal 12
November 1945, Kolonel Soedirman, Panglima Devisi V Banyumas terpilih menjadi
pimpinan tertingi TKR. Pengangkatan Kolonel Soedirman dalam jabatan pelaksana
setelah selesainya pertempuran di ambarawa.Untuk menghilangkan kesimpangsiuran,
Markas Besar TKR pada tanggal 6 Desember 1945 mengeluarkan sebuah maklumat. Isi
maklumat itu menyatakan bahwa selain tentara resmi (TKR) juga dibolehkan adanya
lascar, sebab hak dan kewajiban mempertahankan negara bukanlah monopoli
tentara. Pada tanggal 18 Desember 1945 pemerintah mengangkat Kolonel Soedirman
sebagai Panglima Besar TKR dengan pangkat jenderal. Kepala Staf Umum TKR
dipegang oleh Mayor Oerip Soemoharjo. Adapun perkembangan Tentara Keamanan
Rakyat adalah sebagai berikut :
a. Pada
tanggal 7 Januari 1946, pemerintah mengubah nama Tentara Keamanan Rakyat
menjadi Tentara Keselamatan Rakyat. Kemudian Kementrian Keamanan Rakyat menjadi
Tentara Republik Indonesia.
b. Tanggal
24 Januari 1945, Tentara Keselamatan Rakyat (TKR) berganti nama menjadi Tentara
Republik Indonesia (TRI). Peegantian nama itu dilatarbelakagi oleh upaya
mendirikan tentara kebangsaan yang percaya pada kekuatan sendiri.
c. Pada
tanggal 5 Mei 1947, Presiden mengeluarkan dekret guna membentuk suatu panitia
yang ia pimpin sendiridengan nama Panitia Pembentukan Organisasi Tentar
Nasional Indonesia. Panitia tersebut beranggotakan 21 orang dari berbagai
pimpinan lascar yang paling paling berpengaruh. Pada tanggal 4 Juni 1947 keluar
sebuah penetapan yang menyatakan bahawa TRI berganti nama menjadi Tentara
Nasional Indonesia (TNI). Pergantian nama itu dilatarbelakangi oleh upaya
mereorganisasi tentara kebangsaan yang benar-benar profesional.
4. Dukungan
Daerah terhadap Pembentukan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Dukungan terhadap proklamasi
pembentukan Negara dan pemerintah Republik Indonesia adalah sebagai
berikut:
a.
Keraton Kesultanan JogjakartaPada tanggal 29 Agustus 1945
Sri Sultan Hamengkubuwono IX dari Jogjakarta mengirimkan telegram ke Jakarta
yang isinya menyatakan bahwa Kesultanan Jogjakarta sanggup berdiri di belakang
pimpinan Soekarno-Hatta.
Pada tanggal 5 September 1945 dukungan itu dipertegas dengan pengumuman
Amanat Pernyataan Sri Sultan Hamengku Buwono IX.
b.
Sumatra mendukung pemerintah Republik IndonesiaGelora
kemerdekaan Indonesia yang telah menyebar kemana-mana mendorong para pemuda,
khususnya Sumatra timur untuk bergerak. Munculnya semangat kebangsaan yang
tinggi menyebabkan para pemuda bergerak ke Jalan Jakarta No.6 Medan di bawah
pimpinan A.Tahir, Abdul Malik Munir, M.K Yusni mendukung pemerintah Republik
Indonesia yang telah berdiri.Melihat dukungan rakyat yang demikian besar dan
tanpa kenal takut, pada tanggal 3 Oktober 1945 Teuku Mohammd Hassan selaku gubernur
dengan resmi mengumumkan dimulainya pemerintah Republik Indonesia di Sumatra
dengan Medan sebagai ibu kota provinsinya.Penduduk bukittinggi pun tidak
ketinggalan mendukung Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Tanggal 29 September
1945 bendera Merah Putih berkibar di daerah-daerah di Sumatra.
c.
Sulawesi utara mendukung pemerintah Republik
IndonesiaPada tanggal 14 febuari 1945 para pemuda Sulawesi Utara di bawah
pimpinan Ch.Taulu mengadakan pemberontakan untuk mendirikan RI di Sulawesi
Utara. Awalnya, pemberontakan itu muncul di Manado yang kemudian menyebar ke
Tondano, Bitung, dan Bolang Mongondow. Perlawanan terhadap Belanda (NICA)
mendapat dukungan dari rakyat, karena rakyat sudah anti terhadap penjajah dan
mendukung berdirinya Negara republik Indonesia.
5. Pembentukan
Lembaga Pemerintahan di seluruh Daerah di Indonesia
Bentuk pemerintahan daerah di
Indonesia diatur dalam Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 18 (sebelum diamandemen)
yang berbunyi: pembagian daerah indonesia atas daerah besar dan kecil dalam
bentuk susunan pemerintahannya ditetapkan dengan undang-undang dengan memandang
dan mengingat dasar musyawarah dalam system pemerintahan negara, dan hak-hak
asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa. Hal ini berarti daerah
Indonesia akan dibagi dalam daerah profinsi dan setiap daerah profinsi akan
dibagi pula dalam daerah yang lebih kecil. Di daerah-daerah yang bersifat
otonom atau daerah administrasi, semua menurut aturan yang ditetapkan dengan
undang-undang dan akan diadakan badan perwakilan daerah. Berbagai kegiatan yang
dilakukan di daerah antara lain:
a. Pada
awal September 1945, pemerintah Republik Indonesia provinsi Sulawesi
terbentuk. Dr. G.S.S.J. Ratulangi dilantik sebagai Gubernur Sulawesi dan muli
menjalankan roda pemerintahan.
b. Di
Medan, pada tanggal 30 September 1945 para pemuda dipimpin oleh Sugondo
Kartoprojo membentuk barisan pemuda Indonesia. Gubernur Sumatra, Teuku Mohamad
Hassan juga segera membentuk pemerintah daerah di wilayah Sumatra.
c. Di
Banjarmasin, pada tanggal 10 Oktober 1945 rakyat melakukan rapat umum untuk
meresmikan berdirinya pemerintah Republic Indonesia daerah Kalimantan Timur.
Pada tanggal 1 Januari 1946 dipangkalan Bun, Sampit, dan Kota Waringin
diresmikan berdirinya Pemerintah Republik Indonesia dan Tentara Republik
Indonesia. Selain daerah-daerah tersebut diatas, daerah lain juga mengikuti
langkah-langkah yang diinstruksikan oleh pemerintah pusat untuk segera
menjalankan pemerintah di daerah di bawah pimpinan para gubernur masing-masing.
Sesuai dengan keputusan PPKI tanggal 18 Agustus 1945 bahwa tugas
Presiden dibantu oleh Komite Nasional, maka di daerah-daerah tugas
Gubenur (Kepala Daerah) juga dibantu Komite Nasional Di Daerah.
Pembentukan Komite Nasional Indonesia Daerah yang ada di tiap-tiap provinsi
merupakan lembaga yang akan berfungsi sebagai dewan perwakilan rakyat daerah
sebelum diadakan pemilihan umum. Dengan terbentuknya pemerintah di daerah yang
dibantu oleh komite nasional di daerah diharapkan roda pemerintahan dapat
berjalan, baik di tingkat pusat maupun di daerah.
kelompok 4
Para pemuda yang tergabung dalam BKR berhasil merebut kompleks penyimpanan senjata jepang dan pemancar radio Di Embong, Malang. Selain itu terjadi insiden bendera di Hotel Yamato, Tunjungan Surabaya. Insiden itu terjadi ketika beberapa orang belanda mengibarkan bendera merah putih biru di atap hotel. Tindakan tersebut menimbulkan kemarahan rakyat. Rakyat kemudian menyerbu hotel, menurunkan, dan merobek warna biru bendera itu untuk dikibarkan kembali. Insiden ini terjadi pada tanggal 19 September 1945.
Pada tanggal 14 Oktober 1945 para pemuda bermaksud memindahkan 400 orang tawanan Jepang (Veteran Angkatan Laut) dari pabrik gula cepiring menuju penjara bulu di Semarang. Akan tetapi, ditengah perjalanan para tawanan itu melarikan diri dan bergabung dengan kidobutai di Jatingaleh (Batalyon Setempat Dibawah Pimpinan Mayor Kido).
Situasi bertambah panas dengan desas desus bahwa jepang telah meracuni cadangan air minum penduduk semarang yang ada di candi. Untuk membuktikan kebenaran desas desus tersebut, dr. karyadi sebagai kepala laboratorium pusat rumah sakit pusat (parusara) melakukan pemeriksaan. Namun, yang terjadi dr. karyadi tewas di jalan pandanaran, semarang. Tewasnya dr. Karyadi menimbulkan kemarahan para pemuda Semarang.
Pada tanggal 15 0ktober 1945 pasukan kidobutai melakukan serangan ke kota Semarang dan dihadapi oleh TKR dan laksar pejuang lainnya. Pertempuran berlangsung selama lima hari dan mereda setelah pimpinan TKR berundingan dengan pasukan jepang. Kedatangan pasukan sekutu di semarang pada tanggal 20 Oktober 1945 juga mempercepat terjadinya gencatan senjata. Pasukan sekutu akhirnya menawan dan melucuti tentara jepang. Akibat pertempueran ini ribuan pemuda gugur dan ratusan orang jepang tewas.
Untuk mengenang perestiwa itu, di semarang di dirikan tugu muda dan nama Dr. Karyadi diabadikan menjadi nama sebuah Rumah Sakit Umum Di Semarang.
Pada tanggal 6 Oktober 1945, para pemuda dari tokoh masyarakat membentuk Angkatan Pemuda Indonesia (API). Penguasaan pemerintah jepang memerintahkan pembubaran organisasi itu dan para pemuda tidak boleh melakukan kegiatan perkumpulan. Atas peringatan jepang itu, para pemuda menolak keras. Anggota API kemudian merebut dan mengambil alih kantor-kantor pemerintahan. Di tempat-tempat yang telah mereka rebut para pemuda mengibarkan bendera merah putih dan berhasil melucuti senjata tentara jepang.
Pada bulan Agustus 1945, para pemuda Bali telah membentuk organisasi seperti Angkatan Muda Indonesia (AMI) dan Pemuda Republic Indonesia (PRRI). Upaya perundingan untuk menegakan kedaulatan RI telah mereka upayakan, tetapi pihak jepang selalu menghambat. Atas tindakan tersebut pada tanggal 13 Desember 1945 para pemuda merebut kekuasaan dari jepang secara serentak, tetapi belum berhasil karena persenjataan jepang masih kuat.
Rakyat Kalimantan juga berusaha menegakkan kemerdekaan dengan cara mengibarkan bendera Merah Putih, memakai lencana Merah Putih, dan mengadakan rapat-rapat, tetapi kegiatan ini dilarang oleh pasukan Sekutu yang sudah ada di Kalimantan. Rakyat tidak menghiraukan larangan Sekutu, sehingga pada tanggal 14 November 1945 di Balikpapan (Depan Markas Sekutu) berkumpul lebih kurang 8.000 orang dengan membawa bendera Merah Putih.
Rakyat Palembang dalam mendukung proklamasi dan menegakkan kedaulatan Negara Indonesia dilakukan dengan jalan mengadakan upacara pengibaran bendera Merah Putih pada tanggal 8 Oktober 1945 yang dipimpin oleh dr.A.K.Gani.
Pada kesempatan itu diumumkan bahwa Sumatra selatan berada dibawah kekuasaan RI. Upaya penegakkan kedaulatan di Sumatra selatan tidak memerlukan kekerasan, karena Jepang berusaha menghindari pertempuran.
Para pemuda bergerak untuk merebut untuk merebut Pangkalan Udara Andir (sekarang Bendara Husein Sastranegara) dan gudang senjata dari tangan Jepang.
Gubernur Sam Ratulangi menyusun pemerintah pada tanggal 19 Agustus 1945. Sementara itu, para pemuda bergerak untuk merebut gudang-gudang penting seperti stsiun radio dan tangsi polisi.
Bentrokan fisik antara pemuda dan antara Jepang terjadi di Gempe, Sape, dan Raba.
Pada tanggal 8 Oktober 1945 rakyat mengadakan upacara pengibran bendera Merah Putih. Pada tanggal itu juga diumumkan bahwa Sumatra selatan berada dibawah kekuasaan RI.
Para pemuda melakukan pengepungan markas Kempetai Jepang, sehingga terjadilah pertempuran. Dalam pertempuran itu, seorang pemuda bernama Arifin gugur.
Pada tanggal 20 0ktober 1945, tentara sekutu di bawah pimpinan Brigadir Bethellm mendarat di Semarang dengan maksud mengurus tawanan perang dan tentara Jepang yang berada di Jawa Tengah. Kedatangan sekutu ini diboncengi oleh NICA. Kedatangan sekutu ini mulanya disambut baik, bahkan Gubernur Jawa Tengah Mr.Wongsonegoro menyepekati akan menyediakan bahan makanan dan keperluan lain bagi kelancaran tugas Sekutu, sedang Sekutu berjanji tidak akan mengganggu kedaulatan Republik Indonesia.
Namun, ketika pasukan Sekutu dan NICA telah sampai di Ambarawa dan Magelang untuk membebasakan para tawanan tentara Belanda, para tawanan tersebut malah dipersenjatai sehingga menimbulkan kemarahan pihak Indonesia. Insiden bersenjata timbul di kota Magelang, hingga terjadi pertempuran. Di Magelang, tentara Sekutu bertindak sebagai penguasa yang mencoba melucuti Tentara Keamanan Rakyat dan membuat kekacauan. TKR Resimen Magelang dipimpin Letkol.M.Sarbini membalas tindakan tersebut dengan mengepung tentara Sekutu dari berbagai penjuru. Namun mereka selamat dari kehancuran berkat campur tangan Presiden Sukarno yang berhasil memenangkan susasana. Kemudian pasukan Sekutu secara diam-diam meninggalkan Kota Magelang menujunke benteng Ambarawa. Akibat peristiwa tersebut, Resimen Kedu Tengah di bawah pimpinan Letkol M. Sarbini segera mengadakan pengejaran terhadap mereka. Gerakan mundur tentara Sekutu tertahan di Desa Jambu karena dihadang oleh pasukan Angkatan Muda di bawah pimpinan Oni Sastrodihardjo yang diperkuat oleh pasukan gabungan dari Ambarawa, Suruh dan Surakarta.Tentara Sekutu kembali dihadang oleh Batalyon 1 Soerjosoempeno di Ngipik. Pada saat pengunduran, tentara Sekutu mencoba menduduki dua desa di sekitar Ambarawa. Pasukan Indonesia di bawah pimpinan Letkol. Isdiman berusaha membebaskan kedua desa tersebut, namun ia keburu gugur terlebaih dahulu. Sejak gugurnya Letkol. Isdiman, komandan Divisi 5 Banyumas, Kol Soedirman merasa kehilangan seorang perwira terbaiknya dan ia langsung turun ke lapangan untuk memimpin pertempuran. Kehadiran Kol Soedirman memberikan napas baru kepada pasukan-pasukan RI. Koordinasi diadakan diantara komando-komando sektor dan pengepungan terhadap musuh semakin ketat. Siasat yang diterapkan adalah serakan pendadakan serentak di semua sektor. Bala bantuan terus mengalir dari Yogyakarta, Solo, Salatiga, Purwokerto, Magelang, Semarang, dll
Tanggal 23 November 1945 ketika matahari mulai terbit, mulailah tembak menembak dengan pasukan sekutu yang bertahan di kompleks gereja dan kerkhop Belanda di Jl. Margo Agoeng. Pasukan Indonesia terdiri dari Yon. Imam Androgi, Yon. Soeharto, dan Yon. Soegang. Tentara Sekutu mengarahkan tawanan-tawanan Jepang dengan diperkuat tanknya, menyusup ke tempat kedudukan indonesia dari arah belakang, karena itu pasukan Indonesia indah ke Bedono.
Setelah bertempur selama empat hari, pada tanggal 15 Desember 1945 pertempuran berakhir dan Indonesia berhasil merebut Ambarawa dan sekutu dibuat mundur ke Semarang. Kemenangan pertempuran ini kini diabadikan dengan didirikannya Monumen Palagan Ambarawa dan diperingati hari jadi TNI Angkatan Darat atau Hari Juang Kartika
Peristiwa bandun lautan api adalah peristiwa kebakaran besar yang terjadi di kota bandung pada 24 Maret 1946. Dalam waktu tujuh jam sekitar 200.000 penduduk bandung membakar rumah mereka, meninggalkan kota menuju pegunungan di daerah selatan bandung. Hal ini dilakukan untuk mencegah tentara sekutu dan tentara NICA belandauntuk dapat menggunakan kota bandung sebagai markas strategis militer dalam perang kemerdekaan indonesia.
Pada tanggal 9 November 1945, pasukan sekutu di bawah pimpinan brigadril jendral T.E.D. kelly mendarat di sumatra utara yang diikuti oleh pasukan NICA. Pemerintah repuklik indonesia di sumtra utara memperkenangkan mereka untuk menepati beberapa hotel yang terdapat di mota medan. Selanjutnya mereka di tempatkan di Binjai, tanjung lapangan. Sehari setelah mendarat, tim RAPWI mendatangi kamp-kamp tawanan yang ada di medan atas persetujuan gubernur M. Hasan. Kelompokmitu langsung di bentuk menjadi medan batalion KNIL.
Dengan adanya kekuatan itu,ternyata bekas tawanan menjadi arogan dan sewenag-wenang sehingga memancinng munculnya insiden. Insiden pertama terjadi tanggal 13 oktober 1945 di jalan bali, medan. Insiden itu berawal dari ulah penghuni hotel yang merampas dan menginjak-injak lencana merah putih. Akibatnya hotel itu di serang dan di rusak oleh kalangan pemuda. Dampak dari insiden itu menjalar ke beberapa kota lain seperti peatang siantar dan brastagi.
Pada tanggal 10 oktober 1945 di bentuk TKR sumatra timur dengan pepimpinnya Achmad Tair. Selanjutnya di adakan pemanggilan bekas giugan dan heihi ke sumtara timur. Di samping TKR, terbentuk juga badan-badan perjuangan yang sejak tanggal 15 oktober 1945 menjadi pemuda repuklik indonesia sumtara timur dan kemudian berganti nama menjadi Pesindo. Sementara iti pada tanggal 1 desember 1945,pihak sekutu inggris memasang papan-papan yang bertuliskan “fixed boundaries medan area” di daerah-daerah pinggiran kota medan. Sejak saat itu nama medan area menjadi terkenal.inggris bersama NICA melakukan aksi terhadap unsur-unsur R.I di medan. Bahkan pada tanggal 10 desember 1945 mereka berusaha menghancurkan konsentrasi TKR di trepes. Aksi tersebut tentu saja mendapat perlawan yang sengit dari pemuda medan.
Dengan terjadinya peristiwa seprti itu, brigadir jendral T.E.D kelly kembali mengancam para pemuda agar menyerahkan senjata yang mereka miliki dan jika tidak akan di tembak mati.
Insiden perobeka bendera di hotel yamato ini merupakan awal dari rentetan perlawanan yang di lakukan oleh arek-arek suroboyo. Peristiwa ini bermula dari di [asangnya bendera belanda yang dilakukan oleh sekelompok orang yang di komando lamgsung oleh Mr. W.V.Ch ploegman. Peristiwa ini di lakikan sekitar pulul 21:00 pada tanggal 18 oktober 1945.
Pemasangan bendera ini tampaknya tidak di ketahui oleh para pemuda dan tanpa sepengetahuan dan persetujuan dari pemerintah R.I di surabaya. Meskipun pihak belanda memasang bendera di malam hari, tampaknya usaha itu nihil. Keesokan harinya tanggal 19 oktober 1945 sekelompok pemuda melihat berkibarnya bendera belanda itu, tak kuat menahan amarah. Hanya beberpa jam setelah mereka melihat berkibarnya bendera belanda itu, jalannan sesak oleh segerombolan masa yang marah atas ulah yang di lakukan oleh pemerintah kolonial belanda itu.
Jalan tunjangan yang nerupakan jaln pusat kota itu bagaikan kerimunan semut, banyak dari kalangan pemuda,pelajar,maupun dari golongan dewasa yang berkumpul,guna protes atas ulah yang di lakukanya. Residen sudirman yang merupakan wakil dari keresidenan daerah surabaya itu langsung menemui ploegman dengan di dampongi oleh sidik dan hariono. Mereka bertujuan untuk melakukan perundingan dengan pihak belanda ntuk menurunkan bendera tri warna tersebut. Tampaknya usaha yang dilkukan sudirman sia-sia, ploegman dengan nada keras dan mengangkat senjata revolvernya menjawab ”tentara sekutu telah menang, dan belanda merupakan sekutu,maka sekarang pemerintah hindia belanda berhak atas indonesia! Republik indonesia tidak kami akui”.
Merasa usaha yang di lakukan gagal dengan yang di sertai perasaan amarah yang begitu kuat,sidik dan harianto mengambil langkah yang mengejutkan. Sidik langsung menendang revolver yang di pengang oleh ploegman hingga terpental dan menyebabkan letusan tanpa mengenai korban. Sementara harianto menyeret sudirman dari rauanga tersebut,namun sidik masih terus melakukan pergulatan dengan ploegman dan mencekiknya hingga tewas. Setelah letusan pistol milik poegman tersebut menyebabkan bebrapa sidik hingga tersunggkur ke tanah. Mengetahui kondisi yang sepert ini akhirnya para pemuda yang di luar hotel merengsek masuk ke hotel,hingga perkelahian tak dapat di hindarkan. Sementara itu hariono dengan kusno wibowo di bantu dengan beberapa pemuda melakukan pemanjatan guna menurunkan bendera tri warna tersebut. Setelah berhasil menurunkanya mereka merobek bendera yang bagian biru hingga akhirnya berkibarlah bendera merah putih. Pekik “merdeka” di lontarkan oleh mereka sebagai tanda kehormatan dan kedaulatan dari Indonesia.
Dengan meyerhnya jepang terhadap sekutu pada tanggal 15 agustus 1945dan di susul dengan di proklamarkan republik indonesia 17 agustus 1945, maka seharusnya tamatlah kekuasaan jepang di indonesia. Dan di tunjuknya Mr wongsonegoro sebagai penguasa republik di jawa tengah dan pusat pemerintahnya di semarang, maka adalah kewajiban pemerintah di jawa tengah mengambil alih kekuasaan yang selama ini di pegang jepang, termasuk bidang pemerintahan, keaamanan, dan ketertibannya. Maka terbentuklah badan keaamanan rakyat (BKR) yang kemudian menjadi tentara keamanan rakyat (TKR).
Di beberapa tempat di jawa tengah telah terjadi pula kegiatan perlicutan senjata jepang tanpa kekerasan antara lain di banyumas, tapi terjadi kekerasan di ibukota semarang. Kido butai (pusat ketentaraan jepang di jatingaleh) nampak tidak memberikan persetujuaanya secara menyeluruh, meskipun di jamin oleh gubernur wonsonegoro, bahwam sejata tersebut tidak untuk melawan jepang. Permintaan yang berulang ulang Cuma menghasilkan senjata yang tak seberapa, dan itu pun snjata-senjata yang agak usang.
Kecurigaan BKR dan pemuda semarang semakin bertambah, setelah sekutu mulai mendaratkan pasukannya di pulau jawa.
Pihak indonesia khawatir jepang akan menyerahkan senjata-senjatanya kepada sekutu, dan berpendapat kesempatan memperoleh senjata harus dimanfaatkan sebelum sekutu mendarat di semarang.karna sudah pasti pasukan belanda yang bergabung dengan sekutu akan ikut dalam pendaratan itu yang tujuannya menjajah indonesia lagi.
Pertempuran lima hari di semarang ini dimulai menjelang minggu malam tanggal 15 oktober 1945. Keadaan kota semarang sangatlah mencekam apalagi di jalan jalan dan kampung kampung di mana ada pos BKR dan pemuda tampak keaadan siap. Pasukan pemuda terdiri dari beberapa kelompok yaitu BKR, Polisi istimewa,AMRI, AMKA (angkatan muda kereta api) dan organisasi para pemuda lainnya. Dapat pula kita tambahkan di sini, bahwa markas jepang di bantu oleh pasukan jepang sebesar 675 orang,yang mereka dalam perjalanan dari irian ke jakarta,tapi karena persoalan logistik,pasukan ini singgah ke semarang. Pasukan ini merupakan pasukan tempur yang mempunyai pengalaman di medan perang irian. Keaadan kontras sekali, karena para pemuda pejuang kita harus menghadapi pasukan jepang yang berpengalaman tempur dan lebih lengkap persenjataanya , sementara kelompok pasukan pemuda belum pernah bertempur, dan hampir-hampir tidak bersenjata.
Juga sebagian besar belum pernah mendapat latihan,kecuali di antaranya pasukan polisi intimewa, anggota BKR, dari ex-PETA dan Heihoyang pernah mendapat pendidikan dan latihan militer, tapi tanpa pengalaman tempur. Pertempuran lima hari di semarang ini diawali dengan berontakan 400 tentara jepang yang bertugas membangun pabrik senjata di cepiring dekat semarang. Pertempuran antara pemberontak jepang melawan pemuda ini berkorban sejak dari cepiring (kl 30 km sebelah barat semarang) hingga jatingaleh yang terletak di bagian atas kota. Di jatingaleh ini pasukan jepang yang dipukul mundur menggabungkan diri dengan pasukan kidobutai yang memang berpangkalan di tempat tersebut.
Suasana kota semarang menjadi panas. Terdengar bahwa pasukan kidobutai jatingaleh akan segera mengadakan serangan balasan terhadap para emuda indonesia. Situasi hangat bertambah panas dengan meluasnya desas-desus yang menggelisahkan masyarakat, bahwa cadangan air minum di candi (Siranda) telah diracuni. Pihak jepang yang disangka telah melakukan peracunan lebih memperuncing keadaan dengan melecuti delapan orang polisi indonesia yang menjaga tempat tersebut untuk menghidarkan peracunan cadangan air minum itu. Dr. Karyadi, kepala laboratorium pusat rumah sakit rakyat (perusara) ketika mendengar berita ini langsung meluncur ke siranda untuk mengecek kebenarannya. Tetapi beliau tidak pernah sampai tujuan, jenazahnya ditemukan di jalan spandanaran semarang, karena dibunuh tentara jepang (namanya diabadikan menjadi RS di semarang).
Keesokan harinya 15 oktober 1945 jam 03:00 pasukan kidobutai benar-benar melancarkan serangannya ke tengah-tengah kota semarang. Markas BKR kota semarang menepati kompleks bekas sekolah MULO di mugas (di belakang bekas pom bensin pandaran). Dibelakangnya terdapat sebuah bukit rendah dari sinilah di waktu fajar kidobutai melancarkan serangannya mendadak berkas BKR secara tiba-tiba mereka melancarkan serangan dari dua jurusan dengan tembakan mesin gancar, diperkirakan pasukan jepang yang menyerang nerjumlah 400 orang. Setelah memberikan perlawanan setengah jam pimpinan BKR akhirnya menyadari markasnya tak mungkin dapat mempertahankan lagi dan untuk menghindari kepungan tentara jepang, pasukan BKR mengundurkan diri meninggalkan maarkasnya. Pertempuran ini dimulai pada 15 oktober 1945 – 20 oktober 1945.
III. PERISTIWA SEKITAR PROKLAMASI SAMPAI TERBENTUKNYA NKRI
Proklamasi adalah pernyataan suatu bangsa untuk bebas dari penjajajahan. Bangsa Indonesia telah melewati peristiwa itu setelah pada tanggal 17 Agustus 1945 memproklasikan kemerdekaan. Sejak saat itu Indonesia berdaulat sebagai negara merdeka dalam bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
A. KEKALAHAN JEPANG DAN KEKOSONGAN KEKUASAAN
Perang Dunia II terjadi setelah Jepang membombardir Pearl Harbour pada 7 Desember 1941. Hancurnya Pearl Harbour, ternyata memudahkan Jepang untuk mewujudkan cita-citanya, yaitu membentuk persekemakmuran Asia Timur Raya. Daerah-daerah di Asia Timur dan Asia Tenggara, termasuk Indonesia berhasil diduduki oleh Jepang. Pembentukan Persekemakmuran Asia Timur Raya berhasil diwujudkan, meskipun hanya untuk sementara.
