Selasa, 02 Agustus 2016

TUGAS SEJARAH PEMINATAN 29 AGUSTUS 2016(ganjil)

Posted by Unknown on 05.41 | 1 comment
TUGAS SEJARAH PEMINATAN 29 AGUSTUS 2016(ganjil)


Anggota Kelompok :
  1. Dewi Wulandari (11)
  2. Fira Dwi Anggraeni (15)
  3. Nurani Iswidiasih (21)
  4. Siska Nur’Aini Dewi (31)
Kelas : XII IIS 1


PERKEMBANGAN DAN PENGARUH KAA
Deskripsi KAA


Konferensi Tingkat Tinggi Asia–Afrika adalah sebuah konferensi antara negara-negara Asia dan Afrika, yang kebanyakan baru saja memperoleh kemerdekaan. KAA diselenggarakan oleh Indonesia, Myanmar, Sri Lanka, India dan Pakistan dan dikoordinasi oleh Menteri Luar Negeri Indonesia Sunario. Pertemuan ini berlangsung antara 18 April-24 April 1955, di Gedung Merdeka, Bandung, Indonesia dengan tujuan mempromosikan kerjasama ekonomi dan kebudayaan Asia-Afrika dan melawan kolonialisme atau neokolonialisme Amerika Serikat, Uni Soviet, atau negara imperialis lainnya.
Sebanyak 29 negara yang mewakili lebih dari setengah total penduduk dunia pada saat itu mengirimkan wakilnya. Konferensi ini merefleksikan apa yang mereka pandang sebagai ketidakinginan kekuatan-kekuatan Barat untuk mengkonsultasikan dengan mereka tentang keputusan-keputusan yang memengaruhi Asia pada masa Perang Dingin; kekhawatiran mereka mengenai ketegangan antara Republik Rakyat Tiongkok dan Amerika Serikat; keinginan mereka untuk membentangkan fondasi bagi hubungan yang damai antara Tiongkok dengan mereka dan pihak Barat; penentangan mereka terhadap kolonialisme, khususnya pengaruh Perancis di Afrika Utara dan kekuasaan kolonial perancis di Aljazair; dan keinginan Indonesia untuk mempromosikan hak mereka dalam pertentangan dengan Belanda mengenai Irian Barat.
Sepuluh poin hasil pertemuan ini kemudian tertuang dalam apa yang disebut Dasasila Bandung, yang berisi tentang "pernyataan mengenai dukungan bagi kerukunan dan kerjasama dunia". Dasasila Bandung ini memasukkan prinsip-prinsip dalam Piagam PBB dan prinsip-prinsip Nehru. Konferensi ini akhirnya membawa kepada terbentuknya Gerakan Non-Blok pada 1961.
Perkembangan KAA
A. Usainya perang dunia kedua dan ketegangan Perang Dingin
Meletusnya Bom atom di Nagasaki dan Hiroshima di Jepang, sebagai puncak kekalahan blok fasis, sekaligus telah menjadi penanda usainya PD II pada quarter ketiga tahun 1945. Dengan demikian, hanya ada Amerika Serikat (AS) dan Uni Soviet yang kemudian muncul sebagai adikuasa pada saat itu. AS dan Uni Soviet sama-sama memiliki aspirasi untuk mendominasi dunia, namun keduanya memiliki pandangan dunia (ideologi) yang berbeda dan saling bertentangan. AS menganut ideologi Kapitalisme yang khas dengan demokrasi liberalnya dan identik dengan watak eksploitatif, akumulatif, dan ekspansif. Sementara, Uni Soviet tegak dengan ideologi Sosialisnya, yang identik dengan kesetaraan, kebersamaan dan kedaulatan bagi semua bangsa.
Kedua kekuatan tersebut terus bersitegang dan berkompetisi secara politik, ideologi dan militer. AS membentuk blok barat yang anggotanya sebagian besar adalah Negara-negara Eropa Barat, sedangkan uni Soviet membentuk blok timur beranggotakan Negara-negara Eropa Timur dan Negara-negara sosialis lainnya seperti China dan Kuba. Hingga tahun 1991, kedua blok raksasa tersebut terus menggencarkan perang ideologi dan berlomba-lomba membangun senjata modern, sehingga situasi dunia terus dicekam kecemasan akan terjadinya perang nuklir dan atau senjata pemusnah massal.