Serangan Jepang ke Indonesia (Hindia Belanda) pertama-tama terjadi 11 Januari 1942 dengan mendarat di Tarakan (Kalimantan Timur). Balikpapan yang merupakan daerah yang kaya akan minyak bumi, jatuh ketangan Jepang 24 Januari 1942, disusul kemudian Pontianak 29 Januari 1942, Samarinda 3 Pebruari 1942, Banjarmasin 10 Februari 1942. Dalam perkembangannya, Jepang mulai mengalami kesulitan, terutama setelah Amerika Serikat menarik sebagian pasukannya dari Eropa. Pada bulan Mei 1942, serangan Jepang terhadap Australia dapat dihentikan karena tentara Jepang menderita kekalahan dalam pertempuran Laut Koral (Karang). Serangan Jepang terhadap Hawai juga dapat digagalkan oleh tentara Amerika Serikat dalam pertempuran di Midway pada bulan Juni 1942. Kekalahan Jepang terhadap Sekutu, dengan ditanda tanganinya perjanjian Post Dam, maka secara resmi Jepang menyerahkan kekuasaan pada Sekutu. Dengan demikian di Indonesia terjadi kekosongan kekuasaan. Kesempatan ini oleh bangsa Indonesia dimanfaatkan untuk memproklamasikan kemerdekaan.
Untuk mengakhiri peperangan ini, maka pada tanggal 6 Agustus 1945 Amerika Serikat menjatuhkan bom atom yang pertama di atas kota Hirosyima. Tiga hari kemudian, tanggal 9 Agustus 1945, bom atom kedua dijatuhkan lagi di atas Nagasaki. Akibatnya bukan saja membawa kerugian material, karena hancurnya kedua kota tersebut dan banyaknya penduduk yang menemui ajalnya. Tetapi secara politis telah mempersulit kedudukan Kaisar Hirohito, karena harus dapat menghentikan peperangan secepatnya guna menghindari adanya korban yang lebih banyak lagi. Hal ini berarti bahwa Jepang harus secepatnya menyerah kepada Sekutu atau Serikat. Akhirnya Jepang menyerah tanpa syarat kepada Sekutu pada tanggal 14 Agustus 1945.
B. PERSIAPAN KEMERDEKAAN INDONESIA
Karena terjadi kekalahan Jepang terhadap Sekutu dalam beberapa pertempuran seperti yang disebutkan diatas, maka Jepang mulai ngobral janji. Janji itu dikenal dengan janji kemerdekaan. Bila bangsa Indonesia mau membantu Jepang dalam menghadapi Sekutu, maka kelak kemudian hari akan diberikan kemerdekaan. Untuk mengawalinya dibentuklah Badan yang bertugas menyiapkan segala sesuatu berkaitan dengan kemerdekaan yang dijanjikan. Pemerintah Jepang membentuk BPUPKI yang dalam perkembangannya berubah menjadi PPKI.
Tanggal 15 Agustus 1945, Jepang menyerah kepada Sekutu tanpa syarat. Hal ini diumumkan oleh Tenno Heika melalui radio. Kejadian itu jelas mengakibatkan pemerintah Jepang tidak dapat meneruskan janji atau usahanya mengenai kemerdekaan Indonesia. Soal terus atau tidaknya usaha mengenai kemerdekaan Indonesia tergantung sepenuhnya kepada para pemimpin bangsa Indonesia. Sementara itu Sutan Syahrir sebagai seorang yang mewakili pemuda merasa gelisah karena telah mendengar melalui radio bahwa Jepang telah kalah dan memutuskan untuk menyerah pada Sekutu. Syahrir termasuk tokoh pertama yang mendesak agar proklamasi kemerdekaan Indonesia segera dilaksanakan oleh Sukarno-Hatta tanpa harus menunggu janji Jepang. Itulah sebabnya ketika mendengar kepulangan Soekarno, Hatta dan Radjiman Wedyodiningrat dari Dalat (Saigon), maka ia segera datang ke rumah Hatta dan memintanya untuk memproklamirkan kemerdekaan Indonesia, tanpa harus menunggu dari pemerintahan Jepang. Hatta tidak dapat memenuhi permintaan Syahrir maka diajaknya ke rumah Soekarno. Namun Soekarno belum dapat menerima maksud Syahrir dengan alasan bahwa Soekarno hanya bersedia melaksanakan proklamasi, jika telah diadakan pertemuan dengan anggota-anggota PPKI lain. Dengan demikian tidak menyimpang dari rencana sebelumnya yang telah disetujui oleh pemerintah Jepang. Selain itu Soekarno akan mencoba dulu untuk mengecek kebenaran berita kekalahan Jepang tersebut.
C. PERISTIWA RENGASDENGKLOK
Sikap Soekarno dan Hatta tersebut memang cukup beralasan karena jika proklamasi dilaksanakan di luar PPKI, maka Negara Indonesia Merdeka ini harus dipertahankan pada Sekutu yang akan mendarat di Indonesia dan sekaligus tentara Jepang yang ingin menjaga status quo sebelum kedatangan Sekutu. Syahrir kemudian pergi ke Menteng Raya (markas para pemuda) bertemu dengan para pemuda seperti: Sukarni, BM Diah, Sayuti Melik dan lain-lain.
Kelompok muda menghendaki agar Soekarno-Hatta (golongan tua) segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Menurut golongan muda, tidak seharusnya para pejuang kemerdekaan Indonesia menunggu-nunggu berita resmi dari Pemerintah Pendudukan Jepang. Bangsa Indonesia harus segera mengambil inisiatifnya sendiri untuk menentukan strategi mencapai kemerdekaan. Golongan muda kemudian mengadakan rapat di salah satu ruangan Lembaga Bakteriologi di Pegangsaan Timur, Jakarta pada tanggal 15 Agustus 1945, pukul 20.30. Hadir antara lain Chaerul Saleh, Djohar Nur, Kusnandar, Subadio, Subianto, Margono, Wikana, dan Alamsyah. Rapat itu dipimpin oleh Chaerul Saleh dengan menghasilkan keputusan tuntutan-tuntutan golongan pemuda yang menegaskan bahwa kemerdekaan Indonesia adalah hak dan soal rakyat Indonesia sendiri. Yang mendapat kepercayaan dari teman-temanya untuk menemui Sukarno adalah Wikana dan Darwis.
Oleh Wikana dan Darwis, hasil keputusan itu disampaikan kepada Soekarno jam 22.30 di kediamannya, Jalan Pegangsaan Timur, No 56 Jakarta. Namun sampai saat itu Soekarno belum bersedia memproklamasikan kemerdekaan Indonesia tanpa PPKI. Di sini terjadi perdebatan sengit antara Soekarno dengan Wikana dan Darwis. Dalam perdebatan itu Wikana menuntut agar proklamasi dikumandangkan oleh Soekarno pada keesokan harinya.
Para pemuda itu kembali mengadakan pertemuan dan membahas tindakan-tindakan yang akan dibuat sehubungan dengan penolakan Soekarno-Hatta. Pertemuan ini masih dipimpin oleh Chaerul Saleh yang tetap pada pendiriannya bahwa kemerdekaan harus tetap diumumkan dan itu harus dilaksankaan oleh bangsa Indonesia sendiri, tidak seperti yang direncanakan oleh Jepang. Orang yang dianggap paling tepat untuk melaksanakan itu adalah Soekarno-Hatta. Karena mereka menolak usul pemuda itu, pemuda memutuskan untuk membawa mereka ke luar kota yaitu Rengasdengklok, letaknya yang terpencil yakni 15 km ke arah jalan raya Jakarta-Cirebon. Menurut jalan pemikiran pemuda jika Soekarno-Hatta masih berada di Jakarta maka kedua tokoh ini akan dipengaruhi dan ditekan oleh Jepang serta menghalanginya untuk memproklamirkan kemerdekaan ini dilakukan.
Pemilihan Rengasdengklok sebagai tempat pengamanan Soekarno-Hatta, didasarkan pada perhitungan militer. Antara anggota Peta Daidan Purwakarta dan Daidan Jakarta terdapat hubungan erat sejak mereka mengadakan latihan bersama. Secara geografis, Rengasdengklok letaknya terpencil. Dengan demikian akan dapat dilakukan deteksi dengan mudah terhadap setiap gerakan tentara Jepang yang hendak datang ke Rengasdengklok, baik yang datang dari arah Jakarta, maupun dari arah Bandung atau Jawa Tengah. Tujuan penculikan kedua tokoh ini selain untuk mengamankan mereka dari pengaruh Jepang, juga agar keduanya mau segera memproklamirkan kemerdekaan Indonesia terlepas dari segala ikatan dengan Jepang. Pada dasarnya Soekarno dan Hatta tidak mau ditekan oleh anak-anak muda itu, sehingga mereka tidak mau memproklamirkan kemerdekaan. Dalam suatu pembicaraan dengan Shodanco Singgih, Soekarno memang menyatakan kesediannya untuk mengadakan proklamasi segera setelah kembali ke Jakarta. Melihat sikap Soekarno ini, maka para pemuda berdasarkan rapatnya yang terakhir pada pukul 00.30 waktu Jawa jaman Jepang (24.00 WIB) tanggal 16 Agustus 1945 terdapat keputusan akan menghadakan penculikan terhadap Soekarno dan Hatta dalam rangka upaya pengamanan supaya tidak terpengaruh dari segala siasat Jepang. Pada tanggal 16 Agustus 1945 pukul 04.30 (waktu Jepang) atau pukul 04.00 WIB penculikan (menurut golongan tua) dilaksanakan. Tidak diketahui secara jelas siapakah yang memulai peristiwa ini. Ada yang mengatakan Sukarni-lah yang membawa Soekarno-Hatta dini hari ke Rengasdengklok. Menurut Soekarno Sjahrir-lah yang menjadi pemimpin penculikan dirinya dengan Hoh. Hatta.
Walaupun sudah diamankan ke Rengasdengklok, Soekarno-Hatta masih tetap dengan pendiriannya. Sikap teguh Soekarno-Hatta itu antara lain karena mereka belum percaya akan berita yang diberikan oleh pemuda serta berita resmi dari Jepang sendiri belum diperoleh. Seorang utusan pemuda yang bernama Yusuf Kunto dikirim ke Jakarta untuk melaporkan sikap Soekarno-Hatta dan sekaligus untuk mengetahui persiapan perebutan kekuasaan yang dipersiapkan pemuda di Jakarta.
Achmad Subardjo datang ke Rengasdengklok dan berhasil menyakinkan para pemuda bahwa proklamasi pasti akan diucapkan keesokan harinya pada tanggal 17 Agustus 1945. Sehingga pada tangal 16 Agustus 1945 malam hari Soekarno-Hatta dibawa kembali ke Jakarta. Sementara itu di Jakarta telah terjadi kesepakatan antara golongan tua, yakni Achmad Soebardjo dengan Wikana dari golongan muda untuk mengadakan proklamasi di Jakarta.
Laksamana Muda Maeda bersedia untuk menjamin keselamatan mereka selama berada di rumahnya. Berdasarkan kesepakatan itu Jusuf Kunto dari pihak pemuda dan Soebardjo yang diikuti oleh sekretaris pribadinya mbah Diro (Sudiro) menuju Rengasdengklok untuk menjemput Soekarno. Semua ini dilakukan tidak lepas dari rasa prihatin sebagai orang Indonesia, sehingga terpanggil untuk menghusahakan agar proklamasi kemerdekaan Indonesia dapat dilaksanakan secepat mungkin.
Namun sebelumnya perlu mempertemukan perbedaan pendapat antara golongan tua dan muda. Untuk itu maka Soekarno dan Moh. Hatta harus terlebih dahulu kembali dari Rengasdengklok ke Jakarta. Rombongan yang terdiri dari Achmad Soebardjo, Sudiro dan Yusuf Kunto segera berangkat menuju Rengasdengklok, tempat dimana Soekarno dan Moh.Hatta diamankan oleh pemuda. Rombongan tiba di Rengasdengklok pada jam 19.30 (waktu Tokyo) atau 18.00 (waktu Jawa Jepang) atau pukul 17.30 WIB dan bermaksud untuk menjemput dan segeramembawa Seoekarno-Hatta pulang ke Jakarta. Perlu ditambahkan juga, disamping Soekarno dan Hatta ikut serta pula Fatmawati dan Guntur Soekarno Putra. Peranan Achmad Subardjo sangat penting dalam peristiwa ini, karena mampu mempercayakan para pemuda, bahwa proklamasi akan dilaksanakan keesokan harinya paling lambat pukul 12.00 WIB. Ini dapat dikabulkan dengan jaminan nyawanya sebagai taruhannya. Akhirnya Subeno komandan kompi Peta setempat bersedia melepaskan Soekarno-Hatta ke Jakarta. Achmad Subardjo adalah seorang yang dekat dengan golongan tua maupun muda,bahkan dia juga sebagai penghubung dengan pemuka angkatan laut Jepang Laksamana Madya Maeda. Dan melalui dia, Maeda menawarkan rumahnya sebagai tempat yang aman dan terlindung untuk menyusun naskah Proklamasi Kemerdekaan Republik yang sudah lama ditunggu-tunggu.
D. PENYUSUNAN TEKS PROKLAMASI
Bertitik tolak dari keadaan yang demikian, kedudukan Maeda baik secara resmi maupun pribadi menjadi sangat penting. Dan justru dalam saat-saat yang genting itu, Maeda telah menunjukkan kebesaran moralnya. Berdasarkan keyakinan bahwa kemerdekaan merupakan aspirasi alamiah dan yang tidak terhindarkan dukungannya kepada tujuan kebebasan Indonesia. Di tempat kediaman Maeda Jalan Imam Bonjol No.1 Jakarta teks prokamasi ditulis. Kalimat yang pertama yang berbunyi “Kami rakyat Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaan kami” kemudian berubah menjadi “Kami bangsa Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaan Indonesia” berasal dari Achmad Subardjo. Kalimat kedua oleh Soekarno yang berbunyi “Hal-hal yang mengenai pemindahan kekuasaan dan lain-lain akan diselenggarakan dengan cara yang secermat-cermatnya serta dalam tempo yang sesingkat-singkatnya”. Kedua kalimat ini kemudian digabung dan disempurnakan oleh Moh. Hatta sehingga berbunyi seperti teks proklamasi yang kita miliki sekarang. Sekarang timbulah masalah siapakah yang akan menandatangani naskah proklamasi. Soekarno menyarankan agar semua yang hadir menandatangai naskah proklamasi itu selaku “Wakil-wakil Bangsa Indonesia”. Saran itu mendapat tantangan daripara pemuda. Kemudian Sukarni selaku salah seorang pimpinan pemuda mengusulkan, agar Soekarno-Hatta menandatangani atas nama bangsa Indonesia. Usul ini diterima dengan suara bulat. Selanjutnya Soekarno minta kepada Sayuti Melik untuk mengetik naskah tulisan tangan tersebut.
E. PROKLAMASI KEMERDEKAAN INDONESIA
Sebelum teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dibacakan, terlebih dahulu Soekarno menyampaikan pidatonya, lengkapnya sebagai berikut:
“Saudara-saudara sekalian !
Saja sudah minta saudara-saudara hadlir disini untuk menjaksikan satu peristiwa maha penting dalam sejarah kita. Berpuluh-puluh tahun kita bangsa Indonesia telah berdjoang untuk kemerdekaan tanah air kita. Bahkan telah beratus-ratus tahun ! Gelombangnja aksi kita untuk mentjapai kemerdekaan kita itu ada naik dan ada turunnya, tetapi djiwa kita tetap menudju kearah tjita-tjita.
Djuga di dalam djaman Djepang, usaha kita untuk mentjapai kemerdekaan nasional tidak henti-henti. Didalam djaman Djepang ini, tampaknja sadja kita menjandarkan diri kepada mereka. Tetapi pada hakekatnya, tetap kita menjusun tenaga kita sendiri, tetap kita pertjaja kepada kekuatan sendiri.
Sekarang tibalah saatnja kita benar-benar mengambil nasib bangsa dan nasib tanah air di dalam tangan kita sendiri. Hanja bangsa jang berani mengambil nasib dalam tangan sendiri akan dapat berdiri dengan kuatnja. Maka kami, tadi malam telah mengadakan musjawarat dengan pemuka-pemuka rakjat Indonesia, dari seluruh Indonesia. Permusjawaratan itu seia-sekata berpendapat, bahwa sekaranglah datang saatnja untuk menjatakan kemerdekaan kita.
Saudara-saudara ! Dengan ini kami njatakan kebulatan tekad itu. Dengarlah proklamasi
kami”
Ada tiga perubahan yang terdapat pada naskah yaitu kata tempoh diganti menjadi tempo, sedangkan wakil-wakil bangsa Indonesia diganti dengan Atas nama Bangsa Indonesia dan Djakarta 17-8-05 menjadi Djakarta, hari 17 boelan 8 tahoen 05. Teks Proklamasi ini akhirnya diproklamirkan pada hari Jumat Legi pada pukul 10.00 WIB di Jalan pegangsaan Timur No.56 Jakarta. Dalam peristiwa proklamasi itu, disusunlah acara sebagai berikut:
1. Pembacaan Proklamasi.
Disampaikan oleh Soekarno, kemudian dilanjutkan dengan pidato singkat berbunyi: Demikianlah, saudara-saudara !
Kita sekarang telah merdeka!
Tidak ada satu ikatan lagi yang mengikat tanah-air kita bangsa kita!
Mulai saat ini kita menyusun Negara kita! Negara Merdeka, Negara Republik
Indonesia, medeka kekal dan abadi.
Insya allah, Tuhan memberkati kemerdekaan kita itu!
2. Pengibaran bendera Merah Putih.
Pengibaran dilaksanakan oleh Suhud dan Latief Hendradiningrat. Namun secara spontan peserta menyanyikan lagu Indonesia Raya, sehingga sampai sekarang pengibaran bendera Merah Putih dalam setiap upacara bendera selalu diiringi dengan lagu Kebangsaan Indonesia Raya.
3. Sambutan Wali Kota Suwirjo dan dr. Muwardi.
Peristiwa besar tersebut hanya berlangsung lebih kurang satu jam lamanya. Namun demikian pengaruhnya besar sekali, sebab perstiwa tersebut telah membawa perubahan yang luar biasa dalam kehidupan bangsa Indonesia. Proklamasi Kemerdekaan Indonesia itu bukan hanya sebagai tanda bahwa sejak itu bangsa Indonesia telah merdeka, tetapi di sisi lain juga merupan detik penjebolan tertib hukum kolonial dan sekaligus detik pembangunan bagi tertib hukum nasional, suatu tertib hukum Indonesia. Proklamasi kemerdekaan itu merupakan salah satu sarana untuk merealisasikan masyarakat Indonesia yang merdeka, berdaulat, adil dan makmur, serta untuk ikut membentuk “dunia baru” yang damai dan abadi, bebas dari segala penghisapan manusia oleh manusia dan bangsa oleh bangsa lain.
F. MAKNA PROKLAMASI
Menurut kalimat-kalimat yang terdapat di dalam teks Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 berisi suatu pernyataan kemerdekaan yang memberi tahu kepada bangsa Indonesia sendiri dan kepada dunia luar, bahwa saat itu bangsa Indonesia telah merdeka, lepas dari penjajahan. Bangsa Indonesia benar-benar telah siap untuk mempertahankan kemerdekaan yang telah diproklamasikannya itu, demikian juga siap untuk mempertahankan negara yang baru didirikan tersebut. Hal itu ditunjukkan oleh kalimat pertama pada naskah
proklamasi yang berbunyi: “Kami banga Indonesia, dengan ini menyatakan kemerdekaan Indonesia”. Apabila ditelaah, maka proklamasi kemerdekaan itu mengandung beberapa aspek:
1. Dari sudut Ilmu Hukum, maka proklamasi atau pernyataan yang berisikan keputusan bangsa Indonesia telah menghapuskan tata hukum kolonial untuk pada saat itu juga digantikan dengan tata hukum nasional (Indonesia).
2. Dari sudut politik-ideologis, maka proklamasi atau pernyataan yang berisikan keputusan bangsa Indonesia telah berhasil melepaskan diri dari segala belenggu penjajahan dan sekaligus membangun perumahan baru, yaitu perumahan Negara Proklamasi Republik Indonesia yang bebas, merdeka dan berdaulat penuh.
3. Proklamasi Kemerdekaan ialah suatu alat hukum internasional untuk menyatakan kepada rakyat dan seluruh dunia, bahwa bangsa Indonesia mengambil nasib ke dalam tangannya sendiri untuk menggenggam seluruh hak kemerdekaan yang meliputi bangsa, tanah air, pemerintahan dan kebahagiaan rakyat.
4. Proklamasi sebagai dasar untuk meruntuhkan segala hal yang mendukung kolonialisme, imperialisme dan selain itu proklamasi adalah dasar untuk membangun segala hal yang berhubungan langsung dengan kemerdekaan nasional.
5. Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 juga dapat dipandang sebagai puncak perjuangan rakyat Indonesia dalam mencapai kemerdekaannya. Perjuangan rakyat tersebut telah mengorbankan harta benda, darah dan jiwa yang berlangsung sudah sejak berabad-abad lamanya untuk membangun persatuan dan kesatuan serta merebut kemerdekaan bangsa dari tangan penjajah.
6. Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 bertujuan untuk kebahagiaan seluruh rakyat Indonesia. Agar kita bahagia, antara lain harus ada kesamaan diantara kita semua meliputi berbagai bidang misalnya bidang ideologi, bidang politik, bidang ekonomi, bidang hukum, bidang sastra kebudayaan, pendidikan dan lain-lain. Dengan berhasil diproklamirkannya kemerdekaan, maka bangsa dan negara Indonesia telah lahir sebagai bangsa dan negara yang merdeka, baik secara de fakto maupun secara de yure.
G. DUKUNGAN DAERAH TERHADAP PEMBENTUKAN NEGARA DAN PEMERINTAHAN REPUBLIK INDONESIA.
Proklamasi Kemerdekaan telah dibentuk negara Republik Indonesia. Ada beberapa langkah yang dilakukan oleh PPKI dalam rangka untuk menyempurnakan Indonesia sebagai negara dengan pemerintahan yang sah yaitu:
Pertama, pada tanggal 18 Agustus 1945
1). Mengesahkan dan menetapkan Undang-Undang dasar Republik Indonesia yang kemudian dikenal sebagai Undang-Undang Dasar 1945.
2). Memilih Ir. Soekarno sebagai Presiden dan Drs. Moh. Hatta sebagai Wakil Presiden.
3). Pembentukan Komite Nasional Indonesia Pusat sebagai lembaga legislatifnya.
Kedua, tanggal 19 Agustus 1945
1). Pembagian wilayah Indonesia menjadi, terdiri atas 8 propinsi yaitu; Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Borneo (Kalimantan), Sulawesi, Maluku, Sunda Kecil, dan Sumatra.
2). Pembentukan Komite Nasional Indonesia di daerah.
3). Membentuk 13 kementrian yaitu; Departemen Dalam Negeri, Departemen Luar Negeri, Departemen Kehakiman, Departemen Keuangan, Departemen Kemakmuran, Departemen Kesehatan, Departemen Pengajaran,Pendidikan dan Kebudayaan, Departemen Sosial, Departemen Pertahanan, Departemen Perhubungan, dan Departemen Pekerjaan Umum.
Ketiga, tanggal 22 Agustus 1945
1). Pembentukan Komite Nasional.
2). Pembentukan Partai nasional Indonesia,dan
3). Pembentukan Badan Keamanan Rakyat.
Kemerdekaan yang diproklamirkan tersebut ternyata mendapat sambutan yang luar biasa dari daerah-daerah. Respon penting yang perlu mendapat perhatian adalah dari Yogyakarta. Pada tanggal 5 September 1945 Sri Sultan Hamengku Buwono IX menyatakan Negeri Ngayogyokarto Hadidingrat yang bersifat kerajaan sebagai Daerah Istimewa dalam Negera Republik Indonesia. Penyambutan kemerdekaan terus terjadi, pada tanggal 19 September 1945 terjadi dua peristiwa penting di tanah air secara bersamaan. Di Surabaya terjadi peristiwa yang dikenal dengan nama Insiden Bendera di Hotel Oranye yaitu perobekan bendera tiga warna (merah, putih, dan biru) milik Belanda menjadi dua warna (merah putih). Di Jakarta terjadi rapat raksasa di Lapangan IKADA (Ikatan Atletik Djakarta) untuk menyambut Proklamasi Kemerdekaan . Untuk menghindari terjadinya pertumpahan darah, maka Presiden Soekarno berkata;
”Percayalah rakyat kepada pemerintah Republik Indonesia. Kalau memang saudara-saudara percaya kepada pemerintah Republik yang akan mempertahankan Proklamasi Kemerdekaan itu, walaupun dada kami akan dirobek-robek, kami tetap akan mempertahankan. Maka berilah kepercayaan itu kepada kami dengan cara tunduk kepada perintah-perintah dan tunduk kepada disiplin”.
Di Yogyakarta, perebutan kekuasaan secara serentak dimulai tanggal 26 September 1945. Sejak pagi semua pegawai instansi pemerintahan dan perusahaan-perusahaan yang dikuasai oleh Jepang mengadakan aksi pemogokan. Mereka memaksa orang-orang Jepang agar menyerahkan kantormereka kepada orang Indonesia.
About these ads
UNTUK SEMENTARA BARU 7 KELOMPOK , TERIMAKASIH , KELOMPOK YANG LAIN MENYUSUl , karena ada kesalahan teknis file corrupt
kelompok 4
1. Dewi
Wulandari (11)
2. Nurani
Iswidiasih (21)
3. Sindi
Nugraheni (30)
4. Siska
Nur’Aini Dewi (31)
I.
Sambutan Rakyat Diberbagai Daerah Terhadap
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
1)
Tindakan
heroik di Surabaya
Para pemuda yang tergabung dalam BKR berhasil merebut kompleks penyimpanan senjata jepang dan pemancar radio Di Embong, Malang. Selain itu terjadi insiden bendera di Hotel Yamato, Tunjungan Surabaya. Insiden itu terjadi ketika beberapa orang belanda mengibarkan bendera merah putih biru di atap hotel. Tindakan tersebut menimbulkan kemarahan rakyat. Rakyat kemudian menyerbu hotel, menurunkan, dan merobek warna biru bendera itu untuk dikibarkan kembali. Insiden ini terjadi pada tanggal 19 September 1945.
2)
Tindakan
heroik di Semarang
Pada tanggal 14 Oktober 1945 para pemuda bermaksud memindahkan 400 orang tawanan Jepang (Veteran Angkatan Laut) dari pabrik gula cepiring menuju penjara bulu di Semarang. Akan tetapi, ditengah perjalanan para tawanan itu melarikan diri dan bergabung dengan kidobutai di Jatingaleh (Batalyon Setempat Dibawah Pimpinan Mayor Kido).
Situasi bertambah panas dengan desas desus bahwa jepang telah meracuni cadangan air minum penduduk semarang yang ada di candi. Untuk membuktikan kebenaran desas desus tersebut, dr. karyadi sebagai kepala laboratorium pusat rumah sakit pusat (parusara) melakukan pemeriksaan. Namun, yang terjadi dr. karyadi tewas di jalan pandanaran, semarang. Tewasnya dr. Karyadi menimbulkan kemarahan para pemuda Semarang.
Pada tanggal 15 0ktober 1945 pasukan kidobutai melakukan serangan ke kota Semarang dan dihadapi oleh TKR dan laksar pejuang lainnya. Pertempuran berlangsung selama lima hari dan mereda setelah pimpinan TKR berundingan dengan pasukan jepang. Kedatangan pasukan sekutu di semarang pada tanggal 20 Oktober 1945 juga mempercepat terjadinya gencatan senjata. Pasukan sekutu akhirnya menawan dan melucuti tentara jepang. Akibat pertempueran ini ribuan pemuda gugur dan ratusan orang jepang tewas.
Untuk mengenang perestiwa itu, di semarang di dirikan tugu muda dan nama Dr. Karyadi diabadikan menjadi nama sebuah Rumah Sakit Umum Di Semarang.
3)
Tindakan
heroik di Aceh
Pada tanggal 6 Oktober 1945, para pemuda dari tokoh masyarakat membentuk Angkatan Pemuda Indonesia (API). Penguasaan pemerintah jepang memerintahkan pembubaran organisasi itu dan para pemuda tidak boleh melakukan kegiatan perkumpulan. Atas peringatan jepang itu, para pemuda menolak keras. Anggota API kemudian merebut dan mengambil alih kantor-kantor pemerintahan. Di tempat-tempat yang telah mereka rebut para pemuda mengibarkan bendera merah putih dan berhasil melucuti senjata tentara jepang.
4)
Tindakan
heroik di Bali
Pada bulan Agustus 1945, para pemuda Bali telah membentuk organisasi seperti Angkatan Muda Indonesia (AMI) dan Pemuda Republic Indonesia (PRRI). Upaya perundingan untuk menegakan kedaulatan RI telah mereka upayakan, tetapi pihak jepang selalu menghambat. Atas tindakan tersebut pada tanggal 13 Desember 1945 para pemuda merebut kekuasaan dari jepang secara serentak, tetapi belum berhasil karena persenjataan jepang masih kuat.
5)
Tindakan
heroik di Kalimantan
Rakyat Kalimantan juga berusaha menegakkan kemerdekaan dengan cara mengibarkan bendera Merah Putih, memakai lencana Merah Putih, dan mengadakan rapat-rapat, tetapi kegiatan ini dilarang oleh pasukan Sekutu yang sudah ada di Kalimantan. Rakyat tidak menghiraukan larangan Sekutu, sehingga pada tanggal 14 November 1945 di Balikpapan (Depan Markas Sekutu) berkumpul lebih kurang 8.000 orang dengan membawa bendera Merah Putih.
6)
Tindakan
heroik di Palembang
Rakyat Palembang dalam mendukung proklamasi dan menegakkan kedaulatan Negara Indonesia dilakukan dengan jalan mengadakan upacara pengibaran bendera Merah Putih pada tanggal 8 Oktober 1945 yang dipimpin oleh dr.A.K.Gani.
Pada kesempatan itu diumumkan bahwa Sumatra selatan berada dibawah kekuasaan RI. Upaya penegakkan kedaulatan di Sumatra selatan tidak memerlukan kekerasan, karena Jepang berusaha menghindari pertempuran.
7)
Tindakan
heroik di Bandung
Para pemuda bergerak untuk merebut untuk merebut Pangkalan Udara Andir (sekarang Bendara Husein Sastranegara) dan gudang senjata dari tangan Jepang.
8)
Tindakan heroik di Makasar
Gubernur Sam Ratulangi menyusun pemerintah pada tanggal 19 Agustus 1945. Sementara itu, para pemuda bergerak untuk merebut gudang-gudang penting seperti stsiun radio dan tangsi polisi.
9)
Tindakan
heroik di Sumbawa
Bentrokan fisik antara pemuda dan antara Jepang terjadi di Gempe, Sape, dan Raba.
10)
Tindakan
heroik di Sumatra Selatan
Pada tanggal 8 Oktober 1945 rakyat mengadakan upacara pengibran bendera Merah Putih. Pada tanggal itu juga diumumkan bahwa Sumatra selatan berada dibawah kekuasaan RI.
11)
Tindakan
heroik di Lampung
Para pemuda yang tergabung dalam
API (Angkatan Pemuda Indonesia) melucuti senjata Jepang di Teluk Betung,
Kalianda, dan Menggala.
12)
Tindakan
heroik di Solo
Para pemuda melakukan pengepungan markas Kempetai Jepang, sehingga terjadilah pertempuran. Dalam pertempuran itu, seorang pemuda bernama Arifin gugur.
13)
Tindakan
heroik di Palagan Ambarawa
Pada tanggal 20 0ktober 1945, tentara sekutu di bawah pimpinan Brigadir Bethellm mendarat di Semarang dengan maksud mengurus tawanan perang dan tentara Jepang yang berada di Jawa Tengah. Kedatangan sekutu ini diboncengi oleh NICA. Kedatangan sekutu ini mulanya disambut baik, bahkan Gubernur Jawa Tengah Mr.Wongsonegoro menyepekati akan menyediakan bahan makanan dan keperluan lain bagi kelancaran tugas Sekutu, sedang Sekutu berjanji tidak akan mengganggu kedaulatan Republik Indonesia.
Namun, ketika pasukan Sekutu dan NICA telah sampai di Ambarawa dan Magelang untuk membebasakan para tawanan tentara Belanda, para tawanan tersebut malah dipersenjatai sehingga menimbulkan kemarahan pihak Indonesia. Insiden bersenjata timbul di kota Magelang, hingga terjadi pertempuran. Di Magelang, tentara Sekutu bertindak sebagai penguasa yang mencoba melucuti Tentara Keamanan Rakyat dan membuat kekacauan. TKR Resimen Magelang dipimpin Letkol.M.Sarbini membalas tindakan tersebut dengan mengepung tentara Sekutu dari berbagai penjuru. Namun mereka selamat dari kehancuran berkat campur tangan Presiden Sukarno yang berhasil memenangkan susasana. Kemudian pasukan Sekutu secara diam-diam meninggalkan Kota Magelang menujunke benteng Ambarawa. Akibat peristiwa tersebut, Resimen Kedu Tengah di bawah pimpinan Letkol M. Sarbini segera mengadakan pengejaran terhadap mereka. Gerakan mundur tentara Sekutu tertahan di Desa Jambu karena dihadang oleh pasukan Angkatan Muda di bawah pimpinan Oni Sastrodihardjo yang diperkuat oleh pasukan gabungan dari Ambarawa, Suruh dan Surakarta.Tentara Sekutu kembali dihadang oleh Batalyon 1 Soerjosoempeno di Ngipik. Pada saat pengunduran, tentara Sekutu mencoba menduduki dua desa di sekitar Ambarawa. Pasukan Indonesia di bawah pimpinan Letkol. Isdiman berusaha membebaskan kedua desa tersebut, namun ia keburu gugur terlebaih dahulu. Sejak gugurnya Letkol. Isdiman, komandan Divisi 5 Banyumas, Kol Soedirman merasa kehilangan seorang perwira terbaiknya dan ia langsung turun ke lapangan untuk memimpin pertempuran. Kehadiran Kol Soedirman memberikan napas baru kepada pasukan-pasukan RI. Koordinasi diadakan diantara komando-komando sektor dan pengepungan terhadap musuh semakin ketat. Siasat yang diterapkan adalah serakan pendadakan serentak di semua sektor. Bala bantuan terus mengalir dari Yogyakarta, Solo, Salatiga, Purwokerto, Magelang, Semarang, dll
Tanggal 23 November 1945 ketika matahari mulai terbit, mulailah tembak menembak dengan pasukan sekutu yang bertahan di kompleks gereja dan kerkhop Belanda di Jl. Margo Agoeng. Pasukan Indonesia terdiri dari Yon. Imam Androgi, Yon. Soeharto, dan Yon. Soegang. Tentara Sekutu mengarahkan tawanan-tawanan Jepang dengan diperkuat tanknya, menyusup ke tempat kedudukan indonesia dari arah belakang, karena itu pasukan Indonesia indah ke Bedono.
Setelah bertempur selama empat hari, pada tanggal 15 Desember 1945 pertempuran berakhir dan Indonesia berhasil merebut Ambarawa dan sekutu dibuat mundur ke Semarang. Kemenangan pertempuran ini kini diabadikan dengan didirikannya Monumen Palagan Ambarawa dan diperingati hari jadi TNI Angkatan Darat atau Hari Juang Kartika
14)
Peristiwa
Bandung Lautan Api
Peristiwa bandun lautan api adalah peristiwa kebakaran besar yang terjadi di kota bandung pada 24 Maret 1946. Dalam waktu tujuh jam sekitar 200.000 penduduk bandung membakar rumah mereka, meninggalkan kota menuju pegunungan di daerah selatan bandung. Hal ini dilakukan untuk mencegah tentara sekutu dan tentara NICA belandauntuk dapat menggunakan kota bandung sebagai markas strategis militer dalam perang kemerdekaan indonesia.
15)
Peristiwa
Medan Area
Pada tanggal 9 November 1945, pasukan sekutu di bawah pimpinan brigadril jendral T.E.D. kelly mendarat di sumatra utara yang diikuti oleh pasukan NICA. Pemerintah repuklik indonesia di sumtra utara memperkenangkan mereka untuk menepati beberapa hotel yang terdapat di mota medan. Selanjutnya mereka di tempatkan di Binjai, tanjung lapangan. Sehari setelah mendarat, tim RAPWI mendatangi kamp-kamp tawanan yang ada di medan atas persetujuan gubernur M. Hasan. Kelompokmitu langsung di bentuk menjadi medan batalion KNIL.
Dengan adanya kekuatan itu,ternyata bekas tawanan menjadi arogan dan sewenag-wenang sehingga memancinng munculnya insiden. Insiden pertama terjadi tanggal 13 oktober 1945 di jalan bali, medan. Insiden itu berawal dari ulah penghuni hotel yang merampas dan menginjak-injak lencana merah putih. Akibatnya hotel itu di serang dan di rusak oleh kalangan pemuda. Dampak dari insiden itu menjalar ke beberapa kota lain seperti peatang siantar dan brastagi.
Pada tanggal 10 oktober 1945 di bentuk TKR sumatra timur dengan pepimpinnya Achmad Tair. Selanjutnya di adakan pemanggilan bekas giugan dan heihi ke sumtara timur. Di samping TKR, terbentuk juga badan-badan perjuangan yang sejak tanggal 15 oktober 1945 menjadi pemuda repuklik indonesia sumtara timur dan kemudian berganti nama menjadi Pesindo. Sementara iti pada tanggal 1 desember 1945,pihak sekutu inggris memasang papan-papan yang bertuliskan “fixed boundaries medan area” di daerah-daerah pinggiran kota medan. Sejak saat itu nama medan area menjadi terkenal.inggris bersama NICA melakukan aksi terhadap unsur-unsur R.I di medan. Bahkan pada tanggal 10 desember 1945 mereka berusaha menghancurkan konsentrasi TKR di trepes. Aksi tersebut tentu saja mendapat perlawan yang sengit dari pemuda medan.
Dengan terjadinya peristiwa seprti itu, brigadir jendral T.E.D kelly kembali mengancam para pemuda agar menyerahkan senjata yang mereka miliki dan jika tidak akan di tembak mati.
16)
Peristiwa
Hotal Yamato
Insiden perobeka bendera di hotel yamato ini merupakan awal dari rentetan perlawanan yang di lakukan oleh arek-arek suroboyo. Peristiwa ini bermula dari di [asangnya bendera belanda yang dilakukan oleh sekelompok orang yang di komando lamgsung oleh Mr. W.V.Ch ploegman. Peristiwa ini di lakikan sekitar pulul 21:00 pada tanggal 18 oktober 1945.
Pemasangan bendera ini tampaknya tidak di ketahui oleh para pemuda dan tanpa sepengetahuan dan persetujuan dari pemerintah R.I di surabaya. Meskipun pihak belanda memasang bendera di malam hari, tampaknya usaha itu nihil. Keesokan harinya tanggal 19 oktober 1945 sekelompok pemuda melihat berkibarnya bendera belanda itu, tak kuat menahan amarah. Hanya beberpa jam setelah mereka melihat berkibarnya bendera belanda itu, jalannan sesak oleh segerombolan masa yang marah atas ulah yang di lakukan oleh pemerintah kolonial belanda itu.
Jalan tunjangan yang nerupakan jaln pusat kota itu bagaikan kerimunan semut, banyak dari kalangan pemuda,pelajar,maupun dari golongan dewasa yang berkumpul,guna protes atas ulah yang di lakukanya. Residen sudirman yang merupakan wakil dari keresidenan daerah surabaya itu langsung menemui ploegman dengan di dampongi oleh sidik dan hariono. Mereka bertujuan untuk melakukan perundingan dengan pihak belanda ntuk menurunkan bendera tri warna tersebut. Tampaknya usaha yang dilkukan sudirman sia-sia, ploegman dengan nada keras dan mengangkat senjata revolvernya menjawab ”tentara sekutu telah menang, dan belanda merupakan sekutu,maka sekarang pemerintah hindia belanda berhak atas indonesia! Republik indonesia tidak kami akui”.
Merasa usaha yang di lakukan gagal dengan yang di sertai perasaan amarah yang begitu kuat,sidik dan harianto mengambil langkah yang mengejutkan. Sidik langsung menendang revolver yang di pengang oleh ploegman hingga terpental dan menyebabkan letusan tanpa mengenai korban. Sementara harianto menyeret sudirman dari rauanga tersebut,namun sidik masih terus melakukan pergulatan dengan ploegman dan mencekiknya hingga tewas. Setelah letusan pistol milik poegman tersebut menyebabkan bebrapa sidik hingga tersunggkur ke tanah. Mengetahui kondisi yang sepert ini akhirnya para pemuda yang di luar hotel merengsek masuk ke hotel,hingga perkelahian tak dapat di hindarkan. Sementara itu hariono dengan kusno wibowo di bantu dengan beberapa pemuda melakukan pemanjatan guna menurunkan bendera tri warna tersebut. Setelah berhasil menurunkanya mereka merobek bendera yang bagian biru hingga akhirnya berkibarlah bendera merah putih. Pekik “merdeka” di lontarkan oleh mereka sebagai tanda kehormatan dan kedaulatan dari Indonesia.
17)
Pertempuran lima hari di
Semarang
Dengan meyerhnya jepang terhadap sekutu pada tanggal 15 agustus 1945dan di susul dengan di proklamarkan republik indonesia 17 agustus 1945, maka seharusnya tamatlah kekuasaan jepang di indonesia. Dan di tunjuknya Mr wongsonegoro sebagai penguasa republik di jawa tengah dan pusat pemerintahnya di semarang, maka adalah kewajiban pemerintah di jawa tengah mengambil alih kekuasaan yang selama ini di pegang jepang, termasuk bidang pemerintahan, keaamanan, dan ketertibannya. Maka terbentuklah badan keaamanan rakyat (BKR) yang kemudian menjadi tentara keamanan rakyat (TKR).
Di beberapa tempat di jawa tengah telah terjadi pula kegiatan perlicutan senjata jepang tanpa kekerasan antara lain di banyumas, tapi terjadi kekerasan di ibukota semarang. Kido butai (pusat ketentaraan jepang di jatingaleh) nampak tidak memberikan persetujuaanya secara menyeluruh, meskipun di jamin oleh gubernur wonsonegoro, bahwam sejata tersebut tidak untuk melawan jepang. Permintaan yang berulang ulang Cuma menghasilkan senjata yang tak seberapa, dan itu pun snjata-senjata yang agak usang.
Kecurigaan BKR dan pemuda semarang semakin bertambah, setelah sekutu mulai mendaratkan pasukannya di pulau jawa.
Pihak indonesia khawatir jepang akan menyerahkan senjata-senjatanya kepada sekutu, dan berpendapat kesempatan memperoleh senjata harus dimanfaatkan sebelum sekutu mendarat di semarang.karna sudah pasti pasukan belanda yang bergabung dengan sekutu akan ikut dalam pendaratan itu yang tujuannya menjajah indonesia lagi.
Pertempuran lima hari di semarang ini dimulai menjelang minggu malam tanggal 15 oktober 1945. Keadaan kota semarang sangatlah mencekam apalagi di jalan jalan dan kampung kampung di mana ada pos BKR dan pemuda tampak keaadan siap. Pasukan pemuda terdiri dari beberapa kelompok yaitu BKR, Polisi istimewa,AMRI, AMKA (angkatan muda kereta api) dan organisasi para pemuda lainnya. Dapat pula kita tambahkan di sini, bahwa markas jepang di bantu oleh pasukan jepang sebesar 675 orang,yang mereka dalam perjalanan dari irian ke jakarta,tapi karena persoalan logistik,pasukan ini singgah ke semarang. Pasukan ini merupakan pasukan tempur yang mempunyai pengalaman di medan perang irian. Keaadan kontras sekali, karena para pemuda pejuang kita harus menghadapi pasukan jepang yang berpengalaman tempur dan lebih lengkap persenjataanya , sementara kelompok pasukan pemuda belum pernah bertempur, dan hampir-hampir tidak bersenjata.
Juga sebagian besar belum pernah mendapat latihan,kecuali di antaranya pasukan polisi intimewa, anggota BKR, dari ex-PETA dan Heihoyang pernah mendapat pendidikan dan latihan militer, tapi tanpa pengalaman tempur. Pertempuran lima hari di semarang ini diawali dengan berontakan 400 tentara jepang yang bertugas membangun pabrik senjata di cepiring dekat semarang. Pertempuran antara pemberontak jepang melawan pemuda ini berkorban sejak dari cepiring (kl 30 km sebelah barat semarang) hingga jatingaleh yang terletak di bagian atas kota. Di jatingaleh ini pasukan jepang yang dipukul mundur menggabungkan diri dengan pasukan kidobutai yang memang berpangkalan di tempat tersebut.
Suasana kota semarang menjadi panas. Terdengar bahwa pasukan kidobutai jatingaleh akan segera mengadakan serangan balasan terhadap para emuda indonesia. Situasi hangat bertambah panas dengan meluasnya desas-desus yang menggelisahkan masyarakat, bahwa cadangan air minum di candi (Siranda) telah diracuni. Pihak jepang yang disangka telah melakukan peracunan lebih memperuncing keadaan dengan melecuti delapan orang polisi indonesia yang menjaga tempat tersebut untuk menghidarkan peracunan cadangan air minum itu. Dr. Karyadi, kepala laboratorium pusat rumah sakit rakyat (perusara) ketika mendengar berita ini langsung meluncur ke siranda untuk mengecek kebenarannya. Tetapi beliau tidak pernah sampai tujuan, jenazahnya ditemukan di jalan spandanaran semarang, karena dibunuh tentara jepang (namanya diabadikan menjadi RS di semarang).
Keesokan harinya 15 oktober 1945 jam 03:00 pasukan kidobutai benar-benar melancarkan serangannya ke tengah-tengah kota semarang. Markas BKR kota semarang menepati kompleks bekas sekolah MULO di mugas (di belakang bekas pom bensin pandaran). Dibelakangnya terdapat sebuah bukit rendah dari sinilah di waktu fajar kidobutai melancarkan serangannya mendadak berkas BKR secara tiba-tiba mereka melancarkan serangan dari dua jurusan dengan tembakan mesin gancar, diperkirakan pasukan jepang yang menyerang nerjumlah 400 orang. Setelah memberikan perlawanan setengah jam pimpinan BKR akhirnya menyadari markasnya tak mungkin dapat mempertahankan lagi dan untuk menghindari kepungan tentara jepang, pasukan BKR mengundurkan diri meninggalkan maarkasnya. Pertempuran ini dimulai pada 15 oktober 1945 – 20 oktober 1945.
II.
Mendeskripsikan
sambutan masyarakat Boyolali setelah mendengar proklamasi kemerdekaan 17
Agustus 1945.
Berita Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia di berbagai daerah diterima secara terlambat dikarenakan
alat-alat komunikasi sulit untuk dijangkau. Faktor lain yang mempengaruhi
adalah rakyat Indonesia mendapat tekanan dan ancaman oleh Pemerintah Jepang.
Tetapi lain hal dengan masyarakat Boyolali yang sebelumnya telah mendapatkan
berita, maka pada tanggal 17 Agustus 1945 para pemuda yang telah menyimpan
radio secara rahasia di Barisan Pelopor dapat mengikuti tuntunan acara
Proklamasi Kemerdekaan yang dilaksanakan di Jakarta. Markas Cabangnya
berpusat dirumah Amongwardoyo, tepatnya di jalan Merbabu Boyolali. Melalui
Radio Rahasia/Radio Gelap itulah para anggota Barisan Pelopor dapat mengetahui
pidato Bung Karno tentang Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia. Berita
tersebut disiarkan dengan bantuan Angkatan Muda Indonesia (AMI). Pada tanggal
19 Agustus 1945 ada seorang pemuda yang bernama Indromarjoko yang berasal dari
Solo memberikan plakat-plakat
tentang kemerdekaan dan Lencana Merah Putih untuk ditempelkan pada
gedung-gedung ditepi jalan. Dengan tindakan tersebut
berarti memberikan penerangan kepada masyarakat Boyolali tentang adanya
Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia. Disisi lain, Para Pemuda
Boyolali spontan mengibarkan bendera merah putih untuk yang pertama kali
dikibarkan di halaman kantor Kabupaten Boyolali, setelah didahului dengan
penurunan Bendera Jepang. Pengibar Benderanya adalah Mandani dan Amongwardoyo,
dan disaksikan oleh Harbuntalib, Soebagiyo, RNg Swonopranoto, Kunto Sudarsono,
dan beberapa orang yang lain. Pada sore harinya bendera
tersebut diturunkan oleh Bupati Boyolali RT Reksonagoro. Bahkan karena adanya
ultimatum dari Bupati maka pengibaran bendera dipindahkan ke sebelah selatan
Benteng Renovatum(sekarang
dikenal dengan Taman Sonokridanggo). Piket penjagaan bendera diadakan
dan diatur terus menerus secara bergiliran. Dengan adanya larangan pengibaran
bendera tersebut justru merupakan cambuk tumbuhnya semangat Nasional merebut
pemerintahan dari tangan Jepang. Selain itu di Boyolali juga terdapat tempat-tempat
pertahanan yang digunakan oleh Jepang. Karena
pada saat itu posisi
Jepang semakin tersedak, maka Jepang
bersiap – siap membuat pertahanan terakhir dan membuat persembunyian sewaktu –
waktu jika sekutu
berhasil menguasainya. Pada
situasi yang demikian itu Boyolali dijadikan tempat pertahanan dan
perlindungan, bahkan mungkin untuk seluruh Karesidenan Surakarta dipusatkan di
Boyolali. Tempat – tempat pertahanan maupun persembunyian itu antara lain :
a. daerah Kecamatan Musuk :
di Tampir, Gares, Sukorame,. Tempat ini digunakan untuk menyimpan
bahan makanan dan bermacam
– macam kebutuhan harian.
b. kecamatan Cepogo, dibuat goa – goa yang
dapat membuat beribu – ribu orang. Gua itu terletak di lereng gunung Merapi
bagian Timur.
c. Kecamatan Nogosari :
Glonggong, Gunung Madu terdapat gua – gua untuk menyimpan senjata.
d. Bangak, Kecamatan Banyudono,
terdapat gudang mesin
e. Bulu, Simo, Wonosegoro,
juga dibuat gua – gua untuk persiapan gerilya, serta di Teras dibuat persiapan
lapangan terbang.
Proklamasi adalah pernyataan suatu bangsa untuk bebas dari penjajajahan. Bangsa Indonesia telah melewati peristiwa itu setelah pada tanggal 17 Agustus 1945 memproklasikan kemerdekaan. Sejak saat itu Indonesia berdaulat sebagai negara merdeka dalam bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
A. KEKALAHAN JEPANG DAN KEKOSONGAN KEKUASAAN
Perang Dunia II terjadi setelah Jepang membombardir Pearl Harbour pada 7 Desember 1941. Hancurnya Pearl Harbour, ternyata memudahkan Jepang untuk mewujudkan cita-citanya, yaitu membentuk persekemakmuran Asia Timur Raya. Daerah-daerah di Asia Timur dan Asia Tenggara, termasuk Indonesia berhasil diduduki oleh Jepang. Pembentukan Persekemakmuran Asia Timur Raya berhasil diwujudkan, meskipun hanya untuk sementara.
Serangan Jepang ke Indonesia (Hindia Belanda) pertama-tama terjadi 11 Januari 1942 dengan mendarat di Tarakan (Kalimantan Timur). Balikpapan yang merupakan daerah yang kaya akan minyak bumi, jatuh ketangan Jepang 24 Januari 1942, disusul kemudian Pontianak 29 Januari 1942, Samarinda 3 Pebruari 1942, Banjarmasin 10 Februari 1942. Dalam perkembangannya, Jepang mulai mengalami kesulitan, terutama setelah Amerika Serikat menarik sebagian pasukannya dari Eropa. Pada bulan Mei 1942, serangan Jepang terhadap Australia dapat dihentikan karena tentara Jepang menderita kekalahan dalam pertempuran Laut Koral (Karang). Serangan Jepang terhadap Hawai juga dapat digagalkan oleh tentara Amerika Serikat dalam pertempuran di Midway pada bulan Juni 1942. Kekalahan Jepang terhadap Sekutu, dengan ditanda tanganinya perjanjian Post Dam, maka secara resmi Jepang menyerahkan kekuasaan pada Sekutu. Dengan demikian di Indonesia terjadi kekosongan kekuasaan. Kesempatan ini oleh bangsa Indonesia dimanfaatkan untuk memproklamasikan kemerdekaan.
Untuk mengakhiri peperangan ini, maka pada tanggal 6 Agustus 1945 Amerika Serikat menjatuhkan bom atom yang pertama di atas kota Hirosyima. Tiga hari kemudian, tanggal 9 Agustus 1945, bom atom kedua dijatuhkan lagi di atas Nagasaki. Akibatnya bukan saja membawa kerugian material, karena hancurnya kedua kota tersebut dan banyaknya penduduk yang menemui ajalnya. Tetapi secara politis telah mempersulit kedudukan Kaisar Hirohito, karena harus dapat menghentikan peperangan secepatnya guna menghindari adanya korban yang lebih banyak lagi. Hal ini berarti bahwa Jepang harus secepatnya menyerah kepada Sekutu atau Serikat. Akhirnya Jepang menyerah tanpa syarat kepada Sekutu pada tanggal 14 Agustus 1945.
B. PERSIAPAN KEMERDEKAAN INDONESIA
Karena terjadi kekalahan Jepang terhadap Sekutu dalam beberapa pertempuran seperti yang disebutkan diatas, maka Jepang mulai ngobral janji. Janji itu dikenal dengan janji kemerdekaan. Bila bangsa Indonesia mau membantu Jepang dalam menghadapi Sekutu, maka kelak kemudian hari akan diberikan kemerdekaan. Untuk mengawalinya dibentuklah Badan yang bertugas menyiapkan segala sesuatu berkaitan dengan kemerdekaan yang dijanjikan. Pemerintah Jepang membentuk BPUPKI yang dalam perkembangannya berubah menjadi PPKI.
Tanggal 15 Agustus 1945, Jepang menyerah kepada Sekutu tanpa syarat. Hal ini diumumkan oleh Tenno Heika melalui radio. Kejadian itu jelas mengakibatkan pemerintah Jepang tidak dapat meneruskan janji atau usahanya mengenai kemerdekaan Indonesia. Soal terus atau tidaknya usaha mengenai kemerdekaan Indonesia tergantung sepenuhnya kepada para pemimpin bangsa Indonesia. Sementara itu Sutan Syahrir sebagai seorang yang mewakili pemuda merasa gelisah karena telah mendengar melalui radio bahwa Jepang telah kalah dan memutuskan untuk menyerah pada Sekutu. Syahrir termasuk tokoh pertama yang mendesak agar proklamasi kemerdekaan Indonesia segera dilaksanakan oleh Sukarno-Hatta tanpa harus menunggu janji Jepang. Itulah sebabnya ketika mendengar kepulangan Soekarno, Hatta dan Radjiman Wedyodiningrat dari Dalat (Saigon), maka ia segera datang ke rumah Hatta dan memintanya untuk memproklamirkan kemerdekaan Indonesia, tanpa harus menunggu dari pemerintahan Jepang. Hatta tidak dapat memenuhi permintaan Syahrir maka diajaknya ke rumah Soekarno. Namun Soekarno belum dapat menerima maksud Syahrir dengan alasan bahwa Soekarno hanya bersedia melaksanakan proklamasi, jika telah diadakan pertemuan dengan anggota-anggota PPKI lain. Dengan demikian tidak menyimpang dari rencana sebelumnya yang telah disetujui oleh pemerintah Jepang. Selain itu Soekarno akan mencoba dulu untuk mengecek kebenaran berita kekalahan Jepang tersebut.
C. PERISTIWA RENGASDENGKLOK
Sikap Soekarno dan Hatta tersebut memang cukup beralasan karena jika proklamasi dilaksanakan di luar PPKI, maka Negara Indonesia Merdeka ini harus dipertahankan pada Sekutu yang akan mendarat di Indonesia dan sekaligus tentara Jepang yang ingin menjaga status quo sebelum kedatangan Sekutu. Syahrir kemudian pergi ke Menteng Raya (markas para pemuda) bertemu dengan para pemuda seperti: Sukarni, BM Diah, Sayuti Melik dan lain-lain.
Kelompok muda menghendaki agar Soekarno-Hatta (golongan tua) segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Menurut golongan muda, tidak seharusnya para pejuang kemerdekaan Indonesia menunggu-nunggu berita resmi dari Pemerintah Pendudukan Jepang. Bangsa Indonesia harus segera mengambil inisiatifnya sendiri untuk menentukan strategi mencapai kemerdekaan. Golongan muda kemudian mengadakan rapat di salah satu ruangan Lembaga Bakteriologi di Pegangsaan Timur, Jakarta pada tanggal 15 Agustus 1945, pukul 20.30. Hadir antara lain Chaerul Saleh, Djohar Nur, Kusnandar, Subadio, Subianto, Margono, Wikana, dan Alamsyah. Rapat itu dipimpin oleh Chaerul Saleh dengan menghasilkan keputusan tuntutan-tuntutan golongan pemuda yang menegaskan bahwa kemerdekaan Indonesia adalah hak dan soal rakyat Indonesia sendiri. Yang mendapat kepercayaan dari teman-temanya untuk menemui Sukarno adalah Wikana dan Darwis.
Oleh Wikana dan Darwis, hasil keputusan itu disampaikan kepada Soekarno jam 22.30 di kediamannya, Jalan Pegangsaan Timur, No 56 Jakarta. Namun sampai saat itu Soekarno belum bersedia memproklamasikan kemerdekaan Indonesia tanpa PPKI. Di sini terjadi perdebatan sengit antara Soekarno dengan Wikana dan Darwis. Dalam perdebatan itu Wikana menuntut agar proklamasi dikumandangkan oleh Soekarno pada keesokan harinya.