Berkembang dan meluasnya pengaruh Uni Soviet di daratan Eropa hingga Asia yang dilaporkan George Kennan (Diplomat AS untuk Uni Soviet) kepada pemerintah AS, kian memupuk kekhawatiran bagi AS. Berdasarkan laporan tersebut, AS kemudian melakukan kebijakan counter, yakni politik luar negeri AS yang disebar ke berbagai negeri untuk membangun isu anti komunis dan melakukan counter terhadap setiap uapaya politik luar negeri Uni Soviet. Untuk itu, AS terus membentuk sekutu pertahanannya seperti pembentukan NATO pada tahun 1949, sebagai Pakta Pertahanan Atlantik Utara/Wilayah Eropa Barat dan Utara, SEATO di Asia Tenggara, METO di Timur Tengah, CENTO untuk sejumlah Negara dunia ketiga lainnya dan, ANZUS di Australia dan New Zealand. Untuk membiayai keseluruhan program anti-komunisme-nya tersebut (Containment Policy), AS bahkan mengucurkan dana yang sangat besar dari kas Negara. Sedangkan sebagai tandingannya, Uni Soviet dan sekutunya membentuk Pakta Warsawa pada tahun 1955.
Usainya PD-II hingga masa perang dingin 1947-1991, rakyat dunia memang masih belum sepenuhnya bebas dari penjajahan, kemiskinan dan, ancaman perang, terutama di Negara-negara yang baru merdeka maupun yang masih terjajah di Kawasan Asia dan Afrika. Meskipun demikian, negara-negara dunia ketiga menjadi bangkit dan semakin meningkatkan perjuangannya untuk memperoleh kemerdekaan dengan mengusir penjajah yang bercokol di negerinya. Atas situasi, serta dorongan aspirasi dan semangat untuk mewujudkan “Kemerdekan dan Kedaulatan, kesejahteraan, keadilan dan demokrasi” semua bangsa, negara-negara di kawasan Asia dan Afrika, terus berupaya menggalang persatuan dan mencari jalan keluar untuk mewujudkan perdamaian dunia.
 B. Bangkitnya gerakan pembebasan Nasional dan lahirnya KAA
Konferensi Asia Afrika (KAA) 1955, sebelumnya telah diselenggarakan pertemuan antar perdana menteri di kawasan Asia, yakni: Burma, India, Pakistan, Indonesia dan Srilanka. Pertemuan pertama (Konferensi Colombo) diselenggarakan di Colombo, Srilanka, tahun 1954. Konferensi tersebut menyepakati penyelenggaraan konferensi yang lebih luas, sebagai konsolidasi negara-negara berkembang, baru merdeka dan bahkan yang masih terjajah di Asia dan Afrika.
Menindak lanjuti kesepakatan Konferensi Colombo, tanggal 28-31 Desember 1954, diselenggarakan Konferensi Bogor yang juga dikenal dengan Konferensi Panca Negara. Pertemuan tersebut membahas finalisasi rencana dan persiapan penyelenggaraan konferensi yang lebih luas, dihadiri oleh Perdana Menteri lima Negara peserta Konferensi Colombo. Pertemuan tersebut menyepakati poin-poin pokok tujuan penyelengggaraan KAA antara lain: 1). Mewujudkan Kepentingan bersama negara-negara Asia Afrika, 2). Meningkatkan kerjasama dalam bidang ekonomi, sosial, dan budaya, 3). Kedaulatan negara, imperialisme, dan masalah-masalah rasialisme, 4). Kedudukan negara-negara Asia Afrika dalam upaya mewujudkan perdamaian dunia.
Setelah melalui berbagai tahapan, Konferensi Asia Afrika (KAA) akhirnya dilaksanakan di Bandung 18-25 April 1955, dihadiri oleh 29 negara, perwakilan Asia dan Afrika. Melalui sidang yang berlansung selama sepekan, KAA berhasil merangkum penilaian dan menyusun sepuluh asas (Dasa Sila Bandung) yang mencerminkan semangat dan persatuan seluruh Negara dalam menegakkan hak asasi manusia, kedaulatan semua bangsa, dan perdamaian dunia.
Dasa Sila Bandung hanya secara tidak langsung mengkritik dua negara adidaya dalam perang dingin. Pada saat yang sama, konferensi ini memberi peluang bagi bangsa-bangsa di Asia dan Afrika untuk bergabung dengan persekutuan militer manapun. Penilaian tersebut selaras dengan ketakutan AS akan terkonsilidirnya anggota KAA mendukung blok timur, juga selaras dengan kepentingan industri dan bisnis persenjataan AS.
C. Perkembangan KAA 2005-2012
Paska konferensi Bandung 1955, dengan berbagai dinamika dan perkembangan situasi umum dunia dan situasi khusus setiap Negara dikedua benua tersebut, praktis 50 tahun berikutnya, KAA kedua baru dapat diselenggarakan kembali pada tanggal 19-24 April 2005, di Indonesia, dengan thema “Reinvigorating the Bandung Spirit: Working Towards a New Asian-African Strategic Partnership (Mengembalikan Semangat Bandung: Bekerja Menuju Kerjasama Strategis Asia-Afrika yang Baru)”.
Sesuai dengan temanya, KAA 2005 menyepakati pembentukan Kerjasama Strategis Asia-Afrika Baru (New Asian-African Strategic Partnership-NAASP) dengan sembilan prinsipnya yang dikenal dengan Nawa Sila. Selain NAASP, KAA 2005 juga menerbitkan dokumen pernyataan Bersama Menteri tentang Rencana Aksi NAASP serta Pernyataan Bersama Pemimpin Asia-Afrika tentang Tsunami, Gempa Bumi, dan Bencana Alam Lainnya”. Kesepakatan-kesepakatan KAA 2005, yang mencerminkan peralihan bentuk dan orientasi KAA yang semakin jauh dari prinsip dan semangat pendiriannya, terus berjalan semakin matang hingga peringatan 57 tahun KAA, sekaligus peringatan 7 tahun NAASP, pada tahun 2012 di Indonesia, dihadiri 106 Negara, dengan tema “Celebrating Together in Peace”.
Melihat keseluruhan isu deklarasi KAA 2005 beserta Dokumen NAASP, jika dipadukan dengan keadaan umum rakyat di seluruh kawasan Asia dan Afrika saat ini, tentu saja dokumen-dokumen tersebut tak ubahnya jargon kosong dan dokumen yang hanya memberi pelayanan bagi kepentingan utara, dibawah kepemimpinan imperialisme AS. Artinya bahwa, semangat KAA 1955 hingga GNB 1961 dahulu, dengan semangat dan sikap yang tegas sebagai forum persatuan Negara-negara Asia dan Afrika melawan kolonialisme dan untuk menghapuskan penjajahan di Asia dan Afrika, mewujudkan kedaulatan dan kesejahteraan rakyatnya, serta terlibat aktif untuk mewujudkan perdamaian dunia telah banyak diselewengkan.
Pengaruh Konferensi Asia Afrika bagi Kemerdekaan Bangsa di Asia dan Afrika
Konferensi Asia Afrika membawa pengaruh yang besar bagi solidaritas dan perjuangan kemerdekaan bangsa di Asia dan Afrika. Pengaruh Konferensi Asia Afrika adalah sebagai berikut
  1. Perintis dalam membina solidaritas bangsa-bangsa dan merupakan titik tolak untuk mengakui kenyataan bahwa semua bangsa di dunia harus dapat hidup berdampingan secara damai.
  2. Cetusan rasa setia kawan dan kebangsaan bangsa-bangsa Asia Afrika untuk menggalang persatuan.
  3. Penjelmaan kebangkitan kembali bangsa-bangsa di Asia dan Afrika.
  4. Pendorong bagi perjuangan kemerdekaan bangsa di dunia pada umumnya serta di Asia dan Afrika khususnya.
  5. Memberikan pengaruh yang besar terhadap perjuangan bangsa-bangsa di Asia dan Afrika dalam mencapai kemerdekaannya.
  6. Banyak negara-negara Asia-Afrika yang merdeka kemudian masuk menjadi anggota PBB.
Selain membawa pengaruh bagi solidaritas dan perjuangan kemerdekaan bangsa di Asia dan Afrika, Konferensi Asia Afrika juga menimbulkan dampak yang penting dalam perkembangan dunia pada umumnya. Pengaruh atau dampak itu, antara lain sebagai berikut.
  1. Konferensi Asia Afrika mampu menjadi penengah dua blok yang saling berseteru sehingga dapat mengurangi ketegangan/détente akibat Perang Dingin dan mencegah terjadinya perang terbuka.
  2. Gagasan Konferensi Asia Afrika berkembang lebih luas lagi dan diwujudkan dalam Gerakan Non Blok.
  3. Politik bebas aktif yang dijalankan Indonesia, India, Burma (Myanmar), dan Sri Lanka tampak mulai diikuti oleh negara-negara yang tidak bersedia masuk Blok Timur ataupun Blok Barat.
  4. Belanda cemas dalam menghadapi kelompok Asia Afrika di PBB sebab dalam Sidang Umum PBB, kelompok tersebut mendukung tuntutan Indonesia atas kembalinya Irian Barat ke pangkuan RI.
  5. Australia dan Amerika Serikat mulai berusaha menghapuskan diskriminasi ras di negaranya.
Cerita di Balik Konferensi Asia Afrika