Para pemuda itu kembali mengadakan pertemuan dan membahas tindakan-tindakan yang akan dibuat sehubungan dengan penolakan Soekarno-Hatta. Pertemuan ini masih dipimpin oleh Chaerul Saleh yang tetap pada pendiriannya bahwa kemerdekaan harus tetap diumumkan dan itu harus dilaksankaan oleh bangsa Indonesia sendiri, tidak seperti yang direncanakan oleh Jepang. Orang yang dianggap paling tepat untuk melaksanakan itu adalah Soekarno-Hatta. Karena mereka menolak usul pemuda itu, pemuda memutuskan untuk membawa mereka ke luar kota yaitu Rengasdengklok, letaknya yang terpencil yakni 15 km ke arah jalan raya Jakarta-Cirebon. Menurut jalan pemikiran pemuda jika Soekarno-Hatta masih berada di Jakarta maka kedua tokoh ini akan dipengaruhi dan ditekan oleh Jepang serta menghalanginya untuk memproklamirkan kemerdekaan ini dilakukan.
Pemilihan Rengasdengklok sebagai tempat pengamanan Soekarno-Hatta, didasarkan pada perhitungan militer. Antara anggota Peta Daidan Purwakarta dan Daidan Jakarta terdapat hubungan erat sejak mereka mengadakan latihan bersama. Secara geografis, Rengasdengklok letaknya terpencil. Dengan demikian akan dapat dilakukan deteksi dengan mudah terhadap setiap gerakan tentara Jepang yang hendak datang ke Rengasdengklok, baik yang datang dari arah Jakarta, maupun dari arah Bandung atau Jawa Tengah. Tujuan penculikan kedua tokoh ini selain untuk mengamankan mereka dari pengaruh Jepang, juga agar keduanya mau segera memproklamirkan kemerdekaan Indonesia terlepas dari segala ikatan dengan Jepang. Pada dasarnya Soekarno dan Hatta tidak mau ditekan oleh anak-anak muda itu, sehingga mereka tidak mau memproklamirkan kemerdekaan. Dalam suatu pembicaraan dengan Shodanco Singgih, Soekarno memang menyatakan kesediannya untuk mengadakan proklamasi segera setelah kembali ke Jakarta. Melihat sikap Soekarno ini, maka para pemuda berdasarkan rapatnya yang terakhir pada pukul 00.30 waktu Jawa jaman Jepang (24.00 WIB) tanggal 16 Agustus 1945 terdapat keputusan akan menghadakan penculikan terhadap Soekarno dan Hatta dalam rangka upaya pengamanan supaya tidak terpengaruh dari segala siasat Jepang. Pada tanggal 16 Agustus 1945 pukul 04.30 (waktu Jepang) atau pukul 04.00 WIB penculikan (menurut golongan tua) dilaksanakan. Tidak diketahui secara jelas siapakah yang memulai peristiwa ini. Ada yang mengatakan Sukarni-lah yang membawa Soekarno-Hatta dini hari ke Rengasdengklok. Menurut Soekarno Sjahrir-lah yang menjadi pemimpin penculikan dirinya dengan Hoh. Hatta.
Walaupun sudah diamankan ke Rengasdengklok, Soekarno-Hatta masih tetap dengan pendiriannya. Sikap teguh Soekarno-Hatta itu antara lain karena mereka belum percaya akan berita yang diberikan oleh pemuda serta berita resmi dari Jepang sendiri belum diperoleh. Seorang utusan pemuda yang bernama Yusuf Kunto dikirim ke Jakarta untuk melaporkan sikap Soekarno-Hatta dan sekaligus untuk mengetahui persiapan perebutan kekuasaan yang dipersiapkan pemuda di Jakarta.
Achmad Subardjo datang ke Rengasdengklok dan berhasil menyakinkan para pemuda bahwa proklamasi pasti akan diucapkan keesokan harinya pada tanggal 17 Agustus 1945. Sehingga pada tangal 16 Agustus 1945 malam hari Soekarno-Hatta dibawa kembali ke Jakarta. Sementara itu di Jakarta telah terjadi kesepakatan antara golongan tua, yakni Achmad Soebardjo dengan Wikana dari golongan muda untuk mengadakan proklamasi di Jakarta.
Laksamana Muda Maeda bersedia untuk menjamin keselamatan mereka selama berada di rumahnya. Berdasarkan kesepakatan itu Jusuf Kunto dari pihak pemuda dan Soebardjo yang diikuti oleh sekretaris pribadinya mbah Diro (Sudiro) menuju Rengasdengklok untuk menjemput Soekarno. Semua ini dilakukan tidak lepas dari rasa prihatin sebagai orang Indonesia, sehingga terpanggil untuk menghusahakan agar proklamasi kemerdekaan Indonesia dapat dilaksanakan secepat mungkin.
Namun sebelumnya perlu mempertemukan perbedaan pendapat antara golongan tua dan muda. Untuk itu maka Soekarno dan Moh. Hatta harus terlebih dahulu kembali dari Rengasdengklok ke Jakarta. Rombongan yang terdiri dari Achmad Soebardjo, Sudiro dan Yusuf Kunto segera berangkat menuju Rengasdengklok, tempat dimana Soekarno dan Moh.Hatta diamankan oleh pemuda. Rombongan tiba di Rengasdengklok pada jam 19.30 (waktu Tokyo) atau 18.00 (waktu Jawa Jepang) atau pukul 17.30 WIB dan bermaksud untuk menjemput dan segeramembawa Seoekarno-Hatta pulang ke Jakarta. Perlu ditambahkan juga, disamping Soekarno dan Hatta ikut serta pula Fatmawati dan Guntur Soekarno Putra. Peranan Achmad Subardjo sangat penting dalam peristiwa ini, karena mampu mempercayakan para pemuda, bahwa proklamasi akan dilaksanakan keesokan harinya paling lambat pukul 12.00 WIB. Ini dapat dikabulkan dengan jaminan nyawanya sebagai taruhannya. Akhirnya Subeno komandan kompi Peta setempat bersedia melepaskan Soekarno-Hatta ke Jakarta. Achmad Subardjo adalah seorang yang dekat dengan golongan tua maupun muda,bahkan dia juga sebagai penghubung dengan pemuka angkatan laut Jepang Laksamana Madya Maeda. Dan melalui dia, Maeda menawarkan rumahnya sebagai tempat yang aman dan terlindung untuk menyusun naskah Proklamasi Kemerdekaan Republik yang sudah lama ditunggu-tunggu.
D. PENYUSUNAN TEKS PROKLAMASI
Bertitik tolak dari keadaan yang demikian, kedudukan Maeda baik secara resmi maupun pribadi menjadi sangat penting. Dan justru dalam saat-saat yang genting itu, Maeda telah menunjukkan kebesaran moralnya. Berdasarkan keyakinan bahwa kemerdekaan merupakan aspirasi alamiah dan yang tidak terhindarkan dukungannya kepada tujuan kebebasan Indonesia. Di tempat kediaman Maeda Jalan Imam Bonjol No.1 Jakarta teks prokamasi ditulis. Kalimat yang pertama yang berbunyi “Kami rakyat Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaan kami” kemudian berubah menjadi “Kami bangsa Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaan Indonesia” berasal dari Achmad Subardjo. Kalimat kedua oleh Soekarno yang berbunyi “Hal-hal yang mengenai pemindahan kekuasaan dan lain-lain akan diselenggarakan dengan cara yang secermat-cermatnya serta dalam tempo yang sesingkat-singkatnya”. Kedua kalimat ini kemudian digabung dan disempurnakan oleh Moh. Hatta sehingga berbunyi seperti teks proklamasi yang kita miliki sekarang. Sekarang timbulah masalah siapakah yang akan menandatangani naskah proklamasi. Soekarno menyarankan agar semua yang hadir menandatangai naskah proklamasi itu selaku “Wakil-wakil Bangsa Indonesia”. Saran itu mendapat tantangan daripara pemuda. Kemudian Sukarni selaku salah seorang pimpinan pemuda mengusulkan, agar Soekarno-Hatta menandatangani atas nama bangsa Indonesia. Usul ini diterima dengan suara bulat. Selanjutnya Soekarno minta kepada Sayuti Melik untuk mengetik naskah tulisan tangan tersebut.
E. PROKLAMASI KEMERDEKAAN INDONESIA
Sebelum teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dibacakan, terlebih dahulu Soekarno menyampaikan pidatonya, lengkapnya sebagai berikut:
“Saudara-saudara sekalian !
Saja sudah minta saudara-saudara hadlir disini untuk menjaksikan satu peristiwa maha penting dalam sejarah kita. Berpuluh-puluh tahun kita bangsa Indonesia telah berdjoang untuk kemerdekaan tanah air kita. Bahkan telah beratus-ratus tahun ! Gelombangnja aksi kita untuk mentjapai kemerdekaan kita itu ada naik dan ada turunnya, tetapi djiwa kita tetap menudju kearah tjita-tjita.
Djuga di dalam djaman Djepang, usaha kita untuk mentjapai kemerdekaan nasional tidak henti-henti. Didalam djaman Djepang ini, tampaknja sadja kita menjandarkan diri kepada mereka. Tetapi pada hakekatnya, tetap kita menjusun tenaga kita sendiri, tetap kita pertjaja kepada kekuatan sendiri.
Sekarang tibalah saatnja kita benar-benar mengambil nasib bangsa dan nasib tanah air di dalam tangan kita sendiri. Hanja bangsa jang berani mengambil nasib dalam tangan sendiri akan dapat berdiri dengan kuatnja. Maka kami, tadi malam telah mengadakan musjawarat dengan pemuka-pemuka rakjat Indonesia, dari seluruh Indonesia. Permusjawaratan itu seia-sekata berpendapat, bahwa sekaranglah datang saatnja untuk menjatakan kemerdekaan kita.
Saudara-saudara ! Dengan ini kami njatakan kebulatan tekad itu. Dengarlah proklamasi
kami”
Ada tiga perubahan yang terdapat pada naskah yaitu kata tempoh diganti menjadi tempo, sedangkan wakil-wakil bangsa Indonesia diganti dengan Atas nama Bangsa Indonesia dan Djakarta 17-8-05 menjadi Djakarta, hari 17 boelan 8 tahoen 05. Teks Proklamasi ini akhirnya diproklamirkan pada hari Jumat Legi pada pukul 10.00 WIB di Jalan pegangsaan Timur No.56 Jakarta. Dalam peristiwa proklamasi itu, disusunlah acara sebagai berikut:
1. Pembacaan Proklamasi.
Disampaikan oleh Soekarno, kemudian dilanjutkan dengan pidato singkat berbunyi: Demikianlah, saudara-saudara !
Kita sekarang telah merdeka!
Tidak ada satu ikatan lagi yang mengikat tanah-air kita bangsa kita!
Mulai saat ini kita menyusun Negara kita! Negara Merdeka, Negara Republik
Indonesia, medeka kekal dan abadi.
Insya allah, Tuhan memberkati kemerdekaan kita itu!
2. Pengibaran bendera Merah Putih.
Pengibaran dilaksanakan oleh Suhud dan Latief Hendradiningrat. Namun secara spontan peserta menyanyikan lagu Indonesia Raya, sehingga sampai sekarang pengibaran bendera Merah Putih dalam setiap upacara bendera selalu diiringi dengan lagu Kebangsaan Indonesia Raya.
3. Sambutan Wali Kota Suwirjo dan dr. Muwardi.
Peristiwa besar tersebut hanya berlangsung lebih kurang satu jam lamanya. Namun demikian pengaruhnya besar sekali, sebab perstiwa tersebut telah membawa perubahan yang luar biasa dalam kehidupan bangsa Indonesia. Proklamasi Kemerdekaan Indonesia itu bukan hanya sebagai tanda bahwa sejak itu bangsa Indonesia telah merdeka, tetapi di sisi lain juga merupan detik penjebolan tertib hukum kolonial dan sekaligus detik pembangunan bagi tertib hukum nasional, suatu tertib hukum Indonesia. Proklamasi kemerdekaan itu merupakan salah satu sarana untuk merealisasikan masyarakat Indonesia yang merdeka, berdaulat, adil dan makmur, serta untuk ikut membentuk “dunia baru” yang damai dan abadi, bebas dari segala penghisapan manusia oleh manusia dan bangsa oleh bangsa lain.
F. MAKNA PROKLAMASI
Menurut kalimat-kalimat yang terdapat di dalam teks Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 berisi suatu pernyataan kemerdekaan yang memberi tahu kepada bangsa Indonesia sendiri dan kepada dunia luar, bahwa saat itu bangsa Indonesia telah merdeka, lepas dari penjajahan. Bangsa Indonesia benar-benar telah siap untuk mempertahankan kemerdekaan yang telah diproklamasikannya itu, demikian juga siap untuk mempertahankan negara yang baru didirikan tersebut. Hal itu ditunjukkan oleh kalimat pertama pada naskah
proklamasi yang berbunyi: “Kami banga Indonesia, dengan ini menyatakan kemerdekaan Indonesia”. Apabila ditelaah, maka proklamasi kemerdekaan itu mengandung beberapa aspek:
1. Dari sudut Ilmu Hukum, maka proklamasi atau pernyataan yang berisikan keputusan bangsa Indonesia telah menghapuskan tata hukum kolonial untuk pada saat itu juga digantikan dengan tata hukum nasional (Indonesia).
2. Dari sudut politik-ideologis, maka proklamasi atau pernyataan yang berisikan keputusan bangsa Indonesia telah berhasil melepaskan diri dari segala belenggu penjajahan dan sekaligus membangun perumahan baru, yaitu perumahan Negara Proklamasi Republik Indonesia yang bebas, merdeka dan berdaulat penuh.
3. Proklamasi Kemerdekaan ialah suatu alat hukum internasional untuk menyatakan kepada rakyat dan seluruh dunia, bahwa bangsa Indonesia mengambil nasib ke dalam tangannya sendiri untuk menggenggam seluruh hak kemerdekaan yang meliputi bangsa, tanah air, pemerintahan dan kebahagiaan rakyat.
4. Proklamasi sebagai dasar untuk meruntuhkan segala hal yang mendukung kolonialisme, imperialisme dan selain itu proklamasi adalah dasar untuk membangun segala hal yang berhubungan langsung dengan kemerdekaan nasional.
5. Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 juga dapat dipandang sebagai puncak perjuangan rakyat Indonesia dalam mencapai kemerdekaannya. Perjuangan rakyat tersebut telah mengorbankan harta benda, darah dan jiwa yang berlangsung sudah sejak berabad-abad lamanya untuk membangun persatuan dan kesatuan serta merebut kemerdekaan bangsa dari tangan penjajah.
6. Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 bertujuan untuk kebahagiaan seluruh rakyat Indonesia. Agar kita bahagia, antara lain harus ada kesamaan diantara kita semua meliputi berbagai bidang misalnya bidang ideologi, bidang politik, bidang ekonomi, bidang hukum, bidang sastra kebudayaan, pendidikan dan lain-lain. Dengan berhasil diproklamirkannya kemerdekaan, maka bangsa dan negara Indonesia telah lahir sebagai bangsa dan negara yang merdeka, baik secara de fakto maupun secara de yure.
G. DUKUNGAN DAERAH TERHADAP PEMBENTUKAN NEGARA DAN PEMERINTAHAN REPUBLIK INDONESIA.
Proklamasi Kemerdekaan telah dibentuk negara Republik Indonesia. Ada beberapa langkah yang dilakukan oleh PPKI dalam rangka untuk menyempurnakan Indonesia sebagai negara dengan pemerintahan yang sah yaitu:
Pertama, pada tanggal 18 Agustus 1945
1). Mengesahkan dan menetapkan Undang-Undang dasar Republik Indonesia yang kemudian dikenal sebagai Undang-Undang Dasar 1945.
2). Memilih Ir. Soekarno sebagai Presiden dan Drs. Moh. Hatta sebagai Wakil Presiden.
3). Pembentukan Komite Nasional Indonesia Pusat sebagai lembaga legislatifnya.
Kedua, tanggal 19 Agustus 1945
1). Pembagian wilayah Indonesia menjadi, terdiri atas 8 propinsi yaitu; Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Borneo (Kalimantan), Sulawesi, Maluku, Sunda Kecil, dan Sumatra.
2). Pembentukan Komite Nasional Indonesia di daerah.
3). Membentuk 13 kementrian yaitu; Departemen Dalam Negeri, Departemen Luar Negeri, Departemen Kehakiman, Departemen Keuangan, Departemen Kemakmuran, Departemen Kesehatan, Departemen Pengajaran,Pendidikan dan Kebudayaan, Departemen Sosial, Departemen Pertahanan, Departemen Perhubungan, dan Departemen Pekerjaan Umum.
Ketiga, tanggal 22 Agustus 1945
1). Pembentukan Komite Nasional.
2). Pembentukan Partai nasional Indonesia,dan
3). Pembentukan Badan Keamanan Rakyat.
Kemerdekaan yang diproklamirkan tersebut ternyata mendapat sambutan yang luar biasa dari daerah-daerah. Respon penting yang perlu mendapat perhatian adalah dari Yogyakarta. Pada tanggal 5 September 1945 Sri Sultan Hamengku Buwono IX menyatakan Negeri Ngayogyokarto Hadidingrat yang bersifat kerajaan sebagai Daerah Istimewa dalam Negera Republik Indonesia. Penyambutan kemerdekaan terus terjadi, pada tanggal 19 September 1945 terjadi dua peristiwa penting di tanah air secara bersamaan. Di Surabaya terjadi peristiwa yang dikenal dengan nama Insiden Bendera di Hotel Oranye yaitu perobekan bendera tiga warna (merah, putih, dan biru) milik Belanda menjadi dua warna (merah putih). Di Jakarta terjadi rapat raksasa di Lapangan IKADA (Ikatan Atletik Djakarta) untuk menyambut Proklamasi Kemerdekaan . Untuk menghindari terjadinya pertumpahan darah, maka Presiden Soekarno berkata;
”Percayalah rakyat kepada pemerintah Republik Indonesia. Kalau memang saudara-saudara percaya kepada pemerintah Republik yang akan mempertahankan Proklamasi Kemerdekaan itu, walaupun dada kami akan dirobek-robek, kami tetap akan mempertahankan. Maka berilah kepercayaan itu kepada kami dengan cara tunduk kepada perintah-perintah dan tunduk kepada disiplin”.
Di Yogyakarta, perebutan kekuasaan secara serentak dimulai tanggal 26 September 1945. Sejak pagi semua pegawai instansi pemerintahan dan perusahaan-perusahaan yang dikuasai oleh Jepang mengadakan aksi pemogokan. Mereka memaksa orang-orang Jepang agar menyerahkan kantormereka kepada orang Indonesia.
About these ads
kelompok 5
Anggota kelompok
1. Kenadya aisyah almas
2. novita wulandari
3. silvyana nur haliza
4. bagas s.p
1. Kenadya aisyah almas
2. novita wulandari
3. silvyana nur haliza
4. bagas s.p
Berita proklamasi tanggal 17 Agustus 1945
diterima terlambat oleh daerah, karena alat-alat perhubungan pada masa itu
sulit dan mendapatkan rintangan dari pemerintah Jepang. Di Boyolali karena sebelumnya
telah mendapatkan berita, maka pada 17 Agustus 1945 para pemuda dengan radio
yang disimpan secara rahasia di Barisan Pelopor, dapat mengikuti Proklamasi
Kemerdekaan di Jakarta ( Mandani, 16-10-1981).
Markas Cabang Barisan Pelopor di Boyolali
berpusat dirumah Amongwardoyo, jalan Merbabu Boyolali. Dengan radio gelap
itulah para anggota Barisan Pelopor mengetahui pidato Bung Karno tentang
proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia. Berita itu segera disiarkan dengan
bantuan dari Angkatan Muda Indonesia (AMI). Pada tanggal 19 Agustus 1945 ada
seorang pemuda dari Sala bernama Indromarjoko, memberikan plakat-plakat tentang
kemerdekaan dan Lencana Merah Putih untuk ditempelkan pada dinding
gedung-gedung di tepi jalan. Dengan tindakan demikian berarti memberikan
penerangan kepada masyarakat tentang telah adanya proklamasi Kemerdekaan
Indonesia.
Disamping itu para pemuda secara sepontan
mengibarkan bendera merah putih yang pertama kali di halaman kantor kabupaten,
setelah didahului dengan penurun bendera Jepang. Pengibar benderanya : Mandani
dan Amongwardoyo dengan disaksikan oleh RNg.Swonopranoto, Harbuntalib,
Soebagiyo, Sutrisno, Kunto Sudarsono, dan beberapa orang yang lain ( Wardoyo,
26-10-1981; Mandani, 16-10-1981; Sutrisno 23-01-1982)
Pada sore harinya bendera diturunkan oleh
bipati Boyolali RT Reksonagoro. Bahkan karena adanya ultimatum dari bupati
tersebut maka pengibran bendera merah putih dipindahkan kesebelah selatan
Benteng Renovatum, yang sekarang bernama lapangan Olahraga Kridanggo. Piket
penjagaan bendera diadakan dan diatur secara terus menerus bergiliran. Dengan
adanya larangan pengibaran bendera tersebut kiranya justru merupakan cambuk
tumbuhnya semangat nasional merebut pemerintahan dari tangan Jepang (
Sastosuroso, 16-02-1982)
Proses Terbentuknya Negara Kesatuan
Republik Indonesia Indonesia dahulu dikenal dengan penghasil rempah-rempah dan
kaya akan sumber daya alam. Indonesia juga memiliki letak yang strategis di
jalur pelayaran dan perdagangan dunia. Banyak pedagang-pedagang di berbagai dunia
datang ke Indonesia. Bangsa Barat mulai datang ke Indonesia dengan tujuan
berdagang rempah-rempah. Bangsa Barat mendapat keuntungan yang besar dari
perdagangan rempah-rempah. Mereka mulai serakah dan menguasai perdagangan di
Indonesia. Semakin lama bangsa Barat mulai berkuasa di wilayah Indonesia.
Belanda adalah bangsa Barat yang berkuasa paling lama di Indonesia. Belanda
berkuasa kurang lebih selam 350 tahun. Bangsa Belanda berhasil diusir oleh
bangsa Jepang. Jepang menggantikan Belanda berkuasa di Indonesia.
Perjuangan untuk meraih kemerdekaan
bukanlah sebuah hadiah yang diberikan oleh Negara Jepang yang telah menjajah
Indonesia. Bukan pula hadiah dari Belanda. Kemerdekaan juga bukan terjadi
secara kebetulan. Kemerdekaan hadir karena ada perjuangan. Perjuangan untuk
meraih kemerdekaan ini dilalui dengan pengorbanan yang besar. Tidak sedikit
biaya yang dikorbankan. Bahkan banyak pejuang yang gugur dalam merebut
kemerdekaan Indonesia. Berbagai bentuk perlawanan untuk merebut kemerdekaan
dari tangan penjajah telah dilakukan. Meskipun saat itu perjuangan banyak yang
masih bersifat kedaerahan.
Beberapa contoh pahlawan yang ikut
melakukan perlawanan terhadap penjajah Belanda, antara lain sebagai berikut. 1.
Sultan Agung melakukan perlawanan di Mataram. 2. Sultan Hassanudin melakukan
perlawanan di Makassar. 3. Sultan Ageng Tirtoyoso melakukan perlawanan di
Banten dan Jakarta. 5. Imam Bonjol melakukan perlawanan di Sumatra Barat. 6.
Pangeran Diponegoro melakukan perlawanan di Jawa. 7. Cut Nyak Dien dan Teuku
Umar melakukan perlawanan di Aceh. 8. Pangeran Antasari melakukan perlawanan di
Banjarmasin. Diberlakukannya politik etis di Indonesia membuat bangsa Indonesia
mendapatkan pendidikan Barat. Meskipun pendidikan Barat bertujuan untuk
mencetak tenaga murah bagi perusahaan Belanda.
Tokoh Indonesia berhasil memanfaatkannya
untuk membantu perjuangan kemerdekaan Indonesia. Maka muncullah organsisasi
pergerakan nasional di Indonesia. Beberapa tersebut adalah Budi Utomo, Trikoro
Dharmo, Indische Partij, Perhimpunan Indonesia, dan Partai Nasional Indonesia.
Pada masa Penjajahan Jepang Indonesia mendapat pendidikan militer modern dari
Jepang. Pendidikan itu dimaksudkan agar bangsa Indonesia dapat membantu Jepang
menghadapi Sekutu dan memenangkan Perang Pasifik. Pendidikan militer yang
dilakukan Jepang diantarnya adalah PETA, HEIHO, dan Seinedan. Segala potensi
dan kekayaan Indonesia dikerahkan untuk kepentingan militer Jepang. Akibatnya
terjadilah kerja paksa yang dilakukan oleh Jepang dan dikenal dengan romusha.
Bangsa Indonesia bertambah menderita pada masa penjajahan Jepang.
Pada tanggal 6 Agustus 1945 Amerika Serikat
menjatuhkan bom atom di Hiroshima. Tiga hari kemudian, pada tanggal 9 Agustus
1945 kota Nagasaki juga dihancurkan dengan bom atom. Akibatnya, Jepang menyerah
tanpa syarat kepada Amerika Serikat, salah satu satu anggota Sekutu dalam
Perang Dunia II, pada tanggal 15 Agustus 1945 waktu Indonesia. Berita
penyerahan Jepang itu dapat diketahui oleh kalangan pemuda bangsa Indonesia di
kota Bandung tanggal 15 Agustus 1945 melalui berita siaran radio BBC London.
Sejak tanggal 15 Agustus 1945 terjadi
kekosongan kekuasaan (vacuum of power) atas wilayah Indonesia. Keadaan seperti
ini merupakan peluang yang sangat baik bagi bangsa Indonesia untuk
memproklamasikan kemerdekaannya. Oleh karena itu, para pemuda yang telah
mendengar berita kekalahan pasukan Jepang segera mendesak Soekarno – Hatta
untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Namun keinginan itu
ditolak sehingga muncul Peristiwa Rengasdengklok (16 Agustus 1945).
Para menculik Ir. Soekarno, Ibu Fatmawati,
Guruh Soekarnoputra, dan Moh. Hatta. Mereka dibawa oleh pemuda ke
Rengasdengklok. Penculikan tersebut beretujuan untuk menjauhkan Ir. Soekarno
dan Moh. Hatta dari pengaruh Jepang. Selain itu pemuda mendesak untuk segera
dilakukan proklamasi kemerdekaan. Peristiwa Rengasdengklok berakhir setelah
Achmad Subardjo memberikan jaminan dengan taruhan nyawanya bahwa Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia akan dilaksanakan pada tanggal 17 Agustus 1945,
selambat-lambatnya pukul 12.00 WIB. Hal itu terjadi apabila Soekarno – Hatta
dikembalikan ke Jakarta hari itu juga.
Ir. Soekarno dan rombongan setelah sampai
di Jakarta segera menuju rumah Laksamana Tadashi Maeda. Rumah tersebut
dijadikan tempat penyusunan Proklamsai Kemerdekaan. Di rumah tersebut hadir
beberapa tokoh-tokoh Indonesia, yaitu Ir. Soekarno, Moh. Hatta, dan Achmad
Soebardjo. Tokoh-tokoh tersebut yang merumuskan teks Proklamasi Kemerdekaan.
Turut serta Soekarni, B.M. Diah, Soediro, dan Chairul Saleh. Satjuti Melik mendapat
tugas untuk mengetik naskah proklamasi. Setelah teks Proklamasi berhasil
disusun semua tokoh kembali ke rumah masing-masing. Sebagaian tokoh menyebarkan
berita akan diadakan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
Keesokan harinya dilaksanakan pembacaan Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia. Proklamasi dilaksanakan di halaman rumah Ir. Soekarno di
Jalan Pegangsaan Timur No. 56, Jakarta (sekarang Jalan Proklamasi), pada hari
Jumat tanggal 17 Agustus 1945 pukul 10.00 WIB (pertengahan bulan Ramadhan).
Tepat pada hari Jumat tanggal 17 Agustus 1945 pukul 10.00 WIB acara dimulai.
Bung Karno dengan didampingi Bung Hatta tampil di depan mikropon untuk
berpidato sejenak dan membacakan teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Sejak
detik itu dengan adanya proklamasi kemerdekaan, bangsa Indonesia pun menyatakan
kemerdekaannnya.
Bagi bangsa Indonesia, Proklamasi merupakan
sumber hukum pembentukan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Proklamasi adalah
alat untuk mencapai tujuan negara dan cita-cita bangsa Indonesia. Proklamasi mempunyai
arti penting bagi masyarakat Indonesia yaitu sebagai berikut: 1. Lahirnya
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) 2. Titik tolak pelaksanaan amanat
penderitaan rakyat 3. Puncak perjuangan pergerakan kemerdekaan. Proses
pembentukan NKRI melalui beberapa proses yang membutuhkan waktu yang lama.
Seperti yang telah kamu pelajari diatas.
Dan faktor yang menentukan pembentukan NKRI antara lain sebagai berikut. 1.
Keinginan untuk merdeka dan lepas dari penjajahan 2. Mempunyai tempat tinggal
yang sama yaitu kepulauan Indonesia. 3. Persamaaan nasib karena dijajah bangsa
asing. 4. Tujuan bersama untuk mewujudkan kemakmuran dan keadilan sebagai suatu
bangsa.