Anggota kelompok :
-         Annisa Dewanti             (03)Risa Yauma Nur J        (23)             Kelas XII IPS 1
-         Sarah Whiena K           (25)

Konferensi Asia Afrika Berakhirnya Perang Dunia I membawa pengaruh terhadap bangsa-bangsa Asia dan Afrika untuk memperoleh kemerdekaan dan mempertahankan kemerdekaan. Di samping itu juga ditandai dengan munculnya dua kekuatan ideologis, politis, dan militer termasuk pengembangan senjata nuklir. Negara Republik Indonesia dalam menyelenggarakan kehidupan bermasyarakat dan bernegara selalu berlandaskan pada Pancasila dan UUD 1945. Salah satu bentuk penyelenggaraan kehidupan bernegara adalah menjalin kerja sama dengan negara lain. Kebijakan yang menyangkut hubungan dengan negara lain terangkum dalam kebijakan politik luar negeri. Oleh karena itu, pelaksanaan politik luar negeri Indonesia juga harus berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.Indonesia mencetuskan gagasannya untuk menggalang kerja sama dan solidaritas antarbangsa dengan menyelenggarakan KAA.

Latar Belakang Pelaksanaan Konferensi Asia Afrika
Politik luar negeri Indonesia adalah bebas aktif. Bebas, artinya bangsa Indonesia tidak memihak pada salah satu blok yang ada di dunia. Jadi, bangsa Indonesia berhak bersahabat dengan negara mana pun asal tanpa ada unsur ikatan tertentu. Bebas juga berarti bahwa bangsa Indonesia mempunyai cara sendiri dalam menanggapi masalah internasional. Aktifberarti bahwa bangsa Indonesia secara aktif ikut mengusahakan terwujudnya perdamaian dunia. Negara Indonesia memilih sifat politik luar negerinya bebas aktif sebab setelah Perang Dunia II berakhir di dunia telah muncul dua kekuatan adidaya baru yang saling berhadapan, yaitu negara Amerika Serikat dan Uni Soviet. Amerika Serikat memelopori berdirinya Blok Barat atau Blok kapitalis (liberal), sedangkan Uni Soviet memelopori kemunculan Blok Timur atau blok sosialis (komunis).
Dalam upaya meredakan ketegangan dan untuk mewujudkan perdamaian dunia, pemerintah Indonesia memprakarsai dan menyelenggarakan Konferensi Asia Afrika. Usaha ini mendapat dukungan dari negara-negara di Asia dan Afrika. Bangsa-bangsa di Asia dan Afrika pada umumnya pernah menderita karena penindasan imperialis Barat. Persamaan nasib itu menimbulkan rasa setia kawan. Setelah Perang Dunia II berakhir, banyak negara di Asia dan Afrika yang berhasil mencapai kemerdekaan, di antaranya adalah India, Indonesia, Filipina, Pakistan, Burma (Myanmar), Sri Lanka, Vietnam, dan Libia. Sementara itu, masih banyak pula negara yang berada di kawasan Asia dan Afrika belum dapat mencapai kemerdekaan. Bangsa-bangsa di Asia dan Afrika yang telah merdeka tidak melupakan masa lampaunya. Mereka tetap merasa senasib dan sependeritaan. Lebih-lebih apabila mengingat masih banyak negara di Asia dan Afrika yang belum merdeka. Rasa setia kawan itu dicetuskan dalam
Konferensi Asia Afrika. Sebagai cetusan rasa setia kawan dan sebagai usaha untuk menjaga perdamaian dunia, pelaksanaan Konferensi Asia Afrika mempunyai arti penting, baik bagi bangsa-bangsa di Asia dan Afrika pada khususnya maupun dunia pada umumnya.
Prakarsa untuk mengadakan Konferensi Asia Afrika dikemukakan pertama kali oleh Perdana Menteri RI Ali Sastroamijoyo yang kemudian mendapat dukungan dari negara India, Pakistan, Sri Lanka, dan Burma (Myanmar) dalam Konferensi Colombo.
Konferensi Pendahuluan
Sebelum Konferensi Asia Afrika dilaksanakan, terlebih dahulu diadakan konferensi pendahuluan sebagai persiapan. Konferensi pendahuluan tersebut, antara lain sebagai berikut.
Konferensi Kolombo (Konferensi Pancanegara I)
Konferensi pendahuluan yang pertama diselenggarakan di Kolombo, ibu kota negara Sri Lanka pada tanggal 28 April–2 Mei 1954. Konferensi dihadiri oleh lima orang perdana menteri dari negara sebagai berikut.
·                     Perdana Menteri Pakistan : Muhammad Ali Jinnah
·                     Perdana Menteri Sri Lanka : Sir John Kotelawala
·                     Perdana Menteri Burma (Myanmar) : U Nu
·                     Perdana Menteri Indonesia : Ali Sastroamijoyo
·                     Perdana Menteri India : Jawaharlal Nehru
Konferensi Kolombo membahas masalah Vietnam, sebagai persiapan untuk menghadapi Konferensi di Jenewa. Di samping itu Konferensi Kolombo secara aklamasi memutuskan akan mengadakan Konferensi Asia Afrika dan pemerintah Indonesia ditunjuk sebagai penyelenggaranya. Kelima negara yang wakilnya hadir dalam Konferensi Kolombo kemudian dikenal dengan nama Pancanegara. Kelima negara itu disebut sebagai negara sponsor. Konferensi Kolombo juga terkenal dengan nama Konferensi Pancanegara I.
Konferensi Bogor (Konferensi Pancanegara II)
Konferensi pendahuluan yang kedua diselenggarakan di Bogor pada tanggal 22–29 Desember 1954. Konferensi itu dihadiri pula oleh perdana menteri negara-negara peserta Konferensi Kolombo. Konferensi Bogor memutuskan hal-hal sebagai berikut.
·                     Konferensi Asia Afrika akan diselenggarakan di Bandung pada bulan 18-24 April 1955.
·                     Penetapan tujuan KAA dan menetapkan negara-negara yang akan diundang sebagai peserta Konferensi Asia Afrika.
·                     Hal-hal yang akan dibicarakan dalam Konferensi Asia Afrika.
·                     Pemberian dukungan terhadap tuntutan Indonesia mengenai Irian Barat.
Konferensi Bogor juga terkenal dengan nama Konferensi Pancanegara II.

Pelaksanaan Konferensi Asia Afrika

Pelopor

Sesuai dengan rencana, Konferensi Asia Afrika diselenggarakan di Bandung pada tanggal 18–24 April 1955. Kon-ferensi Asia Afrika dihadiri oleh wakil-wakil dari 29 negara yang terdiri atas negara pengundang dan negara yang diundang.
·                     Negara pengundang meliputi Indonesia, India, Pakistan, Sri Lanka, dan Burma (Myanmar).
·                     Negara yang diundang 24 negara terdiri atas 6 negara Afrika dan 18 negara meliputi Asia (Filipina, Thailand, Kampuchea, Laos, RRC, Jepang, Vietnam Utara, Vietnam Selatan, Nepal, Afghanistan, Iran, Irak, Saudi Arabia, Syria (Suriah), Yordania, Lebanon, Turki, Yaman), dan Afrika (Mesir, Sudan, Etiopia, Liberia, Libia, dan Pantai Emas/Gold Coast).
Negara yang diundang, tetapi tidak hadir pada Konferensi Asia Afrika adalah Rhodesia/Federasi Afrika Tengah. Ketidakhadiran itu disebabkan Federasi Afrika Tengah masih dilanda pertikaian dalam negara/dikuasai oleh orang-orang Inggris. Semua persidangan Konferensi Asia Afrika diselenggarakan di Gedung Merdeka, Bandung.
Latar belakang dan dasar pertimbangan diadakan KAA adalah sebagai berikut.
-          Kenangan kejayaan masa lampau dari beberapa negara di kawasan Asia-Afrika.
-          Perasaan senasib sepenanggungan karena sama-sama merasakan masa penjajahan dan penindasan bangsa Barat, kecuali Thailand.
-          Meningkatnya kesadaran berbangsa yang dimotori oleh golongan elite nasional/terpelajar dan intelektual.
-          Adanya Perang Dingin antara Blok Barat dengan Blok Timur.
-          Memiliki pokok-pokok yang kuat dalam hal bangsa, agama, dan budaya.
-          Secara geografis letaknya berdekatan dan saling melengkapi satu sama lain.
Tujuan diadakannya Konferensi Asia Afrika, antara lain:
-          memajukan kerja sama bangsa-bangsa di Asia dan Afrika dalam bidang sosial, ekonomi, dan kebudayaan;
-          memberantas diskriminasi ras dan kolonialisme;
-          memperbesar peranan bangsa Asia dan Afrika di dunia dan ikut serta mengusahakan perdamaian dunia dan kerja sama internasional.
-          bekerja sama dalam bidang sosial, ekonomi, dan budaya,
-          membicarakan masalah-masalah khusus yang menyangkut kepentingan bersama seperti kedaulatan negara, rasionalisme, dan kolonialisme.
Konferensi Asia Afrika membicarakan hal-hal yang menyangkut kepentingan bersama negara-negara di Asia dan Afrika, terutama kerja sama ekonomi dan kebudayaan, serta masalah kolonialisme dan perdamaian dunia. Kerja sama ekonomi dalam lingkungan bangsa-bangsa Asia dan Afrika dilakukan dengan saling memberikan bantuan teknik dan tenaga ahli. Konferensi berpendapat bahwa negara-negara di Asia dan Afrika perlu memperluas perdagangan dan pertukaran delegasi dagang. Dalam konferensi tersebut ditegaskan juga pentingnya masalah perhubungan antarnegara karena kelancaran perhubungan dapat memajukan ekonomi. Konferensi juga menyetujui penggunaan