Berdasarkan faktor-faktor di atas bangsa
Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya dengan urutan peristiwa sebagai
berikut. 1. Terbentuknya kesadaran bahwa kemerdekaan adalah hak segala bangsa.
Tidak ada satupun bangsa di dunia ini yang berhak merebut kemerdekaan menjajah
bangsa lain. 2. Adanya pergerakan untuk melawan penjajah. Dimulai dari
pergerakan yang bersifat tradisional dan kedaerahan berkembang menjadi
pergerakan modern dan bersifat nasionalis. 3. Puncak perjuangan pergerakan
kemerdekaan yang ditandai dengan dibacakannya Proklamasi Kemerdekaan tanggal 17
Agustus 1945. 4. Penyusunan alat-alat kelengkapan negara.
kelompok 6
Anggota Kelompok
1. Alma Puspita K (01)
2. Andika Putri P (02)
3. Devi Amalia N. (10)
4. Erawati Rosadi. (13)
Sambutan rakyat Indonesia Setelah Mendengar Proklamasi Kemerdekaan
Mulanya,rakyat diberbagai daerah tidak percaya bahwa Indonesia akan segera merdeka. Namun, setelah yakin akan kebenaran berita itu, luapan kegembiraan muncul di mana-mana. Di Jawa Tengah berita Proklamasi diterima melalui radio Domei Sementara. Oleh Syarief Sulaiman dan M.S. Mintarjo berita tersebut dibawa ke gedung Hokokai yang saat itu sedang dilaksanakan sidang di bawah pimpinan Mr. Wongso Negoro. Setelah copy teks Proklamasi dibacakan, para peserta sidang bertepuk tangan penuh gembira, kemudian secara serentak mereka menyanyikan lagu Indonesia Raya.
Di daerah-daerah luar Jawa berita Proklamasi terlambat diterima oleh rakyat. Hal ini disebabkan karena sarana komunikasi yang cukup sulit. Di Medan, berita Proklamasi dibawa oleh Teuku Moh. Hasan yang diangkat sebagai gubernur daerah Sumatera. Mendengar berita ini, kemudian dipelopori oleh Achmad Tahir dibentuk Barisan Pemuda Indonesia. Pada tanggal 4 Oktober, mereka berusaha mengambil alih gedung-gedung pemerintahan dan merebut senjata dari tangan Jepang.
Di daerah-daerah lain pun melakukan penyambutan yang tidak jauh berbeda, yakni sebagai berikut:
kelompok 6
Anggota Kelompok
1. Alma Puspita K (01)
2. Andika Putri P (02)
3. Devi Amalia N. (10)
4. Erawati Rosadi. (13)
Mulanya,rakyat diberbagai daerah tidak percaya bahwa Indonesia akan segera merdeka. Namun, setelah yakin akan kebenaran berita itu, luapan kegembiraan muncul di mana-mana. Di Jawa Tengah berita Proklamasi diterima melalui radio Domei Sementara. Oleh Syarief Sulaiman dan M.S. Mintarjo berita tersebut dibawa ke gedung Hokokai yang saat itu sedang dilaksanakan sidang di bawah pimpinan Mr. Wongso Negoro. Setelah copy teks Proklamasi dibacakan, para peserta sidang bertepuk tangan penuh gembira, kemudian secara serentak mereka menyanyikan lagu Indonesia Raya.
Di daerah-daerah luar Jawa berita Proklamasi terlambat diterima oleh rakyat. Hal ini disebabkan karena sarana komunikasi yang cukup sulit. Di Medan, berita Proklamasi dibawa oleh Teuku Moh. Hasan yang diangkat sebagai gubernur daerah Sumatera. Mendengar berita ini, kemudian dipelopori oleh Achmad Tahir dibentuk Barisan Pemuda Indonesia. Pada tanggal 4 Oktober, mereka berusaha mengambil alih gedung-gedung pemerintahan dan merebut senjata dari tangan Jepang.
Di daerah-daerah lain pun melakukan penyambutan yang tidak jauh berbeda, yakni sebagai berikut:
a. Mula-mula rakyat tidak percaya terhadap adanya berita Proklamasi.
b. Luapan kegembiraan rakyat menyambut kemerdekaan Indonesia.
c. Mengadakan rapat-rapat raksasa.
d. Para pemuda membentuk angkatan muda Indonesia.
e. Upaya pengambilalihan kekuasaan dari tangan Jepang.
f. Upaya merebut gedung-gedung dan kantor pemerintahan.
g. Merebut persenjataan dari tangan Jepang.
h. Tekad untuk tetap mempertahankan kemerdekaan.
Bukan hanya itu saja,rakyat diberbagai daerah di Indonesia juga melakukan tindakan-tindakan perlawanan terkait dengan pelaksanaan kemerdekaan Indonesia,diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Tindakan heroik di Solo
Para pemuda melakukan pengepungan markas Kempetai Jepang, sehingga terjadilah pertempuran. Dalam pertempuran itu, seorang pemuda bernama Arifin gugur.
2. Palagan Ambarawa
Pada tanggal 20 0ktober 1945, tentara sekutu di bawah pimpinan Brigadir Bethellm mendarat di semarang dengan maksud mengurus tawanan perangdan tentara Jepang yang berada di Jawa Tengah. Kedatangan sekutu ini diboncengi oleh NICA. Kedatangan sekutu ini mulanya disambut baik, bahkan Gubernur Jawa Tengah Mr Wongsonegoro menyepekati akan menyediakan bahan makanan dan keperluan lain bagi kelancaran tugas Sekutu, sedang Sekutu berjanji tidak akan mengganggu kedaulatan Republik Indonesia.
Namun, ketika pasukan Sekutu dan NICA telah sampai di Ambarawa dan magelang untuk membebasakan para tawanan tentara Belanda, para tawanan tersebut malah dipersenjatai sehingga menimbulkan kemarahan pihak Indonesia. Insiden bersenjata timbul di kota Magelang, hingga terjadi pertempuran. Di Magelang, tentara Sekutu bertindak sebagai penguasa yang mencoba melucuti Tentara Keamanan Rakyat dan membuat kekacauan. TKR Resimen Magelang dipimpin Letkol. M.Sarbini membalas tindakan tersebut dengan mengepung tentara Sekutu dari berbagai penjuru. Namun mereka selamat dari kehancuran berkat campur tangan Presiden Sukarno yang berhasil memenangkan susasana. Kemudian pasukan Sekutu secara diam-diam meninggalkan Kota Magelang menujunke benteng Ambarawa. Akibat peristiwa tersebut, Resimen Kedu Tengah di bawah pimpinan Letkol M. Sarbini segera mengadakan pengejaran terhadap mereka. Gerakan mundur tentara Sekutu tertahan di Desa Jambu karena dihadang oleh pasukan Angkatan Muda di bawah pimpinan Oni Sastrodihardjo yang diperkuat oleh pasukan gabungan dari Ambarawa, Suruh dan Surakarta.
Tentara Sekutu kembali dihadang oleh Batalyon 1 Soerjosoempeno di Ngipik. Pada saat pengunduran, tentara Sekutu mencoba menduduki dua desa di sekitar Ambarawa. Pasukan Indonesia di bawah pimpinan Letkol. Isdiman berusaha membebaskan kedua desa tersebut, namun ia keburu gugur terlebaih dahulu. Sejak gugurnya Letkol. Isdiman, komandan Divisi 5 Banyumas, Kol Soedirman merasa kehilangan seorang perwira terbaiknya dan ia langsung turun ke lapangan untuk memimpin pertempuran. Kehadiran Kol Soedirman memberikan napas baru kepada pasukan-pasukan RI. Koordinasi diadakan diantara komando-komando sektor dan pengepungan terhadap musuh semakin ketat. Siasat yang diterapkan adalah serakan pendadakan serentak di semua sektor. Bala bantuan terus mengalir dari Yogyakarta, Solo, Salatiga, Purwokerto, Magelang, Semarang, dll
Tanggal 23 November 1945 ketika matahari mulai terbit, mulailah tembak menembak dengan pasukan sekutu yang bertahan di kompleks gereja dan kerkhop Belanda di Jl. Margo Agoeng. Pasukan Indonesia terdiri dari Yon. Imam Androgi, Yon. Soeharto, dan Yon. Soegang. Tentara Sekutu mengarahkan tawanan-tawanan Jepang dengan diperkuat tanknya, menyusup ke tempat kedudukan indonesia dari arah belakang, karena itu pasukan Indonesia indah ke Bedono.
Setelah bertempur selama empat hari, pada tanggal 15 Desember 1945 pertempuran berakhir dan Indonesia berhasil merebut Ambarawa dan sekutu dibuat mundur ke Semarang. Kemenangan pertempuran ini kini diabadikan dengan didirikannya Monumen Palagan Ambarawa dan diperingati hari jadi TNI Angkatan Darat atau Hari Juang Kartika
3. Peristiwa Bandung lautan api
Peristiwa bandun lautan api adalah peristiwa kebakaran besar yang terjadi di kota bandung pada 24 Maret 1946. Dalam waktu tujuh jam sekitar 200.000 penduduk bandung membakar rumah mereka, meninggalkan kota menuju pegunungan di daerah selatan bandung. Hal ini dilakukan untuk mencegah tentara sekutu dan tentara NICA belandauntuk dapat menggunakan kota bandung sebagai markas strategis militer dalam perang kemerdekaan indonesia.
4.Peristiwa Medan Area
Pada tanggal 9 November 1945, pasukan sekutu di bawah pimpinan brigadril jendral T.E.D. kelly mendarat di sumatra utara yang diikuti oleh pasukan NICA. Pemerintah repuklik indonesia di sumtra utara memperkenangkan mereka untuk menepati beberapa hotel yang terdapat di mota medan. Selanjutnya mereka di tempatkan di Binjai, tanjung lapangan. Sehari setelah mendarat, tim RAPWI mendatangi kamp-kamp tawanan yang ada di medan atas persetujuan gubernur M. Hasan. Kelompokmitu langsung di bentuk menjadi medan batalion KNIL.
Dengan adanya kekuatan itu,ternyata bekas tawanan menjadi arogan dan sewenag-wenang sehingga memancinng munculnya insiden. Insiden pertama terjadi tanggal 13 oktober 1945 di jalan bali, medan. Insiden itu berawal dari ulah penghuni hotel yang merampas dan menginjak-injak lencana merah putih. Akibatnya hotel itu di serang dan di rusak oleh kalangan pemuda. Dampak dari insiden itu menjalar ke beberapa kota lain seperti peatang siantar dan bras tagi.
Pada tanggal 10 oktober 1945 di bentuk TKR sumatra timur dengan pepimpinnya Achmad Tair. Selanjutnya di adakan pemanggilan bekas giugan dan heihi ke sumtara timur. Di samping TKR, terbentuk juga badan-badan perjuangan yang sejak tanggal 15 oktober 1945 menjadi pemuda repuklik indonesia sumtara timur dan kemudian berganti nama menjadi Pesindo.
Sementara iti pada tanggal 1 desember 1945,pihak sekutu inggris memasang papan-papan yang bertuliskan “fixed boundaries medan area” di daerah-daerah pinggiran kota medan. Sejak saat itu nama medan area menjadi terkenal.inggris bersama NICA melakukan aksi terhadap unsur-unsur R.I di medan. Bahkan pada tanggal 10 desember 1945 mereka berusaha menghancurkan konsentrasi TKR di trepes. Aksi tersebut tentu saja mendapat perlawan yang sengit dari pemuda medan.
Dengan terjadinya peristiwa seprti itu, brigadir jendral T.E.D kelly kembali mengancam para pemuda agar menyerahkan senjata yang mereka miliki dan jika tidak akan di tembak mati.
5. Peristowa hotel yamato
Insiden perobeka bendera di hotel yamato ini merupakan awal dari rentetan perlawanan yang di lakukan oleh arek-arek suroboyo. Peristiwa ini bermula dari di [asangnya bendera belanda yang dilakukan oleh sekelompok orang yang di komando lamgsung oleh Mr. W.V.Ch ploegman. Peristiwa ini di lakikan sekitar pulul 21:00 pada tanggal 18 oktober 1945.
Pemasangan bendera ini tampaknya tidak di ketahui oleh para pemuda dan tanpa sepengetahuan dan persetujuan dari pemerintah R.I di surabaya. Meskipun pihak belanda memasang bendera di malam hari, tampaknya usaha itu nihil. Keesokan harinya tanggal 19 oktober 1945 sekelompok pemuda melihat berkibarnya bendera belanda itu, tak kuat menahan amarah. Hanya beberpa jam setelah mereka melihat berkibarnya bendera belanda itu, jalannan sesak oleh segerombolan masa yang marah atas ulah yang di lakukan oleh pemerintah kolonial belanda itu.
Jalan tunjangan yang nerupakan jaln pusat kota itu bagaikan kerimunan semut, banyak dari kalangan pemuda,pelajar,maupun dari golongan dewasa yang berkumpul,guna protes atas ulah yang di lakukanya. Residen sudirman yang merupakan wakil dari keresidenan daerah surabaya itu langsung menemui ploegman dengan di dampongi oleh sidik dan hariono. Mereka bertujuan untuk melakukan perundingan dengan pihak belanda ntuk menurunkan bendera tri warna tersebut. Tampaknya usaha yang dilkukan sudirman sia-sia, ploegman dengan nada keras dan mengangkat senjata revolvernya menjawab ”tentara sekutu telah menang, dan belanda merupakan sekutu,maka sekarang pemerintah hindia belanda berhak atas indonesia! Republik indonesia tidak kami akui”.
Merasa usaha yang di lakukan gagal dengan yang di sertai perasaan amarah yang begitu kuat,sidik dan harianto mengambil langkah yang mengejutkan. Sidik langsung menendang revolver yang di pengang oleh ploegman hingga terpental dan menyebabkan letusan tanpa mengenai korban. Sementara harianto menyeret sudirman dari rauanga tersebut,namun sidik masih terus melakukan pergulatan dengan ploegman dan mencekiknya hingga tewas. Setelah letusan pistol milik poegman tersebut menyebabkan bebrapa sidik hingga tersunggkur ke tanah. Mengetahui kondisi yang sepert ini akhirnya para pemuda yang di luar hotel merengsek masuk ke hotel,hingga perkelahian tak dapat di hindarkan. Sementara itu hariono dengan kusno wibowo di bantu dengan beberapa pemuda melakukan pemanjatan guna menurunkan bendera tri warna tersebut. Setelah berhasil menurunkanya mereka merobek bendera yang bagian biru hingga akhirnya berkibarlah bendera merah putih. Pekik “merdeka” di lontarkan oleh mereka sebagai tanda kehormatan dan kedaulatan dari Indonesia.
6. Pertempuran lima hari di Semarang
Dengan meyerhnya jepang terhadap sekutu pada tanggal 15 agustus 1945dan di susul dengan di proklamarkan republik indonesia 17 agustus 1945, maka seharusnya tamatlah kekuasaan jepang di indonesia. Dan di tunjuknya Mr wongsonegoro sebagai penguasa republik di jawa tengah dan pusat pemerintahnya di semarang, maka adalah kewajiban pemerintah di jawa tengah mengambil alih kekuasaan yang selama ini di pegang jepang, termasuk bidang pemerintahan, keaamanan, dan ketertibannya. Maka terbentuklah badan keaamanan rakyat (BKR) yang kemudian menjadi tentara keamanan rakyat (TKR).
Di beberapa tempat di jawa tengah telah terjadi pula kegiatan perlicutan senjata jepang tanpa kekerasan antara lain di banyumas, tapi terjadi kekerasan di ibukota semarang. Kido butai (pusat ketentaraan jepang di jatingaleh) nampak tidak memberikan persetujuaanya secara menyeluruh, meskipun di jamin oleh gubernur wonsonegoro, bahwam sejata tersebut tidak untuk melawan jepang. Permintaan yang berulang ulang Cuma menghasilkan senjata yang tak seberapa, dan itu pun snjata-senjata yang agak usang.
Kecurigaan BKR dan pemuda semarang semakin bertambah, setelah sekutu mulai mendaratkan pasukannya di pulau jawa.
Pihak indonesia khawatir jepang akan menyerahkan senjata-senjatanya kepada sekutu, dan berpendapat kesempatan memperoleh senjata harus dimanfaatkan sebelum sekutu mendarat di semarang.karna sudah pasti pasukan belanda yang bergabung dengan sekutu akan ikut dalam pendaratan itu yang tujuannya menjajah indonesia lagi.
Pertempuran lima hari di semarang ini dimulai menjelang minggu malam tanggal 15 oktober 1945. Keadaan kota semarang sangatlah mencekam apalagi di jalan jalan dan kampung kampung di mana ada pos BKR dan pemuda tampak keaadan siap. Pasukan pemuda terdiri dari beberapa kelompok yaitu BKR, Polisi istimewa,AMRI, AMKA (angkatan muda kereta api) dan organisasi para pemuda lainnya. Dapat pula kita tambahkan di sini, bahwa markas jepang di bantu oleh pasukan jepang sebesar 675 orang,yang mereka dalam perjalanan dari irian ke jakarta,tapi karena persoalan logistik,pasukan ini singgah ke semarang. Pasukan ini merupakan pasukan tempur yang mempunyai pengalaman di medan perang irian. Keaadan kontras sekali, karena para pemuda pejuang kita harus menghadapi pasukan jepang yang berpengalaman tempur dan lebih lengkap persenjataanya , sementara kelompok pasukan pemuda belum pernah bertempur, dan hampir-hampir tidak bersenjata.
Juga sebagian besar belum pernah mendapat latihan,kecuali di antaranya pasukan polisi intimewa, anggota BKR, dari ex-PETA dan Heihoyang pernah mendapat pendidikan dan latihan militer, tapi tanpa pengalaman tempur. Pertempuran lima hari di semarang ini diawali dengan berontakan 400 tentara jepang yang bertugas membangun pabrik senjata di cepiring dekat semarang. Pertempuran antara pemberontak jepang melawan pemuda ini berkorban sejak dari cepiring (kl 30 km sebelah barat semarang) hingga jatingaleh yang terletak di bagian atas kota. Di jatingaleh ini pasukan jepang yang dipukul mundur menggabungkan diri dengan pasukan kidobutai yang memang berpangkalan di tempat tersebut.
Suasana kota semarang menjadi panas. Terdengar bahwa pasukan kidobutai jatingaleh akan segera mengadakan serangan balasan terhadap para emuda indonesia. Situasi hangat bertambah panas dengan meluasnya desas-desus yang menggelisahkan masyarakat, bahwa cadangan air minum di candi (Siranda) telah diracuni. Pihak jepang yang disangka telah melakukan peracunan lebih memperuncing keadaan dengan melecuti delapan orang polisi indonesia yang menjaga tempat tersebut untuk menghidarkan peracunan cadangan air minum itu. Dr. Karyadi, kepala laboratorium pusat rumah sakit rakyat (perusara) ketika mendengar berita ini langsung meluncur ke siranda untuk mengecek kebenarannya. Tetapi beliau tidak pernah sampai tujuan, jenazahnya ditemukan di jalan spandanaran semarang, karena dibunuh tentara jepang (namanya diabadikan menjadi RS di semarang).
Keesokan harinya 15 oktober 1945 jam 03:00 pasukan kidobutai benar-benar melancarkan serangannya ke tengah-tengah kota semarang. Markas BKR kota semarang menepati kompleks bekas sekolah MULO di mugas (di belakang bekas pom bensin pandaran). Dibelakangnya terdapat sebuah bukit rendah dari sinilah di waktu fajar kidobutai melancarkan serangannya mendadak berkas BKR secara tiba-tiba mereka melancarkan serangan dari dua jurusan dengan tembakan mesin gancar, diperkirakan pasukan jepang yang menyerang nerjumlah 400 orang. Setelah memberikan perlawanan setengah jam pimpinan BKR akhirnya menyadari markasnya tak mungkin dapat mempertahankan lagi dan untuk menghindari kepungan tentara jepang, pasukan BKR mengundurkan diri meninggalkan maarkasnya. Pertempuran ini dimulai pada 15 oktober 1945 – 20 oktober 1945.
MAKNA PROKLAMASI BAGI BANGSA INDONESIA
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia sangat besar artinya bangi bangsa Indonesia, antara lain sebagai berikut:
1. Pernyataan untuk merdeka bebas dari segala bentuk pejajahan bangsa lain atas bangsa dan negara Indonesia (dimuat dalam Teks Proklamasi)
2. Merupakan Jembatan emas yang menghubungkan dan mengantarkan bangsa Indonesia dalam mencapai masyarakat baru, yaitu kehidupan yang bebas tanpa ikatan dan tekanan.
3. Merupakan titik puncak perjuangan pergerakan bangsa indonesia yang telah mengantarkan bangsa Indonesia kedepan pintu gerbang kebebasan. Proklamasi Kemerdekaan Indonesia bukanlah titik akhir perjuangan bangsa Indonesia, karena bangsa Indonesia harus terus berjuang untuk mempertahankan dan mengisi kemerdekaan untuk mencapai masarakat adil dan makmur.
Proses Terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) Sejak Proklamasi Hingga Akhir 1945.
Memasuki tahun 1945, perjuangan bangsa Indonesia untuk mencapai kemerdekaan semakin berkobar. Tetapi sebaliknya kedudukan Jepang dalam Perang Pasifik semakin terjepit. Bahkan kedudukannya di Asia juga sudah terkepung. Oleh karena itulah maka untuk memikat hati bangsa Indonesia, terpaksa berjanji akan memberikan kemerdekaan Indonesia di kemudian hari.Sehubungan dengan itu, Jepang membentuk semacam Dewan Rakyat yang dinamakan Cou Sangi In. Kemudian tanggal 29 April 1945 dibentukBadan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia(BPUPKI), atau Dokuritzu Junbi Cosakai. Badan ini beranggotakan 62 orang, diketuai oleh dr, Rajiman Wedyodiningrat.
BPUPKI dilantik pada tanggal 28 Mei 1945. Sehari berikutnya yakni tanggal 29 Mei mulai mengdakan sidang. Pada garis besarnya BPUPKI melaksanakan dua kali sidang, yaitu:
1. Sidang pertama berlangsung tanggal 29 Mei sampai dengan 1 Juni 1945.Pembicaraan dipusatkan pada perumusan dasar dan falsafah bagi negara Indonesia merdeka. Dalam sidang tersebut tampil 2 orang tokoh yang berpidato menyampaikan konsepnya. Pertama, tanggal 29 Mei 1945, Moh Yamin dan kedua tanggal 1 Juni, oleh Ir. Soekarno. Masing-masing mengemukakan 5 asas sebagai dasar dan falsafah negara. Menurut Ir. Soekarno 5 asas yang disampaikannya itu atas usul seorang teman ahli bahasa dinamakan Pancasila.
2. Sidang ke-2 berlangsung pada tanggal 10-17 Juli 1945.Pada persidangan yang kedua ini pembicaraan dipusatkan pada soal Undang-Undang Dasar (UUD). Setelah diserahkan kepada Panitia Hukum Dasar, BPUPKI berhasil pula menyusun Rancangan UUD.
Masa selang di antara sidang pertama dengan sidang kedua tersebut,Panitia Sembilan dalam BPUPKI berhasil merumuskan asas dan tujuan Negara Indonesia Merdeka yang terkenal dengan sebutan Piagam Jakarta. Adapun tokoh-tokoh yang termasuk dalam Panitia Sembilan tersebut adalah:Mr. Ahmad Subarjo,Abikusno Cokrosuyoso,dan Abdulkahar Muzakir.Selanjutnya pada tanggal 7 Agustus 1945 BPUPKI dibubarkan. Sebagai gantinya dibentuk Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Sebagai ketua diangkat Ir. Soekarno dan Moh. Hatta sebagai wakil ketua. Jumlah anggotanya semula 20 orang, kemudian ditambah 7 orang atas kehendak orang-orang Indonesia dan tanpa seizin Jepang. Dengan demikian PPKI itu bukan murni buatan Jepang.
Sebelum PPKI dapat bersidang, Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta dan dr. Rajiman Wedyodiningrat dipanggil Marsekal Terauchi ke Dalat, kira-kira 300 km sebelah utara Saigon. Tanggal 9 Agustus 1945 ketiga tokoh itu berangkat dari Indonesia menuju Dalat. Terauchi menyatakan setuju dengan pembentukan PPKI dan sekaligus menyerahkan kemerdekaan Indonesia itu kapan akan dilaksanakan.
Tanggal 15 Agustus 1945 ketiganya datang kembali ke Indonesia. Mereka langsung ditemui para pemuda dan mendesak Bung Karno dan Bung Hatta segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Karena pada waktu itu pemuda sudah mendengar bahwa Jepang sudah menyerah. Tetapi Bung Karno dan Bung Hatta belum memenuhi tuntutan golongan pemuda.
Dengan adanya perbedaan pendapat antara golongan tua dan pemuda, maka kelompok pemuda di bawah pimpinan Sukarni, Yusuf Kunto dan Singgih pada tanggal 16 Agustus 1945 sepakat untuk mengasingkan Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta dari Jakarta dan dibawa ke keRengasdengklok.Para pemuda mendesak agar Proklamasi kemerdekaan Indonesia dilaksanakan Rengasdengklok. Hal ini juga ditolak oleh Ir. Soekarno dan Drs. Moh Hatta. Di tengah-tengah pertentangan pendapat itu, pada sore harinya, tanggal 16 Agustus datanglah Mr. Ahmad Subarjo. Atas jaminannya maka semua sepakat untuk mengembalikan Bung Karno dan Bung Hatta ke Jakarta. Mr. Ahmad Subarjo juga meyakinkan bahwa proklamasi kemungkinan besar dapat dilaksanakan pada esok harinya.
Sesampainya di Jakarta, malam itu juga tanggal 16 Agustus 1945, mereka mengumpulkan anggota PPKI dan beberapa pemimpin lainnya untuk membicarakan persiapan Proklamasi Kemerdekaan. Mereka ini berkumpul di rumah Laksamana Maeda (Kepala Perwakilan Angkatan Laut Jepang di Jakarta), di jalan Imam Bonjol No.1.Rapat itu berlangsung sampai tanggal 17 Agustus 1945 dini hari dan sudah berhasil menyusun naskah Proklamasi. Naskah itu pertama kali masih tulisan tangan.Yang menjadi persoalan pada waktu itu adalah siapa yang harus menandatangani naskah tersebut. Kemudian atas usul Sukarni, teks Proklamasi itu ditandatangani oleh Soekarno - Hatta atas nama bangsa Indonesia. Semua sepakat. Kemudian konsepnya diserahkan kepadaSayuti Melik untuk diketik. Hasil ketikkan itulah yang merupakan teks Proklamasi yang otentik (resmi). Mereka juga sepakat untuk menyatakan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 itu juga.
PEMBENTUKAN PPKI
PPKI dibentuk pemerintah Jepang tanggal 7 Agustus 1945. Badan ini bertugas menyiapkan segala sesuatu menyangkut masalah ketatanegaraan menghadapi penyerahan kekuasaan pemerintahan dari Jepang kepada bangsa Indonesia.Beranggotakan 21 orang, yang ditunjuk sebagai ketua adalah Ir.Soekarno dan wakilnya Moh. Hatta. Sebagai penasehat ditunjuk Mr. Ahmad Subardjo, dan tanpa sepengetahuan pemerintah Jepang, PPKI menambah lagi enam orang, yaitu Wiranatakusumah, Ki Hadjar Dewantara, Mr. Kasman Singodimedjo, Sayuti Melik, Iwa Kusumasumantri, dan Ahmad Soebardjo. Badan ini dibentuk untuk menarik simpati golongan-golongan yang ada di Indonesia agar bersedia membantu Jepang dalam Perang Pasifik, yang kedudukannya semakin terdesak sejak 1943. Mereka juga berjanji memberi kemerdekaan pada Indonesia melalui 'Perjanjian Kyoto'.
Ketika Rusia bergabung dengan Sekutu dan menyerbu Jepang dari Manchuria, pemerintah Jepang mempercepat kemerdekaan Indonesia, yang oleh BPUPKI direncanakan 17 September 1945. Tiga tokoh PPKI (Soekarno, Hatta, dan Radjiman) diterbangkan ke Dalath (Saigon) bertemu Jenderal Terauchi yang akan merestui pembentukan negeri boneka tersebut. Tanggal 14 Agustus 1945 ketiganya kembali ke Jakarta dan Jepang menghadapi pemboman AS di Hirosima dan Nagasaki. Golongan tua dan golongan muda pejuang kemerdekaan terlibat pro dan kontra atas peristiwa pemboman Jepang oleh AS. Golongan muda melihat Jepang sudah hampir menemui kekalahan, tetapi golongan tua tetap berpendirian untuk menyerahkan keputusan pada PPKI.