beberapa organisasi internasional yang telah ada untuk memajukan ekonomi. Konferensi Asia Afrika menyokong sepenuhnya prinsip dasar hak asasi manusia yang tercantum dalam Piagam PBB. Oleh karena itu, sangat disesalkan masih adanya rasialisme dan diskriminasi warna kulit di beberapa negara. Konferensi mendukung usaha untuk melenyapkan rasialisme dan diskriminasi warna kulit di mana pun di dunia ini. Konferensi juga menyatakan bahwa kolonialisme dalam segala bentuk harus diakhiri dan setiap perjuangan kemer-dekaan harus dibantu sampai berhasil. Demi perdamaian dunia, konferensi mendukung adanya perlucutan senjata. Juga diserukan agar percobaan senjata nuklir dihentikan dan masalah perdamaian juga merupakan masalah yang sangat penting dalam pergaulan internasional. Oleh karena itu, semua bangsa di dunia hendaknya menjalankan toleransi dan hidup berdampingan secara damai. Demi perdamaian pula, konferensi menganjurkan agar negara yang memenuhi syarat segera dapat diterima menjadi anggota PBB.
Konferensi setelah membicarakan beberapa masalah yang menyangkut kepentingan negara-negara Asia Afrika khususnya dan negara-negara di dunia pada umumnya, segera mengambil beberapa keputusan penting, antara lain:
1.       memajukan kerja sama bangsa-bangsa Asia Afrika di bidang sosial, ekonomi, dan kebudayaan;
2.       menuntut kemerdekaan bagi Aljazair, Tunisia, dan Maroko;
3.       mendukung tuntutan Indonesia atas Irian Barat dan tuntutan Yaman atas Aden;
4.       menentang diskriminasi ras dan kolonialisme dalam segala bentuk;
5.       aktif mengusahakan perdamaian dunia.
Selain menetapkan keputusan tersebut, konferensi juga mengajak setiap bangsa di dunia untuk menjalankan beberapa prinsip bersama, seperti:
1.       menghormati hak-hak dasar manusia, tujuan, serta asas yang termuat dalam Piagam PBB;
2.       menghormati kedaulatan dan integritas teritorial semua bangsa;
3.       mengakui persamaan ras dan persamaan semua bangsa, baik bangsa besar maupun bangsa kecil;
4.       melakukan intervensi atau ikut campur tangan dalam persoalan dalam negeri negara lain;
5.       menghormati hak-hak tiap bangsa untuk mempertahankan diri, baik secara sendirian maupun secara kolektif sesuai dengan Piagam PBB;
6.       tidak menggunakan peraturan-peraturan dari pertahanan kolektif untuk bertindak bagi kepentingan khusus salah satu negara besar; b) tidak melakukan tekanan terhadap negara lain;
7.       tidak melakukan tindakan atau ancaman agresi ataupun penggunaan kekerasan terhadap integritas teritorial atas kemerdekaan politik suatu negara;
8.       menyelesaikan segala perselisihan internasional secara damai sesuai dengan Piagam PBB;
9.       memajukan kepentingan bersama dan kerja sama internasional;
10.   menghormati hukum dan kewajiban internasional lainnya.
Kesepuluh prinsip yang dinyatakan dalam Konferensi Asia Afrika itu dikenal dengan nama Dasasila Bandung atau Bandung Declaration.