Sikap tersebut tidak disetujui golongan muda dan menganggap PPKI merupakan boneka Jepang dan tidak menyetujui lahirnya proklamasi kemerdekaan dengan cara yang telah dijanjikan oleh Jenderal Besar Terauchi dalam pertemuan di Dalath. Golongan muda menghendaki terlaksananya proklamasi kemerdekaan dengan kekuatan sendiri lepas sama sekali dari pemerintahan Jepang. Menanggapi sikap pemuda yang radikal itu, Soekarno-Hatta berpendapat bahwa soal kemerdekaan Indonesia yang datangnya dari pemerintah Jepang atau dari hasil perjuangan bangsa Indonesia sendiri tidaklah menjadi soal, karena Jepang toh sudah kalah. Selanjutnya menghadapi Sekutu yang berusaha mengembalikan kekuasaan Belanda di Indonesia. Oleh sebab itu untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia diperlukan suatu revolusi yang terorganisasi. Mereka ingin memperbincangkan proklamasi kemerdekaan di dalam rapat Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia.
Perbedaan pendapat ini melatarbelakangi peristiwa penculikan Soekarno dan Hatta ke Rengasdengklok tanggal 16 Agustus 1945 pukul 04.00 WIB. Tindakan itu diambil berdasarkan keputusan rapat terakhir pemuda pejuang yang diadakan pukul 24.00 WIB menjelang tanggal 16 Agustus 1945 di Jl. Cikini, 71 Jakarta. Selain dihadiri pemuda-pemuda yang sebelumnya rapat di Lembaga Bakteriologi, Pegangsaan Timur, Jakarta, juga dihadiri oleh Sukarni, Jusuf Kunto, dan dr. Muwardi dari Barisan Pelopor, serta Shodanco Singgih dari Daidan Peta Jakarta syu. Mereka bersama Chaerul Saleh sepakat melaksanakan keputusan rapat, antara lain "menyingkirkan Soekarno dan Hatta ke luar kota" dengan tujuan menjauhkan mereka dari segala pengaruh Jepang. Shodanco Singgih mendapat kepercayaan melaksanakan rencana itu. Di Rengasdengklok, akhirnya Soekarno setuju memproklamasikan kemerdekaan tanpa campur tangan pihak Jepang. Pukul 23.00 WIB rombongan tiba di Jakarta dan menuju kediaman Laksamana Maeda di Jl. Imam Bonjol No.1, dan di tempat tersebut naskah proklamasi disusun.
Setelah selesai, teks proklamasi dibaca dan dimusyawarahkan di hadapan tokoh-tokoh yang sebagian besar anggota PPKI. Sehari setelah itu, PPKI mengadakan sidang di Gedung Kesenian Jakarta dan dihasilkan beberapa keputusan, yaitu a) membentuk UUD; b) memilih Ir. Soekarno sebagai presiden dan Drs. Moh. Hatta sebagai wakil presiden; c) presiden untuk sementara waktu akan dibantu oleh sebuah komite nasional. Pada sidang hari kedua, PPKI menetapkan membentuk 12 departemen dan menunjuk para pejabat departemen dan menetapkan wilayah RI meliputi delapan propinsi sekaligus menunjuk gubernurnya. Pada sidang hari ketiga, presiden memutuskan berdirinya tiga badan baru yaitu Komite Nasional Indonesia (KNI), Partai Nasional Indonesia (PNI), dan Badan Keamanan Rakyat (BKR). Dan dengan terbentuknya tiga badan ini, maka berarti pula PPKI dibubarkan.
RENGASDENGKLOK
Peristiwa Rengasdengklok dimulai dari “penculikan” yang dilakukan oleh sejumlah pemuda (Soekarni, Wikana dan Chaerul Saleh dari perkumpulan “Menteng 31“) terhadap Soekarno dan Hatta. Peristiwa ini terjadi pada tanggal 16 Agustus 1945 pukul 04.00. WIB, Soekarno dan Hatta dibawa ke Rengasdengklok, Karawang, untuk kemudian didesak agar mempercepat proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, sampai dengan terjadinya kesepakatan antara golongan tua yang diwakili Soekarno dan Hatta serta Mr. Achmad Subardjo dengan golongan muda tentang kapan proklamasi akan dilaksanakan.Menghadapi desakan tersebut, Soekarno dan Hatta tetap tidak berubah pendirian. Sementara itu di Jakarta, Chairul dan kawan-kawan telah menyusun rencana untuk merebut kekuasaan. Tetapi apa yang telah direncanakan tidak berhasil dijalankan karena tidak semua anggota PETA mendukung rencana tersebut.Kekalahan Jepang dalam Perang Pasifik semakin jelas dengan dijatuhkannya bom atom oleh Sekutu di kota Hiroshima pada tanggal dan pada tanggal . Akibat peristiwa tersebut, kekuatan Jepang makin lemah. Kepastian berita kekalahan Jepang terjawab ketika tanggal dini hari, Sekutu mengumumkan bahwa Jepang sudah menyerah tanpa syarat dan perang telah berakhir.Berita tersebut diterima melalui siaran radio di Jakarta oleh para pemuda yang termasuk orang-orang Menteng Raya 31 seperti Chaerul Saleh, Abubakar Lubis, Wikana, dan lainnya. Penyerahan Jepang kepada Sekutu menghadapkan para pemimpin Indonesia pada masalah yang cukup berat. Indonesia mengalami kekosongan kekuasaan (vacuum of power). Jepang masih tetap berkuasa atas Indonesia meskipun telah menyerah, sementara pasukan Sekutu yang akan menggantikan mereka belum datang. Gunseikan telah mendapat perintah-perintah khusus agar mempertahankan status quo sampai kedatangan pasukan Sekutu. Adanya kekosongan kekuasaan menyebabkan munculnya konflik antara golongan muda dan golongan tua mengenai masalah kemerdekaan Indonesia.Golongan muda menginginkan agar proklamasi kemerdekaan segera dikumandangkan. Mereka itu antara lain Sukarni, B.M Diah, Yusuf Kunto, Wikana, Sayuti Melik, Adam Malik, dan Chaerul Saleh. Sedangkan golongan tua menginginkan proklamasi kemerdekaan harus dirapatkan dulu dengan anggota PPKI. Mereka adalah Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, Mr. Ahmad Subardjo, Mr. Moh. Yamin, Dr. Buntaran, Dr. Syamsi dan Mr. Iwa Kusumasumantri. Golongan muda kemudian mengadakan rapat di salah satu ruangan Lembaga Bakteriologi di Pegangsaan Timur, Jakarta pada tanggal 15 Agustus 1945 pukul 20.00 WIB.Rapat tersebut dipimpin oleh Chaerul Saleh yang menghasilkan keputusan tuntutan-tuntutan golongan muda yang menegaskan bahwa kemerdekaan Indonesia adalah hal dan soal rakyat Indonesia sendiri, tidak dapat digantungkan kepada bangsa lain. Segala ikatan, hubungan dan janji kemerdekaan harus diputus, dan sebaliknya perlu mengadakan perundingan dengan Ir. Soekarno dan Mohammad Hatta agar kelompok pemuda diikutsertakan dalam menyatakan proklamasi.Langkah selanjutnya malam itu juga sekitar jam 22.00 WIB Wikana dan Darwis mewakili kelompok muda mendesak Soekarno agar bersedia melaksanakan proklamasi kemer-dekaan Indonesia secepatnya lepas dari Jepang.Ternyata usaha tersebut gagal. Soekarno tetap tidak mau memproklamasikan kemerdekaan. Kuatnya pendirian Ir. Soekarno untuk tidak memproklamasikan kemerdekaan sebelum rapat PPKI menyebabkan golongan muda berpikir bahwa golongan tua mendapat pengaruh dari Jepang.Selanjutnya golongan muda mengadakan rapat di Jalan Cikini 71 Jakarta pada pukul 24.00 WIB menjelang tanggal 16 Agustus 1945. Mereka membawa Soekarno dan Hatta ke Rengasdengklok. Rapat tersebut menghasilkan keputusan bahwa Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta harus diamankan dari pengaruh Jepang. Tujuan para pemuda mengamankan Soekarno Hatta ke Rengasdengklok antara lain:agar kedua tokoh tersebut tidak terpengaruh Jepang, danmendesak keduanya supaya segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia terlepas dari segala ikatan dengan Jepang.Pada tanggal 16 Agustus 1945 pagi, Soekarno dan Hatta tidak dapat ditemukan di Jakarta. Mereka telah dibawa oleh para pemimpin pemuda, di antaranya Sukarni, Yusuf Kunto, dan Syudanco Singgih, pada malam harinya ke garnisun PETA (Pembela Tanah Air) di Rengasdengklok, sebuah kota kecil yang terletak sebelah Utara Karawang.Pemilihan Rengasdengklok sebagai tempat pengamanan Soekarno Hatta, didasarkan pada perhitungan militer. Antara anggota PETA Daidan Purwakarta dan Daidan Jakarta terdapat hubungan erat sejak keduanya melakukan latihan bersama. Secara geografis, Rengasdengklok letaknya terpencil, sehingga dapat dilakukan deteksi dengan mudah setiap gerakan tentara Jepang yang menuju Rengasdengklok, baik dari arah Jakarta, Bandung, atau Jawa Tengah. Mr. Ahmad Subardjo, seorang tokoh golongan tua merasa prihatin atas kondisi bangsanya dan terpanggil untuk mengusahakan agar proklamasi kemerdekaan dapat dilaksanakan secepat mungkin. Untuk tercapainya maksud tersebut, Soekarno Hatta harus segera dibawa ke Jakarta.Akhirnya Ahmad Subardjo, Sudiro, dan Yusuf Kunto segera menuju Rengasdengklok. Rombongan tersebut tiba di Rengasdengklok pukul 17.30 WIB. Peranan Ahmad Subardjo sangat penting dalam peristiwa kembalinya Soekarno Hatta ke Jakarta, sebab mampu meyakinkan para pemuda bahwa proklamasi kemerdekaan akan dilaksanakan keesokan harinya paling lambat pukul 12.00 WIB, nyawanya sebagai jaminan. Akhirnya Subeno sebagai komandan kompi Peta setempat bersedia melepaskan Soekarno Hatta ke Jakarta.Setelah sampai Jakarta pada pukul 23.00, rombongan meminta ijin kepada Jenderal Nishimura untuk memproklamirkan kemerdekaan Indonesia. Namun Nishimura menolak permintaan tersebut dengan alasan bahwa Indonesia masih dalam status quo, artinya belum ada penyerahan kekuasaan dari Jepang kepada Sekutu. Karena ditolak, maka usaha mempersiapkan proklamasi dilakukan di rumah , seorang perwira Angkatan Laut Jepang. Mengapa di rumah Maeda ? ada dua alasan :Laksamana Maeda mendukung perjuangan Bangsa Indonesia Faktor Keamanan : Hak prerogatif kekuasaan wilayah militer angkatan laut yang tidak dapat diganggu gugat oleh angkatan Darat.
Pertemuan Soekarno/Hatta dengan Jenderal Mayor Nishimura dan Laksamana Muda Maeda
Malam harinya, Soekarno dan Hatta kembali ke Jakarta. Mayor Jenderal Moichiro Yamamoto, Kepala Staf Tentara ke XVI (Angkatan Darat) yang menjadi Kepala pemerintahan militer Jepang (Gunseikan) di Hindia Belanda tidak mau menerima Sukarno-Hatta yang diantar oleh Maeda Tadashi dan memerintahkan agar Mayor Jenderal Otoshi Nishimura, Kepala Departemen Urusan Umum pemerintahan militerJepang, untuk menerima kedatangan rombongan tersebut. Nishimura mengemukakan bahwa sejak siang hari tanggal 16 Agustus 1945 telah diterima perintah dari Tokyo bahwa Jepang harus menjaga status quo, tidak dapat memberi ijin untuk mempersiapkan proklamasi Kemerdekaan Indonesia sebagaimana telah dijanjikan oleh Marsekal Terauchi di Dalat, Vietnam. Soekarno dan Hatta menyesali keputusan itu dan menyindir Nishimura apakah itu sikap seorang perwira yang bersemangat Bushido, ingkar janji agar dikasihani oleh Sekutu. Akhirnya Sukarno-Hatta meminta agar Nishimura jangan menghalangi kerja PPKI, mungkin dengan cara pura-pura tidak tau. Melihat perdebatan yang panas itu Maeda dengan diam-diam meninggalkan ruangan karena diperingatkan oleh Nishimura agar Maeda mematuhi perintah Tokyo dan dia mengetahui sebagai perwira penghubung Angkatan Laut (Kaigun) di daerah Angkatan Darat (Rikugun) dia tidak punya wewenang memutuskan.
Setelah dari rumah Nishimura, Sukarno-Hatta menuju rumah Laksamana Maeda (kini Jalan Imam Bonjol No.1) diiringi oleh Myoshiguna melakukan rapat untuk menyiapkan teks Proklamasi. Setelah menyapa Sukarno-Hatta yang ditinggalkan berdebat dengan Nishimura, Maeda mengundurkan diri menuju kamar tidurnya. Penyusunan teks Proklamasi dilakukan oleh Soekarno, M. Hatta, Achmad Soebardjo dan disaksikan oleh Soekarni, B.M. Diah, Sudiro (Mbah) dan Sayuti Melik. Myoshiyang setengah mabuk duduk dikursi belakang mendengarkan penyusunan teks tersebut tetapi kemudian ada kalimat dari Shigetada Nishijima seolah-olah dia ikut mencampuri penyusunan teks proklamasi dan menyarankan agar pemindahan kekuasaan itu hanya berarti kekuasaan administratif. Tentang hal ini Bung Karno menegaskan bahwa pemindahan kekuasaan itu berarti. Bung Hatta, Subardjo, B. M Diah, Sukarni, Sudiro dan Sajuti Malik tidak ada yang membenarkan klaim Nishijima tetapi di beberapa kalangan klaim Nishijima masih di dengungkan. Setelah konsep selesai disepakati, Sajuti menyalin dan mengetik naskah tersebut menggunakan mesin ketik yang diambil dari kantor perwakilan AL Jerman, milik Mayor(Laut) Dr. Hermann Kandeler. Pada awalnya pembacaan proklamasi akan dilakukan di Lapangan Ikada, namun berhubung alasan keamanan dipindahkan kekediaman Soekarno, Jalan Pegangsaan Timur 56 (sekarangJl. Proklamasi no. 1).
Detik-detik Pembacaan Naskah Proklamasi
Perundingan antara golongan muda dan golongan tua dalam penyusunan teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia berlangsung pukul 02.00 - 04.00 dini hari. Teks proklamasi ditulis diruang makan di laksamana Tadashi Maeda jln Imam Bonjol No 1. Para penyusun teks proklamasi itu adalah Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, dan Mr. Ahmad Soebarjo. Konsep teks proklamasi ditulis oleh Ir. Soekarno sendiri. Di ruang depan, hadir B.M Diah Sayuti Melik, Sukarni dan Soediro. Sukarni mengusulkan agar yang menandatangani teks proklamasi itu adalah Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta atas nama bangsa Indonesia. Teks Proklamasi Indonesia itu diketik oleh Sayuti Melik. Pagi harinya, 17 Agustus 1945, di kediaman Soekarno, Jalan Pegangsaan Timur 56 telah hadir antara lain Soewirjo, Wilopo, Gafar Pringgodigdo, Tabrani dan Trimurti.
Acara dimulai pada pukul 10:00 dengan pembacaan proklamasi oleh Soekarno dan disambung pidato singkat tanpa teks. Kemudian bendera Merah Putih, yang telah dijahit oleh bu Fatmawati, dikibarkan, disusul dengan sambutan oleh Soewirjo, wakil walikota Jakarta saat itu dan Moewardi, pimpinan Barisan Pelopor. Pada awalnya Trimurti diminta untuk menaikkan bendera namun ia menolak dengan alasan pengerekan bendera sebaiknya dilakukan oleh seorang prajurit. Oleh sebab itu ditunjuklah Latief Hendraningrat, seorang prajurit PETA, dibantu oleh Soehoed untuk tugas tersebut. Seorang pemudi muncul dari belakang membawa nampan berisi bendera Merah Putih ( Sang Saka Merah Putih), yang dijahit oleh Fatmawati beberapa hari sebelumnya. Setelah bendera berkibar, hadirin menyanyikan lagu Indonesia Raya. Sampai saat ini, bendera pusaka tersebut masih disimpan di Museum Tugu Monumen Nasional. Setelah upacara selesai berlangsung, kurang lebih 100 orang anggota Barisan Pelopor yang dipimpin S. Brata datang terburu-buru karena mereka tidak mengetahui perubahan tempat mendadak dari Ikada ke Pegangsaan. Mereka menuntut Soekarno mengulang pembacaan Proklamasi, namun ditolak. Akhirnya Hatta memberikan amanat singkat kepada mereka. Pada tanggal 18 Agustus 1945, Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) mengambil keputusan, mengesahkan dan menetapkan Undang-Undang Dasar (UUD) sebagai dasar negara Republik Indonesia, yang selanjutnya dikenal sebagai UUD 45.
Dengan demikian terbentuklah Pemerintahan Negara Kesatuan Indonesia yang berbentuk Republik (NKRI) dengan kedaulatan di tangan rakyat yang dilakukan sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) yang akan dibentuk kemudian. Setelah itu Soekarno dan M. Hatta terpilih atas usul dari Oto Iskandardinata dan persetujuan dari PPKI sebagai Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia yang pertama. Presiden dan Wakil Presiden akan dibantu oleh sebuah Komite Nasional.
Sambutan Masyarakat Boyolali Setelah Mendengar Berita Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945.
Sambutan masyarakat boyolali sebagai contoh di lapangan Sendang Karanggede warga sekitar menyambut proklamasi dengan kegembiraan dan sambutan yang begitu meriah dengan dibunyikannya kentongan secara bersama sama. Kabupaten Boyolali yang terletak di propinsi Jawa Tengah,atau tepatnya berada di sebelah barat Kota Surakarta terkenal dengan sebutan kota Susu,karena merupakan penghasil susu perah terbaik di eks.Karisidenan Surakarta. Selain menghasilkan susu perah terbaik,Boyolali juga melahirkan putra-putri terbaik bangsa,diantaranya Abdul Azis Saleh, Prof.Dr.Soeharso, Laksamana TNI (Purn) Widodo A.S dan salah satunya adalah S.K Trimurti.dll
S.K Trimurti mungkin adalah salah satu sosok pelaku sejarah yang hampir terlupakan. Ia merupakan salah satu saksi mata-telinga secara langsung dari pembacaan proklamasi. Bahkan sebelum bendera Merah Putih dikibarkan terdengar agar itu dilakukan oleh Trimurti. Namun ia menolak dan beralasan bahwa sebaiknya hal itu dilaksanakan oleh anggota PETA yang sudah terbiasa dalam pengibaran bendera. Terlebih dari hal itu S.K Trimurti merupakan pejuang wanita yang tangguh, berkiprah di dunia Pers dan tak gentar pada penjajahan kolonial.
b. Luapan kegembiraan rakyat menyambut kemerdekaan Indonesia.
c. Mengadakan rapat-rapat raksasa.
d. Para pemuda membentuk angkatan muda Indonesia.
e. Upaya pengambilalihan kekuasaan dari tangan Jepang.
f. Upaya merebut gedung-gedung dan kantor pemerintahan.
g. Merebut persenjataan dari tangan Jepang.
h. Tekad untuk tetap mempertahankan kemerdekaan.
Bukan hanya itu saja,rakyat diberbagai daerah di Indonesia juga melakukan tindakan-tindakan perlawanan terkait dengan pelaksanaan kemerdekaan Indonesia,diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Tindakan heroik di Solo
Para pemuda melakukan pengepungan markas Kempetai Jepang, sehingga terjadilah pertempuran. Dalam pertempuran itu, seorang pemuda bernama Arifin gugur.
2. Palagan Ambarawa
Pada tanggal 20 0ktober 1945, tentara sekutu di bawah pimpinan Brigadir Bethellm mendarat di semarang dengan maksud mengurus tawanan perangdan tentara Jepang yang berada di Jawa Tengah. Kedatangan sekutu ini diboncengi oleh NICA. Kedatangan sekutu ini mulanya disambut baik, bahkan Gubernur Jawa Tengah Mr Wongsonegoro menyepekati akan menyediakan bahan makanan dan keperluan lain bagi kelancaran tugas Sekutu, sedang Sekutu berjanji tidak akan mengganggu kedaulatan Republik Indonesia.
Namun, ketika pasukan Sekutu dan NICA telah sampai di Ambarawa dan magelang untuk membebasakan para tawanan tentara Belanda, para tawanan tersebut malah dipersenjatai sehingga menimbulkan kemarahan pihak Indonesia. Insiden bersenjata timbul di kota Magelang, hingga terjadi pertempuran. Di Magelang, tentara Sekutu bertindak sebagai penguasa yang mencoba melucuti Tentara Keamanan Rakyat dan membuat kekacauan. TKR Resimen Magelang dipimpin Letkol. M.Sarbini membalas tindakan tersebut dengan mengepung tentara Sekutu dari berbagai penjuru. Namun mereka selamat dari kehancuran berkat campur tangan Presiden Sukarno yang berhasil memenangkan susasana. Kemudian pasukan Sekutu secara diam-diam meninggalkan Kota Magelang menujunke benteng Ambarawa. Akibat peristiwa tersebut, Resimen Kedu Tengah di bawah pimpinan Letkol M. Sarbini segera mengadakan pengejaran terhadap mereka. Gerakan mundur tentara Sekutu tertahan di Desa Jambu karena dihadang oleh pasukan Angkatan Muda di bawah pimpinan Oni Sastrodihardjo yang diperkuat oleh pasukan gabungan dari Ambarawa, Suruh dan Surakarta.
Tentara Sekutu kembali dihadang oleh Batalyon 1 Soerjosoempeno di Ngipik. Pada saat pengunduran, tentara Sekutu mencoba menduduki dua desa di sekitar Ambarawa. Pasukan Indonesia di bawah pimpinan Letkol. Isdiman berusaha membebaskan kedua desa tersebut, namun ia keburu gugur terlebaih dahulu. Sejak gugurnya Letkol. Isdiman, komandan Divisi 5 Banyumas, Kol Soedirman merasa kehilangan seorang perwira terbaiknya dan ia langsung turun ke lapangan untuk memimpin pertempuran. Kehadiran Kol Soedirman memberikan napas baru kepada pasukan-pasukan RI. Koordinasi diadakan diantara komando-komando sektor dan pengepungan terhadap musuh semakin ketat. Siasat yang diterapkan adalah serakan pendadakan serentak di semua sektor. Bala bantuan terus mengalir dari Yogyakarta, Solo, Salatiga, Purwokerto, Magelang, Semarang, dll
Tanggal 23 November 1945 ketika matahari mulai terbit, mulailah tembak menembak dengan pasukan sekutu yang bertahan di kompleks gereja dan kerkhop Belanda di Jl. Margo Agoeng. Pasukan Indonesia terdiri dari Yon. Imam Androgi, Yon. Soeharto, dan Yon. Soegang. Tentara Sekutu mengarahkan tawanan-tawanan Jepang dengan diperkuat tanknya, menyusup ke tempat kedudukan indonesia dari arah belakang, karena itu pasukan Indonesia indah ke Bedono.
Setelah bertempur selama empat hari, pada tanggal 15 Desember 1945 pertempuran berakhir dan Indonesia berhasil merebut Ambarawa dan sekutu dibuat mundur ke Semarang. Kemenangan pertempuran ini kini diabadikan dengan didirikannya Monumen Palagan Ambarawa dan diperingati hari jadi TNI Angkatan Darat atau Hari Juang Kartika
3. Peristiwa Bandung lautan api
Peristiwa bandun lautan api adalah peristiwa kebakaran besar yang terjadi di kota bandung pada 24 Maret 1946. Dalam waktu tujuh jam sekitar 200.000 penduduk bandung membakar rumah mereka, meninggalkan kota menuju pegunungan di daerah selatan bandung. Hal ini dilakukan untuk mencegah tentara sekutu dan tentara NICA belandauntuk dapat menggunakan kota bandung sebagai markas strategis militer dalam perang kemerdekaan indonesia.
4.Peristiwa Medan Area
Pada tanggal 9 November 1945, pasukan sekutu di bawah pimpinan brigadril jendral T.E.D. kelly mendarat di sumatra utara yang diikuti oleh pasukan NICA. Pemerintah repuklik indonesia di sumtra utara memperkenangkan mereka untuk menepati beberapa hotel yang terdapat di mota medan. Selanjutnya mereka di tempatkan di Binjai, tanjung lapangan. Sehari setelah mendarat, tim RAPWI mendatangi kamp-kamp tawanan yang ada di medan atas persetujuan gubernur M. Hasan. Kelompokmitu langsung di bentuk menjadi medan batalion KNIL.
Dengan adanya kekuatan itu,ternyata bekas tawanan menjadi arogan dan sewenag-wenang sehingga memancinng munculnya insiden. Insiden pertama terjadi tanggal 13 oktober 1945 di jalan bali, medan. Insiden itu berawal dari ulah penghuni hotel yang merampas dan menginjak-injak lencana merah putih. Akibatnya hotel itu di serang dan di rusak oleh kalangan pemuda. Dampak dari insiden itu menjalar ke beberapa kota lain seperti peatang siantar dan bras tagi.
Pada tanggal 10 oktober 1945 di bentuk TKR sumatra timur dengan pepimpinnya Achmad Tair. Selanjutnya di adakan pemanggilan bekas giugan dan heihi ke sumtara timur. Di samping TKR, terbentuk juga badan-badan perjuangan yang sejak tanggal 15 oktober 1945 menjadi pemuda repuklik indonesia sumtara timur dan kemudian berganti nama menjadi Pesindo.
Sementara iti pada tanggal 1 desember 1945,pihak sekutu inggris memasang papan-papan yang bertuliskan “fixed boundaries medan area” di daerah-daerah pinggiran kota medan. Sejak saat itu nama medan area menjadi terkenal.inggris bersama NICA melakukan aksi terhadap unsur-unsur R.I di medan. Bahkan pada tanggal 10 desember 1945 mereka berusaha menghancurkan konsentrasi TKR di trepes. Aksi tersebut tentu saja mendapat perlawan yang sengit dari pemuda medan.
Dengan terjadinya peristiwa seprti itu, brigadir jendral T.E.D kelly kembali mengancam para pemuda agar menyerahkan senjata yang mereka miliki dan jika tidak akan di tembak mati.
5. Peristowa hotel yamato
Insiden perobeka bendera di hotel yamato ini merupakan awal dari rentetan perlawanan yang di lakukan oleh arek-arek suroboyo. Peristiwa ini bermula dari di [asangnya bendera belanda yang dilakukan oleh sekelompok orang yang di komando lamgsung oleh Mr. W.V.Ch ploegman. Peristiwa ini di lakikan sekitar pulul 21:00 pada tanggal 18 oktober 1945.
Pemasangan bendera ini tampaknya tidak di ketahui oleh para pemuda dan tanpa sepengetahuan dan persetujuan dari pemerintah R.I di surabaya. Meskipun pihak belanda memasang bendera di malam hari, tampaknya usaha itu nihil. Keesokan harinya tanggal 19 oktober 1945 sekelompok pemuda melihat berkibarnya bendera belanda itu, tak kuat menahan amarah. Hanya beberpa jam setelah mereka melihat berkibarnya bendera belanda itu, jalannan sesak oleh segerombolan masa yang marah atas ulah yang di lakukan oleh pemerintah kolonial belanda itu.
Jalan tunjangan yang nerupakan jaln pusat kota itu bagaikan kerimunan semut, banyak dari kalangan pemuda,pelajar,maupun dari golongan dewasa yang berkumpul,guna protes atas ulah yang di lakukanya. Residen sudirman yang merupakan wakil dari keresidenan daerah surabaya itu langsung menemui ploegman dengan di dampongi oleh sidik dan hariono. Mereka bertujuan untuk melakukan perundingan dengan pihak belanda ntuk menurunkan bendera tri warna tersebut. Tampaknya usaha yang dilkukan sudirman sia-sia, ploegman dengan nada keras dan mengangkat senjata revolvernya menjawab ”tentara sekutu telah menang, dan belanda merupakan sekutu,maka sekarang pemerintah hindia belanda berhak atas indonesia! Republik indonesia tidak kami akui”.
Merasa usaha yang di lakukan gagal dengan yang di sertai perasaan amarah yang begitu kuat,sidik dan harianto mengambil langkah yang mengejutkan. Sidik langsung menendang revolver yang di pengang oleh ploegman hingga terpental dan menyebabkan letusan tanpa mengenai korban. Sementara harianto menyeret sudirman dari rauanga tersebut,namun sidik masih terus melakukan pergulatan dengan ploegman dan mencekiknya hingga tewas. Setelah letusan pistol milik poegman tersebut menyebabkan bebrapa sidik hingga tersunggkur ke tanah. Mengetahui kondisi yang sepert ini akhirnya para pemuda yang di luar hotel merengsek masuk ke hotel,hingga perkelahian tak dapat di hindarkan. Sementara itu hariono dengan kusno wibowo di bantu dengan beberapa pemuda melakukan pemanjatan guna menurunkan bendera tri warna tersebut. Setelah berhasil menurunkanya mereka merobek bendera yang bagian biru hingga akhirnya berkibarlah bendera merah putih. Pekik “merdeka” di lontarkan oleh mereka sebagai tanda kehormatan dan kedaulatan dari Indonesia.