Untuk memperingati lima puluh tahun sejak pertemuan bersejarah tersebut, para Kepala Negara negara-negara Asia dan Afrika telah diundang untuk mengikuti sebuah pertemuan baru di Bandung dan Jakarta antara 19-24 April 2005. Sebagian dari pertemuan itu dilaksanakan di Gedung Merdeka, lokasi pertemuan lama pada 50 tahun lalu. Sekjen PBB, Kofi Annan juga ikut hadir dalam pertemuan ini. KTT Asia–Afrika 2005 menghasilkan NAASP (New Asian-African Strategic Partnership, Kerjasama Strategis Asia-Afrika yang Baru), yang diharapkan akan membawa Asia dan Afrika menuju masa depan yang lebih baik berdasarkan ketergantungan-sendiri yang kolektif dan untuk memastikan adanya lingkungan internasional untuk kepentingan para rakyat Asia dan Afrika.

Pertemuan ketiga (2015)

72 Negara Pastikan Hadiri Peringatan KAA ke-60

Terkait kepastian para kepala negara yang akan hadir dalam KAA, sampai saat ini sudah ada 72 kepala negara yang menyatakan kesiapan hadir dalam KAA. Kementerian Luar Negeri memastikan 72 negara telah mengonfirmasi kehadirannya. KAA ke-60 akan dilaksanakan di 2 kota yaitu Jakarta pada 19-23 April dan Bandung pada 24 April. Agenda KAA meliputi "Asia-Africa Business Summit" dan "Asia-Africa Carnival". Tema yang dibawa Indonesia dalam acara yang akan dihadiri 109 pemimpin negara dan 25 organisasi internasional tersebut adalah peningkatan kerja sama negara-negara di kawasan Selatan, kesejahteraan, serta perdamaian.[1]

Peserta

1 Siprus yang belum merdeka dan masih berada dalam kolonialisme diwakili oleh tokoh yang di kemudian hari menjadi presiden pertamanya, Makarios III.

Pengaruh Konferensi Asia Afrika bagi Solidaritas dan Perjuangan Kemerdekaan Bangsa di Asia dan Afrika
Konferensi Asia Afrika membawa pengaruh yang besar bagi solidaritas dan perjuangan kemerdekaan bangsa di Asia dan Afrika. Pengaruh Konferensi Asia Afrika adalah sebagai berikut.
1.       Perintis dalam membina solidaritas bangsa-bangsa dan merupakan titik tolak untuk mengakui kenyataan bahwa semua bangsa di dunia harus dapat hidup berdampingan secara damai.
2.       Cetusan rasa setia kawan dan kebangsaan bangsa-bangsa Asia Afrika untuk menggalang persatuan.
3.       Penjelmaan kebangkitan kembali bangsa-bangsa di Asia dan Afrika.
4.       Pendorong bagi perjuangan kemerdekaan bangsa di dunia pada umumnya serta di Asia dan Afrika khususnya.
5.       Memberikan pengaruh yang besar terhadap perjuangan bangsa-bangsa di Asia dan Afrika dalam mencapai kemerdekaannya.
6.       Banyak negara-negara Asia-Afrika yang merdeka kemudian masuk menjadi anggota PBB.
Selain membawa pengaruh bagi solidaritas dan perjuangan kemerdekaan bangsa di Asia dan Afrika, Konferensi Asia Afrika juga menimbulkan dampak yang penting dalam perkembangan dunia pada umumnya. Pengaruh atau dampak itu, antara lain sebagai berikut.
1.       Konferensi Asia Afrika mampu menjadi penengah dua blok yang saling berseteru sehingga dapat mengurangi ketegangan/détenteakibat Perang Dingin dan mencegah terjadinya perang terbuka.
2.       Gagasan Konferensi Asia Afrika berkembang lebih luas lagi dan diwujudkan dalam Gerakan Non Blok.
3.       Politik bebas aktif yang dijalankan Indonesia, India, Burma (Myanmar), dan Sri Lanka tampak mulai diikuti oleh negara-negara yang tidak bersedia masuk Blok Timur ataupun Blok Barat.
4.       Belanda cemas dalam menghadapi kelompok Asia Afrika di PBB sebab dalam Sidang Umum PBB, kelompok tersebut mendukung tuntutan Indonesia atas kembalinya Irian Barat ke pangkuan RI.
5.       Australia dan Amerika Serikat mulai berusaha menghapuskan diskriminasi ras di negaranya.
Konferensi Asia Afrika dan pengaruhnya terhadap solidaritas antarbangsa tidak hanya berdampak pada negara-negara di Asia dan Afrika, tetapi juga bergema ke seluruh dunia.

Pengaruh KAA bagi Indonesia: 
·         Ditandatanganinya persetujuan dwi kewarganegaraan antara Indonesia dan RRC (seseorang yang memegang dwi kewarganegaraan harus memilih salah satu dan tidak memilih dapat mengikuti kewarganegaraan). 
·         Adanya dukungan yang diperoleh , yaitu berupa keputusan KAA mengenai perjuangan merebut irian barat dalam forum PBB.           
Pengaruh KAA bagi Negara-Negara Asia-Afrika: 
·         KAA berpengaruh besar terhadap perjuangan kemerdekaan bangsa-bangsa Asia-Afrika yang belum merdeka. Bangsa-bangsa Asia-Afrika yang merdeka sesudah diadakannya KAA, antara lain : Maroko, Tunisia dan Sudan (1956), Ghana (1957), Guyana (1958), Mauritania, Mali, Niger, Tugo, Dahomei, Chad, Senegal, Pantai Gading dan beberapa negara Afrika lainnya ( 1960 ).                       
Pengaruh KAA bagi Dunia: 
·         Berkurangnya ketegangan dunia 
·         Amerika Serikat dan Australia mulai berusaha menghapuskan ras diskriminasi di negaranya. 
·         Munculnya organisasi Gerakan Non-Blok (GNB) yang bertujuan meredakan perselisihan paham dari Blok Barat dan Blok Timur. 
·         Belanda mulai kebingungan menghadapi Blok Afro-Asia di PBB. 
Berikut ini makna dan arti penting terselenggaranya KAA:      
·         Merupakan pendorong kemerdekaan bangsa-bangsa Asia-Afrika untuk lepas dari cengkraman imperialism dan kolonialisme barat.     
·         Menjadi pendorong lahirnya Gerakan Nonblok.          
·         Merupakan pencetus semangat solidaritas dan kebangkitan negara Asia-Afrika dalam menggalang persatuan.          
·         Memberikan harapan baru bagi bangsa-bangsa yang sudah maupun belum merdeka.          
·         Mulai diikutinya politik luar negeri bebas dan aktif yang dijalankan oleh Indonesia, India, Myanmar, dan Sri Lanka.         
·         Kembali bangkit dan sadarnya bangsa-bangsa Asia-Afrika akan potensi yang dimiliki.          
·         Diakuinya nilai-nilai Dasasila Bandung oleh negara-negara maju karena terbukti memiliki kemampuan dalam meredakan ketegangan dunia.  
       
https://id.wikipedia.org/wiki/Konferensi_Asia%E2%80%93Afrika




1 komentar:

  1. [img]https://i.imgur.com/g5Skbas.jpg[/img]

    Main Di Winning303

    PENAWARAN PROMOSI:
    Promo Deposit Pulsa Tanpa Potongan Via TELKOMSEL / XL / AXIS

    "Hallo Bagi Kalian Pecinta Sportbook | Poker Dan Domino | Livecasino | Slot | Sic Bo | Roulatte | Dll
    Ayo Gabung Di Klik ====> [URL=https://linktr.ee/winning303] Winning303 [/url] Situs Judi Online Terbesar Dan Terpercaya Di INDONESIA.
    [URL=https://linktr.ee/winning303] Winning303 [/url] Hadir Dengan Banyak Promo Yang Menarik dan Raih Kemenanganmu Sebanyak - Banyaknya


    Winning303 juga menyediakan permainan lain dengan 1 ID...
    1. Sportsbook / SBOBET
    2. Live Casino / Baccarat live sexy
    3. Slot Online / Slot JOKER
    4. Sabung Ayam S128 / sv388
    5. Poker IG / Poker IDN POKER

    [img]https://i.imgur.com/q4NcwkD.gif[/img]

    [URL=https://www.winning303.me/register?ref=192425] DAFTAR SV388 [/url]

    Mari coba & rasakan permainan pragmatic slot Fire88 gratis
    Klik ====> [URL=https://demopragmaticplay.fun/game/fire-88/] Slot pragmaticplay [/url]
    Klik ====> [URL=https://demoplayngo.fun/] Slot playngo [/url]
    Klik ====> [URL=https://demoisoftbet.fun/] Slot isoftbet [/url]

    • Bonus new member 20%
    • Bonus Next Deposit 10%
    • Bonus rollingan poker sampai 0,5%
    • Bonus referral sampai SEUMUR HIDUP
    • Bonus Cashback 5-10 %
    • Bonus Menang 7x [URL=https://linktr.ee/winning303] Sabung Ayam [/url] dapat bonus sampai 5.000.000

    Raih Jackpot Spesial yang bisa anda dapatkan...dengan modal kecil dapatkan bonus BESAR...
    Hanya di Winning303... Klik ====> [URL=https://linktr.ee/winning303] Daftar [/url]


    Info hub
    WA : 087785425244
    Klik ====> [URL=https://linktr.ee/winning303] Daftar [/url]

    BalasHapus