6. Pertempuran lima hari di Semarang
Dengan meyerhnya jepang terhadap sekutu pada tanggal 15 agustus 1945dan di susul dengan di proklamarkan republik indonesia 17 agustus 1945, maka seharusnya tamatlah kekuasaan jepang di indonesia. Dan di tunjuknya Mr wongsonegoro sebagai penguasa republik di jawa tengah dan pusat pemerintahnya di semarang, maka adalah kewajiban pemerintah di jawa tengah mengambil alih kekuasaan yang selama ini di pegang jepang, termasuk bidang pemerintahan, keaamanan, dan ketertibannya. Maka terbentuklah badan keaamanan rakyat (BKR) yang kemudian menjadi tentara keamanan rakyat (TKR).
Di beberapa tempat di jawa tengah telah terjadi pula kegiatan perlicutan senjata jepang tanpa kekerasan antara lain di banyumas, tapi terjadi kekerasan di ibukota semarang. Kido butai (pusat ketentaraan jepang di jatingaleh) nampak tidak memberikan persetujuaanya secara menyeluruh, meskipun di jamin oleh gubernur wonsonegoro, bahwam sejata tersebut tidak untuk melawan jepang. Permintaan yang berulang ulang Cuma menghasilkan senjata yang tak seberapa, dan itu pun snjata-senjata yang agak usang.
Kecurigaan BKR dan pemuda semarang semakin bertambah, setelah sekutu mulai mendaratkan pasukannya di pulau jawa.
Pihak indonesia khawatir jepang akan menyerahkan senjata-senjatanya kepada sekutu, dan berpendapat kesempatan memperoleh senjata harus dimanfaatkan sebelum sekutu mendarat di semarang.karna sudah pasti pasukan belanda yang bergabung dengan sekutu akan ikut dalam pendaratan itu yang tujuannya menjajah indonesia lagi.
Pertempuran lima hari di semarang ini dimulai menjelang minggu malam tanggal 15 oktober 1945. Keadaan kota semarang sangatlah mencekam apalagi di jalan jalan dan kampung kampung di mana ada pos BKR dan pemuda tampak keaadan siap. Pasukan pemuda terdiri dari beberapa kelompok yaitu BKR, Polisi istimewa,AMRI, AMKA (angkatan muda kereta api) dan organisasi para pemuda lainnya. Dapat pula kita tambahkan di sini, bahwa markas jepang di bantu oleh pasukan jepang sebesar 675 orang,yang mereka dalam perjalanan dari irian ke jakarta,tapi karena persoalan logistik,pasukan ini singgah ke semarang. Pasukan ini merupakan pasukan tempur yang mempunyai pengalaman di medan perang irian. Keaadan kontras sekali, karena para pemuda pejuang kita harus menghadapi pasukan jepang yang berpengalaman tempur dan lebih lengkap persenjataanya , sementara kelompok pasukan pemuda belum pernah bertempur, dan hampir-hampir tidak bersenjata.
Juga sebagian besar belum pernah mendapat latihan,kecuali di antaranya pasukan polisi intimewa, anggota BKR, dari ex-PETA dan Heihoyang pernah mendapat pendidikan dan latihan militer, tapi tanpa pengalaman tempur. Pertempuran lima hari di semarang ini diawali dengan berontakan 400 tentara jepang yang bertugas membangun pabrik senjata di cepiring dekat semarang. Pertempuran antara pemberontak jepang melawan pemuda ini berkorban sejak dari cepiring (kl 30 km sebelah barat semarang) hingga jatingaleh yang terletak di bagian atas kota. Di jatingaleh ini pasukan jepang yang dipukul mundur menggabungkan diri dengan pasukan kidobutai yang memang berpangkalan di tempat tersebut.
Suasana kota semarang menjadi panas. Terdengar bahwa pasukan kidobutai jatingaleh akan segera mengadakan serangan balasan terhadap para emuda indonesia. Situasi hangat bertambah panas dengan meluasnya desas-desus yang menggelisahkan masyarakat, bahwa cadangan air minum di candi (Siranda) telah diracuni. Pihak jepang yang disangka telah melakukan peracunan lebih memperuncing keadaan dengan melecuti delapan orang polisi indonesia yang menjaga tempat tersebut untuk menghidarkan peracunan cadangan air minum itu. Dr. Karyadi, kepala laboratorium pusat rumah sakit rakyat (perusara) ketika mendengar berita ini langsung meluncur ke siranda untuk mengecek kebenarannya. Tetapi beliau tidak pernah sampai tujuan, jenazahnya ditemukan di jalan spandanaran semarang, karena dibunuh tentara jepang (namanya diabadikan menjadi RS di semarang).
Keesokan harinya 15 oktober 1945 jam 03:00 pasukan kidobutai benar-benar melancarkan serangannya ke tengah-tengah kota semarang. Markas BKR kota semarang menepati kompleks bekas sekolah MULO di mugas (di belakang bekas pom bensin pandaran). Dibelakangnya terdapat sebuah bukit rendah dari sinilah di waktu fajar kidobutai melancarkan serangannya mendadak berkas BKR secara tiba-tiba mereka melancarkan serangan dari dua jurusan dengan tembakan mesin gancar, diperkirakan pasukan jepang yang menyerang nerjumlah 400 orang. Setelah memberikan perlawanan setengah jam pimpinan BKR akhirnya menyadari markasnya tak mungkin dapat mempertahankan lagi dan untuk menghindari kepungan tentara jepang, pasukan BKR mengundurkan diri meninggalkan maarkasnya. Pertempuran ini dimulai pada 15 oktober 1945 – 20 oktober 1945.
MAKNA PROKLAMASI BAGI BANGSA INDONESIA
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia sangat besar artinya bangi bangsa Indonesia, antara lain sebagai berikut:
1. Pernyataan untuk merdeka bebas dari segala bentuk pejajahan bangsa lain atas bangsa dan negara Indonesia (dimuat dalam Teks Proklamasi)
2. Merupakan Jembatan emas yang menghubungkan dan mengantarkan bangsa Indonesia dalam mencapai masyarakat baru, yaitu kehidupan yang bebas tanpa ikatan dan tekanan.
3. Merupakan titik puncak perjuangan pergerakan bangsa indonesia yang telah mengantarkan bangsa Indonesia kedepan pintu gerbang kebebasan. Proklamasi Kemerdekaan Indonesia bukanlah titik akhir perjuangan bangsa Indonesia, karena bangsa Indonesia harus terus berjuang untuk mempertahankan dan mengisi kemerdekaan untuk mencapai masarakat adil dan makmur.
Proses Terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) Sejak Proklamasi Hingga Akhir 1945.
Memasuki tahun 1945, perjuangan bangsa Indonesia untuk mencapai kemerdekaan semakin berkobar. Tetapi sebaliknya kedudukan Jepang dalam Perang Pasifik semakin terjepit. Bahkan kedudukannya di Asia juga sudah terkepung. Oleh karena itulah maka untuk memikat hati bangsa Indonesia, terpaksa berjanji akan memberikan kemerdekaan Indonesia di kemudian hari.Sehubungan dengan itu, Jepang membentuk semacam Dewan Rakyat yang dinamakan Cou Sangi In. Kemudian tanggal 29 April 1945 dibentukBadan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia(BPUPKI), atau Dokuritzu Junbi Cosakai. Badan ini beranggotakan 62 orang, diketuai oleh dr, Rajiman Wedyodiningrat.
BPUPKI dilantik pada tanggal 28 Mei 1945. Sehari berikutnya yakni tanggal 29 Mei mulai mengdakan sidang. Pada garis besarnya BPUPKI melaksanakan dua kali sidang, yaitu:
1. Sidang pertama berlangsung tanggal 29 Mei sampai dengan 1 Juni 1945.Pembicaraan dipusatkan pada perumusan dasar dan falsafah bagi negara Indonesia merdeka. Dalam sidang tersebut tampil 2 orang tokoh yang berpidato menyampaikan konsepnya. Pertama, tanggal 29 Mei 1945, Moh Yamin dan kedua tanggal 1 Juni, oleh Ir. Soekarno. Masing-masing mengemukakan 5 asas sebagai dasar dan falsafah negara. Menurut Ir. Soekarno 5 asas yang disampaikannya itu atas usul seorang teman ahli bahasa dinamakan Pancasila.
2. Sidang ke-2 berlangsung pada tanggal 10-17 Juli 1945.Pada persidangan yang kedua ini pembicaraan dipusatkan pada soal Undang-Undang Dasar (UUD). Setelah diserahkan kepada Panitia Hukum Dasar, BPUPKI berhasil pula menyusun Rancangan UUD.
Masa selang di antara sidang pertama dengan sidang kedua tersebut,Panitia Sembilan dalam BPUPKI berhasil merumuskan asas dan tujuan Negara Indonesia Merdeka yang terkenal dengan sebutan Piagam Jakarta. Adapun tokoh-tokoh yang termasuk dalam Panitia Sembilan tersebut adalah:Mr. Ahmad Subarjo,Abikusno Cokrosuyoso,dan Abdulkahar Muzakir.Selanjutnya pada tanggal 7 Agustus 1945 BPUPKI dibubarkan. Sebagai gantinya dibentuk Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Sebagai ketua diangkat Ir. Soekarno dan Moh. Hatta sebagai wakil ketua. Jumlah anggotanya semula 20 orang, kemudian ditambah 7 orang atas kehendak orang-orang Indonesia dan tanpa seizin Jepang. Dengan demikian PPKI itu bukan murni buatan Jepang.
Sebelum PPKI dapat bersidang, Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta dan dr. Rajiman Wedyodiningrat dipanggil Marsekal Terauchi ke Dalat, kira-kira 300 km sebelah utara Saigon. Tanggal 9 Agustus 1945 ketiga tokoh itu berangkat dari Indonesia menuju Dalat. Terauchi menyatakan setuju dengan pembentukan PPKI dan sekaligus menyerahkan kemerdekaan Indonesia itu kapan akan dilaksanakan.
Tanggal 15 Agustus 1945 ketiganya datang kembali ke Indonesia. Mereka langsung ditemui para pemuda dan mendesak Bung Karno dan Bung Hatta segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Karena pada waktu itu pemuda sudah mendengar bahwa Jepang sudah menyerah. Tetapi Bung Karno dan Bung Hatta belum memenuhi tuntutan golongan pemuda.
Dengan adanya perbedaan pendapat antara golongan tua dan pemuda, maka kelompok pemuda di bawah pimpinan Sukarni, Yusuf Kunto dan Singgih pada tanggal 16 Agustus 1945 sepakat untuk mengasingkan Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta dari Jakarta dan dibawa ke keRengasdengklok.Para pemuda mendesak agar Proklamasi kemerdekaan Indonesia dilaksanakan Rengasdengklok. Hal ini juga ditolak oleh Ir. Soekarno dan Drs. Moh Hatta. Di tengah-tengah pertentangan pendapat itu, pada sore harinya, tanggal 16 Agustus datanglah Mr. Ahmad Subarjo. Atas jaminannya maka semua sepakat untuk mengembalikan Bung Karno dan Bung Hatta ke Jakarta. Mr. Ahmad Subarjo juga meyakinkan bahwa proklamasi kemungkinan besar dapat dilaksanakan pada esok harinya.
Sesampainya di Jakarta, malam itu juga tanggal 16 Agustus 1945, mereka mengumpulkan anggota PPKI dan beberapa pemimpin lainnya untuk membicarakan persiapan Proklamasi Kemerdekaan. Mereka ini berkumpul di rumah Laksamana Maeda (Kepala Perwakilan Angkatan Laut Jepang di Jakarta), di jalan Imam Bonjol No.1.Rapat itu berlangsung sampai tanggal 17 Agustus 1945 dini hari dan sudah berhasil menyusun naskah Proklamasi. Naskah itu pertama kali masih tulisan tangan.Yang menjadi persoalan pada waktu itu adalah siapa yang harus menandatangani naskah tersebut. Kemudian atas usul Sukarni, teks Proklamasi itu ditandatangani oleh Soekarno - Hatta atas nama bangsa Indonesia. Semua sepakat. Kemudian konsepnya diserahkan kepadaSayuti Melik untuk diketik. Hasil ketikkan itulah yang merupakan teks Proklamasi yang otentik (resmi). Mereka juga sepakat untuk menyatakan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 itu juga.
PEMBENTUKAN PPKI
PPKI dibentuk pemerintah Jepang tanggal 7 Agustus 1945. Badan ini bertugas menyiapkan segala sesuatu menyangkut masalah ketatanegaraan menghadapi penyerahan kekuasaan pemerintahan dari Jepang kepada bangsa Indonesia.Beranggotakan 21 orang, yang ditunjuk sebagai ketua adalah Ir.Soekarno dan wakilnya Moh. Hatta. Sebagai penasehat ditunjuk Mr. Ahmad Subardjo, dan tanpa sepengetahuan pemerintah Jepang, PPKI menambah lagi enam orang, yaitu Wiranatakusumah, Ki Hadjar Dewantara, Mr. Kasman Singodimedjo, Sayuti Melik, Iwa Kusumasumantri, dan Ahmad Soebardjo. Badan ini dibentuk untuk menarik simpati golongan-golongan yang ada di Indonesia agar bersedia membantu Jepang dalam Perang Pasifik, yang kedudukannya semakin terdesak sejak 1943. Mereka juga berjanji memberi kemerdekaan pada Indonesia melalui 'Perjanjian Kyoto'.
Ketika Rusia bergabung dengan Sekutu dan menyerbu Jepang dari Manchuria, pemerintah Jepang mempercepat kemerdekaan Indonesia, yang oleh BPUPKI direncanakan 17 September 1945. Tiga tokoh PPKI (Soekarno, Hatta, dan Radjiman) diterbangkan ke Dalath (Saigon) bertemu Jenderal Terauchi yang akan merestui pembentukan negeri boneka tersebut. Tanggal 14 Agustus 1945 ketiganya kembali ke Jakarta dan Jepang menghadapi pemboman AS di Hirosima dan Nagasaki. Golongan tua dan golongan muda pejuang kemerdekaan terlibat pro dan kontra atas peristiwa pemboman Jepang oleh AS. Golongan muda melihat Jepang sudah hampir menemui kekalahan, tetapi golongan tua tetap berpendirian untuk menyerahkan keputusan pada PPKI.
Sikap tersebut tidak disetujui golongan muda dan menganggap PPKI merupakan boneka Jepang dan tidak menyetujui lahirnya proklamasi kemerdekaan dengan cara yang telah dijanjikan oleh Jenderal Besar Terauchi dalam pertemuan di Dalath. Golongan muda menghendaki terlaksananya proklamasi kemerdekaan dengan kekuatan sendiri lepas sama sekali dari pemerintahan Jepang. Menanggapi sikap pemuda yang radikal itu, Soekarno-Hatta berpendapat bahwa soal kemerdekaan Indonesia yang datangnya dari pemerintah Jepang atau dari hasil perjuangan bangsa Indonesia sendiri tidaklah menjadi soal, karena Jepang toh sudah kalah. Selanjutnya menghadapi Sekutu yang berusaha mengembalikan kekuasaan Belanda di Indonesia. Oleh sebab itu untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia diperlukan suatu revolusi yang terorganisasi. Mereka ingin memperbincangkan proklamasi kemerdekaan di dalam rapat Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia.
Perbedaan pendapat ini melatarbelakangi peristiwa penculikan Soekarno dan Hatta ke Rengasdengklok tanggal 16 Agustus 1945 pukul 04.00 WIB. Tindakan itu diambil berdasarkan keputusan rapat terakhir pemuda pejuang yang diadakan pukul 24.00 WIB menjelang tanggal 16 Agustus 1945 di Jl. Cikini, 71 Jakarta. Selain dihadiri pemuda-pemuda yang sebelumnya rapat di Lembaga Bakteriologi, Pegangsaan Timur, Jakarta, juga dihadiri oleh Sukarni, Jusuf Kunto, dan dr. Muwardi dari Barisan Pelopor, serta Shodanco Singgih dari Daidan Peta Jakarta syu. Mereka bersama Chaerul Saleh sepakat melaksanakan keputusan rapat, antara lain "menyingkirkan Soekarno dan Hatta ke luar kota" dengan tujuan menjauhkan mereka dari segala pengaruh Jepang. Shodanco Singgih mendapat kepercayaan melaksanakan rencana itu. Di Rengasdengklok, akhirnya Soekarno setuju memproklamasikan kemerdekaan tanpa campur tangan pihak Jepang. Pukul 23.00 WIB rombongan tiba di Jakarta dan menuju kediaman Laksamana Maeda di Jl. Imam Bonjol No.1, dan di tempat tersebut naskah proklamasi disusun.
Setelah selesai, teks proklamasi dibaca dan dimusyawarahkan di hadapan tokoh-tokoh yang sebagian besar anggota PPKI. Sehari setelah itu, PPKI mengadakan sidang di Gedung Kesenian Jakarta dan dihasilkan beberapa keputusan, yaitu a) membentuk UUD; b) memilih Ir. Soekarno sebagai presiden dan Drs. Moh. Hatta sebagai wakil presiden; c) presiden untuk sementara waktu akan dibantu oleh sebuah komite nasional. Pada sidang hari kedua, PPKI menetapkan membentuk 12 departemen dan menunjuk para pejabat departemen dan menetapkan wilayah RI meliputi delapan propinsi sekaligus menunjuk gubernurnya. Pada sidang hari ketiga, presiden memutuskan berdirinya tiga badan baru yaitu Komite Nasional Indonesia (KNI), Partai Nasional Indonesia (PNI), dan Badan Keamanan Rakyat (BKR). Dan dengan terbentuknya tiga badan ini, maka berarti pula PPKI dibubarkan.
RENGASDENGKLOK
Peristiwa Rengasdengklok dimulai dari “penculikan” yang dilakukan oleh sejumlah pemuda (Soekarni, Wikana dan Chaerul Saleh dari perkumpulan “Menteng 31“) terhadap Soekarno dan Hatta. Peristiwa ini terjadi pada tanggal 16 Agustus 1945 pukul 04.00. WIB, Soekarno dan Hatta dibawa ke Rengasdengklok, Karawang, untuk kemudian didesak agar mempercepat proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, sampai dengan terjadinya kesepakatan antara golongan tua yang diwakili Soekarno dan Hatta serta Mr. Achmad Subardjo dengan golongan muda tentang kapan proklamasi akan dilaksanakan.Menghadapi desakan tersebut, Soekarno dan Hatta tetap tidak berubah pendirian. Sementara itu di Jakarta, Chairul dan kawan-kawan telah menyusun rencana untuk merebut kekuasaan. Tetapi apa yang telah direncanakan tidak berhasil dijalankan karena tidak semua anggota PETA mendukung rencana tersebut.Kekalahan Jepang dalam Perang Pasifik semakin jelas dengan dijatuhkannya bom atom oleh Sekutu di kota Hiroshima pada tanggal dan pada tanggal . Akibat peristiwa tersebut, kekuatan Jepang makin lemah. Kepastian berita kekalahan Jepang terjawab ketika tanggal dini hari, Sekutu mengumumkan bahwa Jepang sudah menyerah tanpa syarat dan perang telah berakhir.Berita tersebut diterima melalui siaran radio di Jakarta oleh para pemuda yang termasuk orang-orang Menteng Raya 31 seperti Chaerul Saleh, Abubakar Lubis, Wikana, dan lainnya. Penyerahan Jepang kepada Sekutu menghadapkan para pemimpin Indonesia pada masalah yang cukup berat. Indonesia mengalami kekosongan kekuasaan (vacuum of power). Jepang masih tetap berkuasa atas Indonesia meskipun telah menyerah, sementara pasukan Sekutu yang akan menggantikan mereka belum datang. Gunseikan telah mendapat perintah-perintah khusus agar mempertahankan status quo sampai kedatangan pasukan Sekutu. Adanya kekosongan kekuasaan menyebabkan munculnya konflik antara golongan muda dan golongan tua mengenai masalah kemerdekaan Indonesia.Golongan muda menginginkan agar proklamasi kemerdekaan segera dikumandangkan. Mereka itu antara lain Sukarni, B.M Diah, Yusuf Kunto, Wikana, Sayuti Melik, Adam Malik, dan Chaerul Saleh. Sedangkan golongan tua menginginkan proklamasi kemerdekaan harus dirapatkan dulu dengan anggota PPKI. Mereka adalah Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, Mr. Ahmad Subardjo, Mr. Moh. Yamin, Dr. Buntaran, Dr. Syamsi dan Mr. Iwa Kusumasumantri. Golongan muda kemudian mengadakan rapat di salah satu ruangan Lembaga Bakteriologi di Pegangsaan Timur, Jakarta pada tanggal 15 Agustus 1945 pukul 20.00 WIB.Rapat tersebut dipimpin oleh Chaerul Saleh yang menghasilkan keputusan tuntutan-tuntutan golongan muda yang menegaskan bahwa kemerdekaan Indonesia adalah hal dan soal rakyat Indonesia sendiri, tidak dapat digantungkan kepada bangsa lain. Segala ikatan, hubungan dan janji kemerdekaan harus diputus, dan sebaliknya perlu mengadakan perundingan dengan Ir. Soekarno dan Mohammad Hatta agar kelompok pemuda diikutsertakan dalam menyatakan proklamasi.Langkah selanjutnya malam itu juga sekitar jam 22.00 WIB Wikana dan Darwis mewakili kelompok muda mendesak Soekarno agar bersedia melaksanakan proklamasi kemer-dekaan Indonesia secepatnya lepas dari Jepang.Ternyata usaha tersebut gagal. Soekarno tetap tidak mau memproklamasikan kemerdekaan. Kuatnya pendirian Ir. Soekarno untuk tidak memproklamasikan kemerdekaan sebelum rapat PPKI menyebabkan golongan muda berpikir bahwa golongan tua mendapat pengaruh dari Jepang.Selanjutnya golongan muda mengadakan rapat di Jalan Cikini 71 Jakarta pada pukul 24.00 WIB menjelang tanggal 16 Agustus 1945. Mereka membawa Soekarno dan Hatta ke Rengasdengklok. Rapat tersebut menghasilkan keputusan bahwa Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta harus diamankan dari pengaruh Jepang. Tujuan para pemuda mengamankan Soekarno Hatta ke Rengasdengklok antara lain:agar kedua tokoh tersebut tidak terpengaruh Jepang, danmendesak keduanya supaya segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia terlepas dari segala ikatan dengan Jepang.Pada tanggal 16 Agustus 1945 pagi, Soekarno dan Hatta tidak dapat ditemukan di Jakarta. Mereka telah dibawa oleh para pemimpin pemuda, di antaranya Sukarni, Yusuf Kunto, dan Syudanco Singgih, pada malam harinya ke garnisun PETA (Pembela Tanah Air) di Rengasdengklok, sebuah kota kecil yang terletak sebelah Utara Karawang.Pemilihan Rengasdengklok sebagai tempat pengamanan Soekarno Hatta, didasarkan pada perhitungan militer. Antara anggota PETA Daidan Purwakarta dan Daidan Jakarta terdapat hubungan erat sejak keduanya melakukan latihan bersama. Secara geografis, Rengasdengklok letaknya terpencil, sehingga dapat dilakukan deteksi dengan mudah setiap gerakan tentara Jepang yang menuju Rengasdengklok, baik dari arah Jakarta, Bandung, atau Jawa Tengah. Mr. Ahmad Subardjo, seorang tokoh golongan tua merasa prihatin atas kondisi bangsanya dan terpanggil untuk mengusahakan agar proklamasi kemerdekaan dapat dilaksanakan secepat mungkin. Untuk tercapainya maksud tersebut, Soekarno Hatta harus segera dibawa ke Jakarta.Akhirnya Ahmad Subardjo, Sudiro, dan Yusuf Kunto segera menuju Rengasdengklok. Rombongan tersebut tiba di Rengasdengklok pukul 17.30 WIB. Peranan Ahmad Subardjo sangat penting dalam peristiwa kembalinya Soekarno Hatta ke Jakarta, sebab mampu meyakinkan para pemuda bahwa proklamasi kemerdekaan akan dilaksanakan keesokan harinya paling lambat pukul 12.00 WIB, nyawanya sebagai jaminan. Akhirnya Subeno sebagai komandan kompi Peta setempat bersedia melepaskan Soekarno Hatta ke Jakarta.Setelah sampai Jakarta pada pukul 23.00, rombongan meminta ijin kepada Jenderal Nishimura untuk memproklamirkan kemerdekaan Indonesia. Namun Nishimura menolak permintaan tersebut dengan alasan bahwa Indonesia masih dalam status quo, artinya belum ada penyerahan kekuasaan dari Jepang kepada Sekutu. Karena ditolak, maka usaha mempersiapkan proklamasi dilakukan di rumah , seorang perwira Angkatan Laut Jepang. Mengapa di rumah Maeda ? ada dua alasan :Laksamana Maeda mendukung perjuangan Bangsa Indonesia Faktor Keamanan : Hak prerogatif kekuasaan wilayah militer angkatan laut yang tidak dapat diganggu gugat oleh angkatan Darat.
Pertemuan Soekarno/Hatta dengan Jenderal Mayor Nishimura dan Laksamana Muda Maeda
Malam harinya, Soekarno dan Hatta kembali ke Jakarta. Mayor Jenderal Moichiro Yamamoto, Kepala Staf Tentara ke XVI (Angkatan Darat) yang menjadi Kepala pemerintahan militer Jepang (Gunseikan) di Hindia Belanda tidak mau menerima Sukarno-Hatta yang diantar oleh Maeda Tadashi dan memerintahkan agar Mayor Jenderal Otoshi Nishimura, Kepala Departemen Urusan Umum pemerintahan militerJepang, untuk menerima kedatangan rombongan tersebut. Nishimura mengemukakan bahwa sejak siang hari tanggal 16 Agustus 1945 telah diterima perintah dari Tokyo bahwa Jepang harus menjaga status quo, tidak dapat memberi ijin untuk mempersiapkan proklamasi Kemerdekaan Indonesia sebagaimana telah dijanjikan oleh Marsekal Terauchi di Dalat, Vietnam. Soekarno dan Hatta menyesali keputusan itu dan menyindir Nishimura apakah itu sikap seorang perwira yang bersemangat Bushido, ingkar janji agar dikasihani oleh Sekutu. Akhirnya Sukarno-Hatta meminta agar Nishimura jangan menghalangi kerja PPKI, mungkin dengan cara pura-pura tidak tau. Melihat perdebatan yang panas itu Maeda dengan diam-diam meninggalkan ruangan karena diperingatkan oleh Nishimura agar Maeda mematuhi perintah Tokyo dan dia mengetahui sebagai perwira penghubung Angkatan Laut (Kaigun) di daerah Angkatan Darat (Rikugun) dia tidak punya wewenang memutuskan.
Setelah dari rumah Nishimura, Sukarno-Hatta menuju rumah Laksamana Maeda (kini Jalan Imam Bonjol No.1) diiringi oleh Myoshiguna melakukan rapat untuk menyiapkan teks Proklamasi. Setelah menyapa Sukarno-Hatta yang ditinggalkan berdebat dengan Nishimura, Maeda mengundurkan diri menuju kamar tidurnya. Penyusunan teks Proklamasi dilakukan oleh Soekarno, M. Hatta, Achmad Soebardjo dan disaksikan oleh Soekarni, B.M. Diah, Sudiro (Mbah) dan Sayuti Melik. Myoshiyang setengah mabuk duduk dikursi belakang mendengarkan penyusunan teks tersebut tetapi kemudian ada kalimat dari Shigetada Nishijima seolah-olah dia ikut mencampuri penyusunan teks proklamasi dan menyarankan agar pemindahan kekuasaan itu hanya berarti kekuasaan administratif. Tentang hal ini Bung Karno menegaskan bahwa pemindahan kekuasaan itu berarti. Bung Hatta, Subardjo, B. M Diah, Sukarni, Sudiro dan Sajuti Malik tidak ada yang membenarkan klaim Nishijima tetapi di beberapa kalangan klaim Nishijima masih di dengungkan. Setelah konsep selesai disepakati, Sajuti menyalin dan mengetik naskah tersebut menggunakan mesin ketik yang diambil dari kantor perwakilan AL Jerman, milik Mayor(Laut) Dr. Hermann Kandeler. Pada awalnya pembacaan proklamasi akan dilakukan di Lapangan Ikada, namun berhubung alasan keamanan dipindahkan kekediaman Soekarno, Jalan Pegangsaan Timur 56 (sekarangJl. Proklamasi no. 1).
Detik-detik Pembacaan Naskah Proklamasi
Perundingan antara golongan muda dan golongan tua dalam penyusunan teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia berlangsung pukul 02.00 - 04.00 dini hari. Teks proklamasi ditulis diruang makan di laksamana Tadashi Maeda jln Imam Bonjol No 1. Para penyusun teks proklamasi itu adalah Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, dan Mr. Ahmad Soebarjo. Konsep teks proklamasi ditulis oleh Ir. Soekarno sendiri. Di ruang depan, hadir B.M Diah Sayuti Melik, Sukarni dan Soediro. Sukarni mengusulkan agar yang menandatangani teks proklamasi itu adalah Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta atas nama bangsa Indonesia. Teks Proklamasi Indonesia itu diketik oleh Sayuti Melik. Pagi harinya, 17 Agustus 1945, di kediaman Soekarno, Jalan Pegangsaan Timur 56 telah hadir antara lain Soewirjo, Wilopo, Gafar Pringgodigdo, Tabrani dan Trimurti.
Acara dimulai pada pukul 10:00 dengan pembacaan proklamasi oleh Soekarno dan disambung pidato singkat tanpa teks. Kemudian bendera Merah Putih, yang telah dijahit oleh bu Fatmawati, dikibarkan, disusul dengan sambutan oleh Soewirjo, wakil walikota Jakarta saat itu dan Moewardi, pimpinan Barisan Pelopor. Pada awalnya Trimurti diminta untuk menaikkan bendera namun ia menolak dengan alasan pengerekan bendera sebaiknya dilakukan oleh seorang prajurit. Oleh sebab itu ditunjuklah Latief Hendraningrat, seorang prajurit PETA, dibantu oleh Soehoed untuk tugas tersebut. Seorang pemudi muncul dari belakang membawa nampan berisi bendera Merah Putih ( Sang Saka Merah Putih), yang dijahit oleh Fatmawati beberapa hari sebelumnya. Setelah bendera berkibar, hadirin menyanyikan lagu Indonesia Raya. Sampai saat ini, bendera pusaka tersebut masih disimpan di Museum Tugu Monumen Nasional. Setelah upacara selesai berlangsung, kurang lebih 100 orang anggota Barisan Pelopor yang dipimpin S. Brata datang terburu-buru karena mereka tidak mengetahui perubahan tempat mendadak dari Ikada ke Pegangsaan. Mereka menuntut Soekarno mengulang pembacaan Proklamasi, namun ditolak. Akhirnya Hatta memberikan amanat singkat kepada mereka. Pada tanggal 18 Agustus 1945, Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) mengambil keputusan, mengesahkan dan menetapkan Undang-Undang Dasar (UUD) sebagai dasar negara Republik Indonesia, yang selanjutnya dikenal sebagai UUD 45.
Dengan demikian terbentuklah Pemerintahan Negara Kesatuan Indonesia yang berbentuk Republik (NKRI) dengan kedaulatan di tangan rakyat yang dilakukan sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) yang akan dibentuk kemudian. Setelah itu Soekarno dan M. Hatta terpilih atas usul dari Oto Iskandardinata dan persetujuan dari PPKI sebagai Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia yang pertama. Presiden dan Wakil Presiden akan dibantu oleh sebuah Komite Nasional.
Sambutan Masyarakat Boyolali Setelah Mendengar Berita Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945.
Sambutan masyarakat boyolali sebagai contoh di lapangan Sendang Karanggede warga sekitar menyambut proklamasi dengan kegembiraan dan sambutan yang begitu meriah dengan dibunyikannya kentongan secara bersama sama. Kabupaten Boyolali yang terletak di propinsi Jawa Tengah,atau tepatnya berada di sebelah barat Kota Surakarta terkenal dengan sebutan kota Susu,karena merupakan penghasil susu perah terbaik di eks.Karisidenan Surakarta. Selain menghasilkan susu perah terbaik,Boyolali juga melahirkan putra-putri terbaik bangsa,diantaranya Abdul Azis Saleh, Prof.Dr.Soeharso, Laksamana TNI (Purn) Widodo A.S dan salah satunya adalah S.K Trimurti.dll
S.K Trimurti mungkin adalah salah satu sosok pelaku sejarah yang hampir terlupakan. Ia merupakan salah satu saksi mata-telinga secara langsung dari pembacaan proklamasi. Bahkan sebelum bendera Merah Putih dikibarkan terdengar agar itu dilakukan oleh Trimurti. Namun ia menolak dan beralasan bahwa sebaiknya hal itu dilaksanakan oleh anggota PETA yang sudah terbiasa dalam pengibaran bendera. Terlebih dari hal itu S.K Trimurti merupakan pejuang wanita yang tangguh, berkiprah di dunia Pers dan tak gentar pada penjajahan kolonial.
SIAPAKAH S.K TRIMURTI?
Surastri Karma Trimurti lahir di Boyolali,
11 Mei 1912. Ayahnya bernama Mangunsuromo seorang wedana. Setelah tamat dari
Sekolah Ongko Loro,Surastri melanjutkan ke Sekolah Guru. Ia lulus dengan nilai
terbaik dan diangkat sebagai guru antara lain di Banyumas. Disinilah ia mulai
berorganisasi dengan menjadi anggota Rukun Wanita dan mengikuti rapat-rapat
Budi Utomo. Surastri pindah ke solo menerbitkan majalah Bedug yang kemudian
berganti Terompet. Kemudian ia pindah ke Yogya bersama Sri Panggihan
temannya,mendirikan majalah Suara Marhaeni .
Surastri Karma menambahkan Trimurti di
belakang namanya sehingga menjadi S.K Trimurti. Karena membuat pamflet
anti-penjajahan ,pada tahun 1936 ia di penjara di Bulu Semarang selama 9
bulan.Pada tahun 1937 Trimurti berkenalan dengan Sayuti Melik(pengetik Naskah
Proklamasi). Suatu ketika Sayuti menulis di harian Sinar Selatan yang dipimpin
Trimurti. Pemuatan itu menyebabkan sang pemimpin redaksi Trimurti
disidangkan,karena tidak menyebutkan nama penulis pada penerbitan artikel tersebut
sehingga Trimurtidihukum 2 bulan penjara. Namun proses pengadilan itu berjalan
cukup lama. Sementara itu Sayuti dan Trimurti sempat menikah di Solo 19 Juli
1938 dan tanggal 11 April 1939 lahir putra pertama mereka. Saat putranya hampir
berusia 5 bulan datang surat keputusan pengadilan untuk mengeksekusi Trimurti.
Karena anaknya dalam masa menyusui maka terpaksa Trimurti masuk penjara bersama
bayinya.
Pada saat mengandung anaknya yang
kedua,tahun 1941 Trimurti kembali masuk penjara. Bulan Juni 1942 lahir putra
kedua. Kemudian Sayuti dan Trimurti ditangkap dan disiksa oleh Jepang. Setelah
Jepang kalah,Trimurti hadir dalam pembacaan proklamasi 17 agustus 1945.
Perjuangan terus berlanjut, Trimurti ditugasi oleh Komite Nasional Indonesia
untuk menggelorakan semangat rakyat Semarang,bersama tiga teman mereka naik
mobil. Ditengah jalan, ban mobil bekas milik pembesar Jepang itu kempes. Karena
tidak ada tukang tambal ban, terpaksa ban itu diisi rumput, setelah berjalan
beberapa jauh, kempes lagi dan diisi dengan rumput lagi.Dalam Kabinet Amir
Sjarifudin tahun 1947, Trimurti menjabat Menteri Perburuhan. Tahun 1959
Soekarno ingin menunjuknya sebagai Menteri Sosial, tetapi Trimurti menolak
karena ia bertekad menyelesaikan kuliah di Fakultas Ekonomi UI. Dalam wisuda
sarjana tahun 1960,Presiden Soekarno turut hadir.Pada awal Orde Baru, Trimurti
menjadi pengurus Dewan Harian Angkatan ’45 dan mendirikan majalah kebatinan
Mawas Diri. Tahun 1980 ia ikut menanda tangani Petisi 50 yang menyebabkan
geraknya sangat dibatasi untuk seterusnya. Tetapi Trimurti pantang surut, ia
masih aktif menghadiri berbagai kegiatan pada era reformasi dalam usianya yang
kian lanjut. Dalam peresmian rumah jompo perempuan di Kramat Jakarta yang
diresmikan Gus Dur tahun 2004, Trimurti masih semangat berrnyanyi dalam bahasa
Jawa, Indonesia , dan Belanda. Kemudian pada tanggal 20 Mei 2008 ia wafat dalam
usia 96 saat bangsa Indonesia memperingati seabad Kebangkitan Nasional.
Kelompok 7
anggota :
-aziz satria w. 5
-carolina eka s. 9
-sesar novia f. 27
-shafira ika r. 28
anggota :
-aziz satria w. 5
-carolina eka s. 9
-sesar novia f. 27
-shafira ika r. 28
1. Sambutan rakyat Indonesia terhadap proklamasi.
Setelah berhasil merumuskan teks proklamasi
Bung Karno berpesan kepada para pemimpin yang bekerja pada pers dan kantor
berita, terutama B.M. Diah untuk memperbanyak teks proklamasi dan menyiarkannya
keseluruh dunia. Sewa alat komunikasi yang ada dipergunakan untuk
menyebarluaskan berita proklamasi. Pada tanggal 17 Agustus 1945 teks proklamasi
telah sampai ditangan Kepala Bagian Radio Kantor Waidon B. Polenewen dari
seorang wartawan Donei yaitu Syahrudin. Untuk itu kemudian F. WUz (seorang
markonis) menyiarkan berita proklamasi berturut-turut setiap setengah jam
sampai pukul 16.00 saat siaran berhenti walaupun dilarang oleh pihak Jepang.
Sedangkan pucuk pimpinan tentara Jepang di Jawa memerintahkan untuk meralat
berita proklamasi dan menyatakan sebagai kekeliruan. Pada tanggal 20 Agustus
1945 pemancar radio disegel oleh Jepang dan para pegawainya dilarang masuk.
Para pemuda akhirnya membuat pemancar baru dengan bantuan beberapa orang
teknisi radio yang diambil dari Kantor Berita Domci. Di Menteng 31 para pemuda
berhasil merakit pemancar baru dengan kode panggilan DJKI.
Selain
melalui siaran radio berita proklamasi juga disiarkan melalui surat kabar.
Diantaranya “Suara Asia” yang di Surabaya dan “Cahaya” di Bandung.
Dalam
menyambut Proklamasi kemerdekaan Indonesia, rakyat mengartikan bahwa bangsa Indonesia
telah bebas dari penjajahan, oleh karena itu hal-hal yang menyangkut tentang
keamanan dan pemerintahan negara Indonesia itu menjadi tanggung jawab bangsa
Indonesia sendiri. Untuk itu maka para pemuda berusaha mengambil alih kekuasaan
dari tangan Jepang dengan sasaran :
- menduduki
kantor-kantor pemerintah
- menurunkan
bendera Hinomaru dan menggantikan dengan bendera Merah Putih.
- pencarian
senjata dan lain-lain dan menjaga kemungkinan segala hal, yang ingin
menggagalkan kemerdekaan.
Setelah berhasil merumuskan teks proklamasi Bung Karno berpesan kepada para pemimpin yang bekerja pada pers dan kantor berita, terutama B.M Diah untuk memperbanyak teks proklamasi dan menyiarkannya ke seluruh dunia. Semua alat komunikasi yang ada dipergunakan untuk menyebarluaskan berita proklamasi kemerdekaan. Berita proklamasi yang telah menyebar ke seluruh kota Jakarta, segera disebarluaskan ke seluruh dunia. Pada tanggal 17 Agustus 1945 teks proklamasi telah sampai di tangan Kepala Bagian Radio Kantor Waidan. Untuk itu F. Wuz (seorang markonis) menyiarkan berita proklamasi berturut-turut setiap setengah jam sampai pukul 16.00 saat siaran berhenti walaupun dilarang oleh pihak Jepang. Sedangkan pucuk pimpinan tentara Jepang di Jawa memerintahkan untuk meralat berita proklamasi dan menyatakan sebagai kekeliruan. Pada tanggal 20 Agustus 1945, pemancar radio disegel oleh Jepang dan para pegawainya dilarang masuk. Namun pemuda tidak kehilangan akal dengan membuat pemancar baru dengan bantuan beberapa orang teknisi radio yang diambil dari Kantor Berita Domei. Di Menteng 31 para pemuda berhasil merakit pemancar baru dengan kode panggilan DJK I. dari sinilah berita Proklamasi Kemerdekaan terus disiarkan. Selain itu juga lewat pers dan surat selebaran. Hampir seluruh harian di Jawa dalam penerbitannya tanggal 20 Agustus 1945 memuat berita proklamasi dan UUD Negara Republik Indonesia. Demikianlah sambutan masyarakat dan usaha-usaha para pemuda di pusat dalam menyebarluaskan berita proklamasi ke seluruh pelosok Tanah Air.
Setelah berhasil merumuskan teks proklamasi Bung Karno berpesan kepada para pemimpin yang bekerja pada pers dan kantor berita, terutama B.M Diah untuk memperbanyak teks proklamasi dan menyiarkannya ke seluruh dunia. Semua alat komunikasi yang ada dipergunakan untuk menyebarluaskan berita proklamasi kemerdekaan. Berita proklamasi yang telah menyebar ke seluruh kota Jakarta, segera disebarluaskan ke seluruh dunia. Pada tanggal 17 Agustus 1945 teks proklamasi telah sampai di tangan Kepala Bagian Radio Kantor Waidan. Untuk itu F. Wuz (seorang markonis) menyiarkan berita proklamasi berturut-turut setiap setengah jam sampai pukul 16.00 saat siaran berhenti walaupun dilarang oleh pihak Jepang. Sedangkan pucuk pimpinan tentara Jepang di Jawa memerintahkan untuk meralat berita proklamasi dan menyatakan sebagai kekeliruan. Pada tanggal 20 Agustus 1945, pemancar radio disegel oleh Jepang dan para pegawainya dilarang masuk. Namun pemuda tidak kehilangan akal dengan membuat pemancar baru dengan bantuan beberapa orang teknisi radio yang diambil dari Kantor Berita Domei. Di Menteng 31 para pemuda berhasil merakit pemancar baru dengan kode panggilan DJK I. dari sinilah berita Proklamasi Kemerdekaan terus disiarkan. Selain itu juga lewat pers dan surat selebaran. Hampir seluruh harian di Jawa dalam penerbitannya tanggal 20 Agustus 1945 memuat berita proklamasi dan UUD Negara Republik Indonesia. Demikianlah sambutan masyarakat dan usaha-usaha para pemuda di pusat dalam menyebarluaskan berita proklamasi ke seluruh pelosok Tanah Air.
Rapat
Raksasa di IKADA
Pada
tanggal 19 September 1945, rakyat Jakarta yang dipelopori oleh para pimpinan
komite Van Aksi mengadakan rapat Raksasa di Lapangan Ikada dengan tujuan para
pemimpin bangsa Indonesia dapat berbicara langsung dihadapan rakyat Indonesia.
Rakyat telah siap menunggu perintah dan tugas-tugas selanjutnya dalam rangka
mendukung dan mempertahankan Proklamasi Kemerderkaan Indonesia.Jepang yang
sebelumnya telah diultimatum oleh sekutu, bahwa Jepang tidak boleh merubah
status quo, maka Jepang akhirnya melarang dilaksanakannya rapat tersebut. Untuk
menjaga supaya tidak terjadi bentrokan senjata antara bangsa Indonesia dengan
prajurit Jepang yang telah menjaga ketat Lapangan IKADA, maka Bung Karno hanya
menyampaikan pidato singkat, tentang kepercayaan rakyat terhadap para pimpinan
bangsa dan masa dipersilahkan untuk kembali dengan tertib dan tenang.
Hal
ini merupakan suatu kenyataan bahwa rakyat dengan sadar berjuang pertahankan
kemerdekaan yang makin lama semakin kuat dengan suatu tekad "Merdeka atau
Mati". Rapat Raksasa di Lapangan Ikada hanya berlangsung beberapa menit,
tetapi berhasil mempertemukan rakyat dengan pemerintah Republik Indonesia.
Di
Jawa Tengah berita tentang Proklamasi diterima melalui siaran radio Domei yang
kemudian dibawa oleh Syarief Sulaiman dan MS. Mintarjo ke gedung Jawa HOKOKAI
yang saat itu sedang melaksanakan sidang dibawah pimpinan Mr. Wongso Negoro.
Insiden
Bendera di Hotel Yamato
Di
Surabaya, tanggal 11
September 1945 para pemuda mengadakan rapat umum di Pasar Turi dan dilanjutkan
dengan perebutan senjata di markas-markas tentara Jepang di seluruh kota
Surabaya. Tanggal 19 September 1945, terjadi insiden bendera di Hotel Yamato
(Jl. Tunjungan Surabaya).
Penyebab
: Orang Belanda bekas tawanan Jepang menduduki Hotel Yamato dibantu oleh
personil RAPWI (Rehabilitation Allied Prisoners of War and Interness) dan
mengibarkan bendera Belanda di puncak hotel tersebut. Para pemuda marah
kemudian menyerbu hotel, bendera Belanda diturunkan dan dirobek birunya, untuk
dikibarkan kembali sebagai bendera merah putih.
Di
Yogyakarta, tanggal 5 September 1945, Sri Sultan Hamengku Buwono IX
menyatakan bahwa kesultanan Ngayogyakarta sebagai Daerah Istimewa “Republik
Indonesia”. Sejak saat itu para pegawai (bangsa Indonesia) dari instansi
pemerintah maupun perusahaan Jepang mogok, menuntut agar Jepang
menyerahkan semua kantor kepada orang Indonesia.
Di
Bandung, tanggal 9 Oktober 1945, terjadi bentrokan antara para pemuda
dengan tentara Jepang ketika berusaha merebut pangkalan udara Andir dan pabrik
senjata ACW (Artillerie Contruktie Winkel).
Di
Makasar, tanggal 27 Oktober 1945 para pemuda bersatu padu menyerang
obyek-obyek yang diduduki oleh NICA yang dibantu oleh Australia, sehingga
serangan pemuda gagal.
Di
Sulawesi Utara, pada tanggal 14 Pebruari 1946 pemuda KNIL yang tergabung
dalam Pasukan Pemuda Indonesia (PPI) mengadakan gerakan di tangsi hitam, tangsi
putih di Teling Menado dan juga menguasai markas Belanda di Tomohon dan
Tondano.
Di
Kutaraja (Banda Aceh), tanggal 6 Oktober 1945 para pemuda membentuk
angkatan Pemuda Indonesia (API), mengibarkan bendera merah purih dan mengambil
alih kekuasaan terhadap kantor-kantor milik Jepang.
Di
Medan, berita tentang Proklamasi dibawa oleh Gubernur yaitu Teuku Moh.
Hassan. Mendengar berita ini, segera para pemuda yang dipelopori oleh Achmad
Tahir membentuk barisan Pemuda Indonesia, yang kemudian pada tanggal 4 Oktober
1945 berusaha mengambil alih gedung-gedung pemerintah dan merebut senjata dari
tangan Jepang.
Di
Padang, dibawah pimpinan Ismail Lengah membentuk organisasi Balai
Penerangan Pemuda Indonesia (BPPI). Sedangkan di Bukit tinggi dibentuk
Organisasi Pemuda Indonesia/Pemuda Republik Indonesia, keduanya mempelopori
perebutan kekuasaan dari tangan Jepang.
Di
Palembang, tanggal 22 Agustus Dr. A.K. Gani memprakarsai pertemuan sebagai
persiapan untuk mengambil alih kekuasaan. Drg. M. Isa membentuk Komite Nasional
Indonesia, Hasan Kasim dan Bambang Utoyo membentuk Penjaga Keamanan Rakyat
(PKR), Mailan membentuk Barisan Pemuda Republik Indonesia.
Di
Banjarmasin, tanggal 16 Oktober 1945, rakyat melakukan rapat umum untuk
meresmikan berdirinya Pemerintah RI Daerah Kalimantan Selatan. 9 Nopember 1945
perlawanan terhadap sekutu diadakan, dengan membakar rumah penjara tempat
menahan para pejuang.
Di
Pontianak, Agustus 1945 para pemuda mantan heiho dan bogodan (pembantu
polisi membentuk Badan Penjaga Keamanan.
Di
Singaraja (Bali), Agustus 1945 pemuda membentuk Angkatan Muda
Indonesia (AMI) dan Pemuda Republik Indonesia (PRI) yang kemudian mengadakan
serangan-serangan terhadap asrama militer Jepang meskipun dapat digagalkan oleh
Jepang.
Di
Gorontalo, setelah mendengar berita kekalahan Jepang, mereka langsung
melakukan perebutan kekuasaan pemerintahan dari tangan Jepang, dan ketika
tentara Australia memasuki kota, mereka menolak berdamai.
Di
Biak, tanggal 14 Maret 1948 para pemuda meyerbu kamp NICA dan tangsi Sorido
(akibatnya : serbuan gagal, dua orang pemimpin ditangkap dijatuhi hukuman mati
dan seumur hidup).
2. Sambutan masyarakat boyolali terhadap proklamasi kemerdekaan R.I
Berita persiapan
Proklamasi Kemerdekaan telah dapat diketahui oleh para tokoh pemuda
Boyolali,utusan pemuda Mabes Barisan pelopor Jakarta yaitu Supeno,tanggal 16
Agustus 1945.Jadi sehari sebelum Proklamasi dicetuskan.
Menyambut adanya berita proklamasi dari Jakarta,para pemuda
Barisan Pelopor dan Poetera Boyolali berkumpul di rumah Mandani untuk menyusun
rencana kerja yang akan dilakukan.Di Boyolali,karena sebelumnya telah
mendapatkan berita,maka pada tanggal 17 Agustus para pemuda dengan radio yang
disimpan secara rahasia oleh Barisan Pelopor ,dapat mengikuti proklamasi
Kemerdekaan di Jakarta.
Markas cabang Barisan Pelopor di Boyolali berpusat di
rumah Amongwardoyo ,Jalan Merbabu Boyolali.Dengan radio gelap itulah para
anggota Barisan Pelopor mengetahui pidato Bung Karno tentang Proklamasi
Kemerdekaan Republik Indonesia.Berita itu segera disiarkan dengan bantuan dari
Angkatan Muda Indonesia(AMI).Pada tanggal 19 Agustus 1945 ada seorang pemuda
dari Sala bernama Indromarjoko,memberikan plakat-plakat tentang Kemerdekaan dan
Lencana Merah Putih untuk ditempelkan pada dinding gedung-gedung di tepi
jalan.Dengan tindakan demikian berarti memberikan penerangan kepada masyarakat
tentang telah adanya Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
Di samping itu para pemuda secara spontan mengibarkan
Bendera Merah Putih yang pertama kali di halaman kantor kabupaten,setelah
didahului dengan penurunan bendera Jepang.Pada sore harinya bendera diturunkan
oleh Bupati Boyolali RT.Reksonagoro.Bahkan karena adanya ultimatum dari Bupati
tersebut maka pengibaran bendera merah Putih dipindahkan ke sebelah selatan
Benteng Renovatum,yang sekarang bernama lapangan olahraga Kridanggo.Piket
penjagaan bendera diadakan dan diatur secara terus menerus bergiliran .Dengan
adanya larangan pengibaran bendera tersebut kiranya justru merupakan cambuk
tumbuhnya semangat nasional merebut pemerintahan dari tangan Jepang.
Hal tersebut terbukti ,karena tidak lama kemudian terjadi
peristiwa ‘’Penyerobotan Kekuasaan’’ dari tangan Bupati RT.Reksonegoro oleh
para pemuda.Memang pelaksanaan menegakkan pemerintah Republik di daerah
Boyolali yang dilakukan oleh para pemuda menghadapi dua hal yang harus segera
diatasi,yaitu:pengambil alihan kekuasaan dari Pemerintah Pangreh Praja
Kasunanan,dan pemindahan kekuasaan dari tangan Jepang.
3. Proses
Terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) Sejak Proklamasi Hingga
Akhir 1945.
Sebagai Negara
yang baru lahir, Indonesia belum memiliki undang-undang dasar yang berfungsi
untuk mengatur segala aspek kehidupan berbangsa dan bernegara. Kepala Negara
dan kepala pemerintah yang akan menjalankan pemerintah serta kelengkapannya
juga belum ada. Para pemimpin bangsa serta memanfaatkan dengan sebaik-baiknya
lembaga yang ada pada waktu itu, yaitu Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia
(PPKI) yang dibentuk Jepang sejak tanggal 7 Agustus 1945.
1.
Pembentukan Kelengkapan Pemerintah
Sehari sesudah
proklamasi kemerdekaan, pada tanggal 18 Agustus 1945 PPKI mengadakan sidangnya
yang pertama di Gedung Kesenian Jakarta. Sidang dipimpin Ir.Soekarno dengan
Drs.Mohammad Hatta sebagai wakilnya. Anggota sidang PPKI sebanyak 27 orang.
Melalui pembahasan
secara musyawarah, sidang mengambil keputusan penting, antara lain sebagai
berikut :
a.
Penetapan dan pengesahan konstitusi sebagai hasil kerja BPUPKI yang sekarang
dikenal dengan Undang-Undang Dasar 1945 sebagai konstitusi RI.
b. Ir. Soekarno dipilih sebagai presiden RI dan Drs.Mohammad Hatta sebagai wakil presiden Republik Indonesia.
c. Pekerja presiden RI untuk sementara waktu oleh sebuah Komite Nasional.
b. Ir. Soekarno dipilih sebagai presiden RI dan Drs.Mohammad Hatta sebagai wakil presiden Republik Indonesia.
c. Pekerja presiden RI untuk sementara waktu oleh sebuah Komite Nasional.
Pembukaan UUD 1945
yang di sahkan PPKI hampir seluruh bahannya diambil dari Rancangan Pembukaan
UUD hasil kerja Panitia Perumusan pada tanggal 22 Juni 1945 yang disebut Piagam
Jakarta.
Setelah melalui
pembicaraan dan pembahasan yang matang, akhirnya dengan suara bulat, konstitusi
itu diterima dan disahkan oleh PPKI menjadi Konstitusi Negara Republik
Indonesia.Konstitusi itu disebut Undang-Undang Dasar 1945. Pengesahan itu
kemudian dimuat dalam Berita Republik Indonesia Tahun ke-2 No.7 Tahun 1946
halaman 45-48.Pada tanggal 18 Agustu 1945 presiden dan wakil presiden RI untuk
pertama kali dipilih oleh PPKI, karena MPR yang berhak memilih dan melantiknya
belum terbentuk. Hal itu diatur dalam Pasal III Aturan Peralihan UUD 1945. PPKI
memilih Ir.Soekarno sebagai presiden dan Drs.Mohammad Hatta sebagai wakil
presiden RI.Untuk membantu pekerjaan presiden RI, PPKI telah mengaturnya pada
Pasal IV Aturan Peralihan UUD 1945 yang berbunyi, “Sebelum Majelis
Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, dan Dewan pertimbangan Agung
dibentuk menurut Undang-Udang Dasar, segala kekuasaanny dijalankan oleh presiden
dengan bantuan sebuah Komite Nasional”.
PPKI kemudian
melanjutkan pekerjaannya guna melengkapi berbagai hal yang diperlukan
bagi berdirinya Negara dengan melaksanakan sidang pada tanggal 19 Agustus
1945.
Dalam sidang kedua
PPKI menghasilkan keputusan antara lain :
a. Menetapkan dua belas kementrian yang membantu tugas presiden dalam pemerintah.
b. Membagi wilayah Republik Indonesia menjadi delapan provinsi.
Pembagian Wilayah Republik Indonesia
Provinsi Sumatra: Mr. Tengku Moh. Hasan
Provinsi Jawa Barat: M.Sutarjo Kartohadikusumo
Provinsi Jawa Tengah: R. Panji Soeroso
Provinsi Jawa Timur: R.A. Soerjo
Provinsi Sunda Kecil: Mr. I. Gusti Ketut Pudja
Provinsi Maluku: Mr. J. Latuharhary
Provinsi Sulawesi: Dr. G. S. S. J. Ratulangi
a. Menetapkan dua belas kementrian yang membantu tugas presiden dalam pemerintah.
b. Membagi wilayah Republik Indonesia menjadi delapan provinsi.
Pembagian Wilayah Republik Indonesia
Provinsi Sumatra: Mr. Tengku Moh. Hasan
Provinsi Jawa Barat: M.Sutarjo Kartohadikusumo
Provinsi Jawa Tengah: R. Panji Soeroso
Provinsi Jawa Timur: R.A. Soerjo
Provinsi Sunda Kecil: Mr. I. Gusti Ketut Pudja
Provinsi Maluku: Mr. J. Latuharhary
Provinsi Sulawesi: Dr. G. S. S. J. Ratulangi
UNTUK SEMENTARA BARU 7 KELOMPOK , TERIMAKASIH , KELOMPOK YANG LAIN MENYUSUl , karena ada kesalahan teknis file corrupt